Sabtu, 04 Desember 2010

NEXT PIDATO ADA MUG BERLOGO KUKU BIMA DI PIDATO SBY

Entah siapa yang punya gagasan, tetapi buat saya segala sesuatu yang berhubungan dengan pidato kenegaraan, pasti sudah dipersiapkan dengan matang. Baik itu teks maupun equipment untuk pidato, sudah direncanakan oleh pegawai istana negara. Begitu pula keberadaan i-Pad di atas mimbar, ketika SBY pidato, tentu bukan karena kesengajaan.

Terus terang, sebagai orang nomor satu di Republik Indonesia ini, sungguh tak pantas SBY mempromosikan sebuah produk saat tampil di depan umum, apalagi itu produk asing. Saya tidak peduli Anda setuju, tetapi penampilan SBY dengan i-Pad mengingatkan saya pada sejumlah acara televisi.


Inikah contoh Presiden Republik Indonesia yang cinta produk Indonesia?


Istilahnya branding. Ketika sebuah produk ingin berpromosi dalam sebuah acara, produk ini bisa melakukan berbagai cara, antara lain lewat lose spot atau beriklan di jeda commercial break atau branding di dalam program acara tersebut. Mem-branding-nya bisa dengan loopingan di plasma tv, mug, kalender, maupun model SBY itu, yakni menggunakan laptop dimana ada stiker logo produk tersebut.

Saya curiga, ada orang dekat SBY yang sedang gencar mempromosikan i-Pad, sehingga cara yang paling ampuh adalah dengan memanfaatkan pidato SBY. Kalo AC Nielsen –perusahaan survey yang mempublikasikan rating- mengukur penonton pidato SBY, pasti rating pidato SBY jauh melampaui sinetron Cinta Fitri atau sitkom Opera van Java (OvJ). Itulah yang membuat branding i-Pad dalam pidato SBY jadi efektif.

Anyway, penampilan SBY dengan i-Pad jelas kontraproduktif dengan kampanye cinta produk Indonesia. Seharusnya jika memang ingin menggunakan i-Pad, logo Apple ditutup dengan stiker berlogo Republik Indonesia atau burung Garuda Pancasila. Tapi kalo memang ada benefid yang didapat dengan kemunculan i-Pad dalam pidato tersebut, ya apa boleh buat. So, Anda tidak perlu heran lagi jika nanti SBY pidato, ia akan menggunakan kaos berlogo Nike atau topi Adidas, bahkan kalo perlu nanti ada mug berlogo Kuku Bima. Nah, buat para sponsor, peluang mempromosikan produk kali ini bukan cuma acara televisi, tetapi juga pidato presiden.

Selasa, 02 November 2010

MUMPUNG ANGGOTA DPR RESES...

Sejak minggu lalu, anggota DPR tengah melakukan reses. Tak seperti hari-hari sebelumnya, gedung DPR selalu rame. Maklum, banyak anggota dan juga para jurnalis yang memburu berita. Yang tak kalah penting, banyak pula asap rokok yang mengepul di seluruh ruang di gedung tersebut. Seperti yang pernah saya kisahkan sebelumnya, bahwa gedung MPR DPR adalah surga bagi ahli hisap alias tukang ngebul alias perokok.

Meski reses tak anggota anggota yang hilir mudik, pun asap rokok yang "bergentayangan", namun debu berterbangan di hampir seluruh ruang. Bukan debu akibat gunung meletus, tetapi debu dari bekas lantai gedung Nusantara I yang dicopot. Mumpung para anggota tidak berada di ruang, kuli-kuli pun melakukan renovasi lantai maupun asbes di tiap lantai gedung.

Inilah foto-foto yang saya abadikan ketika mampir ke gedung Nusantara I MPR DPR kemarin. Nah, kalo direnovasi seperti ini, kira-kira gedung ini tetap akan dihancurkan apa tidak ya? Masih ingat dong soal rencana pembangunan gedung baru? Kalo tetap dihancurkan, sayang juga ya biaya renovasi atau mending direnovasi saja daripada membangun gedung baru?






all photos copyright by Jaya

Minggu, 26 September 2010

TIDAK PERNAH BERUBAH: HARI-HARI OMONG KOSONG!

Disaat banyak pemimpin yang ‘tenggelam’ dalam pencitraan. Disaat elit banyak yang tenggelam dalam menyampaikan pernyataan yang bertentangan dengan nurani rakyat. Disaat ada pemimpin yang munafik dengan memberikan pernyataan yang aromanya cenderung pada kobohongan publik. Disaat ada pemimpin tengelam dalam ‘keragu-raguan’. Disaat ada pemimpin yang tengelam dalam mengalihkan isu-isu. Disaat ada pimimpin elit yang tengelam dalam suasana ‘penjilatan’ atau ‘Asal Bapak Senang’....”

Rangkaian kalimat tersebut saya kutip dari kolom Kopi Pagi yang ditulis oleh Harmoko. Tentu sebagian besar Anda tahu siapa itu Harmoko? Ketika Orde Baru (Orba), namanya dijadikan sebuah singkatan yang diplesetkan menjadi "Hari-Hari Omong Kosong".


Suharto dan Harmono. Ibarat guru dan murid. Sayang, di akhir kisah si murid mendzolimi guru, dengan cara melengserkan dari tahta.

Harmoko lahir di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939. Pria ini pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Republik Indonesia pada masa Orba dari 19 Maret 83 sampai 16 Maret 1997 (14 tahun); Ketua DPR RI periode 1997-1998; dan Ketua MPR pada masa pemerintahan BJ Habibie (1997-1998).

