Selasa, 12 Mei 2009

SELAMA MASIH NORMAL

Memang syusah menahan syahwat. Tuhan menciptakan syahwat memang buat menguji nafsu kita. Kalo udah bicara nafsu, persepsinya udah negatif abis. Selama ini belum pernah gw temukan padanan kata “nafsu” dengan kata yang positif, sehingga menghasilkan makna positif pula.

“Nafsu birahi...”

“Negatif...”

“Nafsu makan...”

“Hmmm.....”

Ketika ada Wanita cantik di depan mata, otak kita langsung bekerja. Hasilnya kerja otak bisa menghasilkan sesuatu positif, bisa negatif. Kalo positif, pasti kita langsung berujar: “Subhanallah!”. Itu tandanya kita mengagumi ciptaan Tuhan. Setelah mengucap, Manusia jenis ini nggak akan lagi melengos ke Wanita cantik itu. Takut dosa. Sementara kalo reaksi otak kita negatif, maka Manusia jenis ini akan terus menerus memandangi si Wanita itu. Ujung-ujungnya, doi akan melakukan serangkaian imajinasi yang enggak-enggak.

“Gw punya teman sekantor yang tiap ngeliat ‘Yang Halus-Halus’ matanya langsung jelalatan,” jelas Hangga.

“Maksud loe Mahluk Halus atau Setan?” tanya Irsan sok naif.

“Bukan kale! Cewek maksud gw. Nah, teman gw ini, biar mukenye nggak cakep alias jelek, tapi selalu nekad deketin Cewek yang bikin doi nafsu”.

Selama si Cowok masih normal, kita memang menganggap aktivitasnya “manusiawi”. Apalagi kalo si Cowok itu masih single atau udah Duda, wah ini lebih “manusiawi” lagi. Kenapa? Soalnya pasti si Cowok butuh penyaluran. Namanya juga Cowok normal, bo! Masa penyalurannya cuma nonton film biru. Nggak mungkin kan kalo main sama Bencong? Nggak mungkin juga main sama Istri orang. Dosa berat itu, bro! Satu-satunya cara, ya melaksanakan aktivitas “manusiawi”-nya itu tadi.

Buat Cowok yang berstatus Duda lebih dahsyat lagi nafsunya. Ketika masih punya Istri, para Duda bisa melakukan penyaluran begitu nepsong alias nafsu. Setelah lihat Luna Maya, malamnya janjian sama Istri buat melakukan adegan ranjang. Sang Istri diminta memakai topeng Luna Maya, agar sang suami bisa berimajinasi sedang “berduel” dengan Luna. Begitu pula setelah nonton blue film. Nah, ketika bercerai, Duda-Duda nggak punya penyaluran hasrat seksnya. Nggak heran kalo kemudian dilimpahkan pada aktivitas “manusiawi” itu.

“Emang lelaki begitu ya? Pikirannya seks terus?”
“Honestly, yes they are...”

Cowok normal akan lemah jika nggak ada Cewek di sekitarnya. Kalo elo punya teman yang mengkampanyekan diri sebagai Cowok normal dan nggak begitu suka dengan dunia percewekan, teman loe itu sakit. Namun perlu diingat, Cowok normal nggak bisa dikatakan normal lagi kalo selalu memandang Cewek dengan penuh nafsu. Selalu berimajinasi yang enggak-enggak kalo melihat “Yang Halus-Halus”. Gokilnya lagi, kalo imajinasinya terlalu visioner.

“Maksudnya?”

“Udah punya rencana di otaknya (maksudnya otak Cowok itu), Cewek yang dilihatnya bisa diajak kencan trus melakukan perbuatan yang gila-gilaan...”

“Maksudnya?”

“Loe bego amat sih!”

“Maklum dong, bo! Gw kan bukan Cowok normal...”

“Maksudnya elo homo?”

“He-eh...”

“........”

Kasus yang menjerat Ketua KPK Antasari Ashar memang cukup membuktikan bahwa nafsu birahi nggak bisa dibendung lagi. Nafsu nggak bisa memilih. Mau orang kaya, orang miskin, orang pintar, orang bodoh, yang namanya nafsu ya muncul begitu saja. Begitu nafsu menyerang, nggak ada lagi logika. Akal kita dibuat ngawur. Nafsu itu kayak Hacker, mampu mengacak-acak akal sehat.