Sebelum menjadi pejabat di pemerintahan Orba, pria yang terkenal dengan kata-kata “menurut petunjuk Bapak Presiden” ini sempat menjadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia dan Ketua Umum DPP Golkar (1988-1993). Pada tahun 1970, bersama beberapa temannya, ia menerbitkan harian Pos Kota.

Bagi pelanggan Pos Kota, barangkali sudah tidak asing lagi dengan kolom Kopi Pagi yang ditulis oleh Harmoko itu. Sebuah metode pencitraan atas kesalahan-kesalahan masa lalu, dimana tulisan-tulisan di kolom itu seolah Harmoko sebagai politisi memiliki hati nurani, reformis, dan bukan tipikal ‘penjilat’ atau ‘Asal Bapak Senang’.

Simak lagi tulisan di artikel di kolom yang sama bejudul Tenggelam ini:

Karena banyak para pejabat yang menganut ‘Keuangan Maha Kuasa’, maka tidak sedikit jalur-jalur hijau yang seharusnya menjadi benteng lingkungan berubah menjadi benteng ekonomi liberal....


Harmoko ketika menjadi Ketua Umum Golkar. Ia termasuk pejabat Orba yang "selamat". Kini berkoar-koar sok menjadi pahlawan. Dulu saat menjabat kemana saja Pak?

Para elit pimpinan berlomba membuat citra bahwa kerja-kinerjanya sesuai dengan harapan rakyat, tetapi kenyataan di lapangan kerja-kinerja itu malah membuat kemiskinan berjumlah meningkat. Begitu juga kenaikan harga-harga kebutuhan pokok membuat rakyat mengeluarkan sumpah-serapah. Bahkan ada yang menilai pemerintah baik pusat maupun daerah cenderung gagal melaksanakan janji-janjinya
”.

Mohon maaf, ketika membaca tulisan-tulisan Harmoko di Kopi Pagi saya seringkali mual-mual dan kepala pusing. Mau muntah. Padahal sebelum membaca Kopi Pagi, saya sudah sarapan pagi. Ah, barangkali lantaran saya melihat foto Harmoko di kolom tersebut dengan senyum khasnya sambil menggunakan peci serta jas dan dasi. Persis ketika ia menjabat sebagai Menteri Penerangan dan saat ketika ia melengserkan Presiden Soeharto tahun Mei 1998.

“Ia tidak pernah berubah dari dulu zaman Orde Baru sampai sekarang. Hari-hari penuh omong kosong....”

“PELACUR SEPERTI SAYA ADALAH OBAT PENENANG BAGI SUAMI-SUAMI YANG TIDAK BAHAGIA DI RUMAH”

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh seorang call girl cantik pada dr. Boyke Dian Nugraha SpOG. Tentu saja, pernyataan itu tidak diutaran saat dokter Boyke sedang berada di kamar hotel, tetapi di dalam ruang praktek.

Kisah yang saya kutip dari buku Di Balik Ruang Praktek Dr. Boyke ini berawal ketika seorang call girl (selanjutnya saya sebut pelacur) masuk ke ruang praktek dengan wajah lebam. Ada bekas tamparan di pipinya yang menurutnya berasal dari pelanggannya. Si pelanggan menampar pipi si pelacur, gara-gara ia didiagnosa menderita penyakit kelamin. Prak! Prok!

Tamparan tersebut jelas membuat kaget si pelacur. Semakin kaget, ketika si pelanggan mengungkapkan, bahwa dirinya kencing nanah setelah 4 hari kencan dengan si pelancur itu. Menurut si pelacur, sangat tidak mungkin pelacur kelas tinggi seperti dia bisa menularkan penyakit via (maaf!) vaginanya. Pelacur kelas tinggi seperti dia selalu dijamin kesehatannya. Wong ia selalu memeriksakan kesehatan, disuntik anti-sypilis, dan para pelanggannya pun terpilih, yakni dari kelas atas semua.

“Apakah Anda yakin bahwa sebuah ‘lubang’ yang diisi berbagai cairan dari berbagai sumber dijamin bersih?” tanya dr. Boyke, seperti yang saya kutip dari buku tersebut di halaman 177.

“Jadi saya menderita penyakit kelamin, dok?” tanya pelacur itu.

“Kemungkinan iya,” jawab dr. Boyke.

Dr. Boyke pun meminta si pelacur memeriksa ke laboratorium. Nah, saat menunggu hasil lab, dr. Boyke memberi saran agar si pelacur yang lulusan akademi sekretaris ini untuk kembali ke jalan yang ‘lurus’. Artinya, berhenti jadi pelacur. Namun, si pelacur ini malah marah-marah. Katanya, ia ke dokter untuk berobat, bukan untuk diceramahi.

“Saya mengerti terhadap profesi dokter, tetapi saya pun bangga dengan profesi saya ini,” ujar pelacur itu.

Ketika muncul kata profesi, dr. Boyke sempat protes. Bayangkan, pelacur dianggap profesi sebagaimana profesi dokter. Namun, si pelacur ternyata punya alasan. “Coba dokter pikir, tanpa orang semacam saya mana mungkin dicapai persetujuan proyek-proyek besar. Saya memang umpan, tetapi umpan untuk sesuatu yang berguna dalam pembangunan,” kata dengan senyum penuh kemenangan.

Lanjutnya, “Orang semacam saya adalah obat penenang bagi suami-suami yang tidak bahagia di rumah”.

Dikatakan oleh si pelacur, bahwa banyak suami yang bertemu dengannya mengeluh soal pekerjaan dan juga rumah tangga. Para suami ini mengeluh, kalau di rumah yang mereka dapat