“Emang kudu hati-hati kalo berurusan dengan nafsu syahwat. Gara-gara syahwat, lelaki bisa kualat....”

“Asal jangan lemah syahwat aja kali yee...”

Meski seorang Caddy, kalo nafsu syahwat udah terjangkit, segala hal yang bakal terjadi nggak terpikir lagi. Suami yang nggak mikir lagi Istri dan Anak-Anak di rumah. Nggak mikir lagi jabatan menjadi pertaruhannya. Nggak mikir lagi akan mempermalukan Keluarga besar. Masih ingat kasus video mesum anggota DPR Fraksi Golkar Yahya Zaini dengan Maria Eva? Ingat juga nggak kasus (lagi-lagi) pelecehahan seksual anggota DPR Fraksi PDIP Max Moen terhadap Dessy? Atau di luar negeri kita tentu nggak lupa kasus Bill Clinton dengan gadis pekerja magang, Monica Lewinsky di tahun 1998.

Buat gw, kasus mereka itu benar-benar mempermalukan dunia persilatan, eh maksudnya Keluarga besarnya. Nggak cuma Keluarga besar dari sang Suami, tapi juga sang Istri. Lebih parahnya lagi, akan mempermalukan Guru atau Dosen dari Anak-Anak mereka. Kebayang nggak sih Bapak loe terlibat perselingkuhan dan video perselingkuhan itu beredar luas? Terbayang nggak sih wajah Anak-Anak loe mempertanyakan “Why did you do that Father”? Ibarat kata, mending bunuh diri, deh! Eit! Jangan-jangan mereka, si Pelaku, perselingkuhan itu cuek bebek....

Nafsu yang nggak bisa ditahan-tahan menyebabkan juga menyebabkan nama Antasari tercoreng moreng. Cuma gara-gara seorang Caddy bernama Rani Jualiani, Ketua KPK yang dikenal garang dan jarang tersenyum ini akhirnya “tersungkur” juga. Image-nya yang dianggap luar biasa dalam memberantas para Koruptor, langsung pupus seketika.

Memang sih, ada spekulasi yang berkembang dalam kasus Antasari ini. Yang paling kencang, gosip menjatuhkan SBY. Bahwa harus ada kasus yang bisa menjatuhkan SBY agar nggak bisa lagi menjadi Presiden 2009 ini. Berbagai cara udah dilakukan guna memojokkan pemerintahan SBY. Namun hasilnya selalu nihil. Warga Indonesia masih menjagokan SBY sebagai Presiden periode ke-2. Skor SBY masih tetap tinggi dibanding Mega, JK, apalagi Prabowo dan Wiranto. Kasus Antasari boleh jadi bagian dari skenario menjatuhkan SBY. Kenapa? Sebab, Antasari termasuk orang yang memberikan nilai plus dalam pemerintahan SBY, karena pemberantasan korupsinya itu.

Gara-gara Antasari, banyak orang sakit hati. Nggak cuma para Pejabat Departemen yang merasa lahan korupsinya “tertutup”. Ruang-ruang terbuka buat menilep duit Negara susah sejak KPK gila-gilaan mengawasi para Pejabat. Even Polisi pun konon banyak yang nggak suka dengan aktivitas Antasari and the Gang. Intinya, performance KPK selama ini "pancen oye". Nah, guna membuka kembali lahan korupasi dan menggoyang pemerintahan SBY, Antasari dikasuskan. Mana ada orang sih yang mengancam mau membunuh dengan SMS, menggunakan no yang dikenal oleh orang yang akan dibunuh? Nggak masuk akalnya lagi di bawah SMS no yang nggak dikenal, ada nama Pembunuhnya. It doesn't make sense, does it?

Anyway, lepas dari masalah politik, masalah like or dislike, kasus model Antasari ini jelas menjatuhkan martabat seseorang. Nggak cuma martabat sebagai Pejabat, tapi sebagai Suami dan Ayah dari Anak-anaknya. Kecuali kalo kita memang udah diciptakan Tuhan sebagai Manusia antimalu, kayak mereka yang nggak menang Pemilu Caleg tapi masih sibuk berkoalisi dan ngotot jadi Presiden.

“Makanya gw menyesal udah pernah berselingkuh...”

“Lho, katanya elo homo?”

“Iya, berselingkuh dengan Suami orang...”

“O....konfirm homo, toh?!”

0 komentar: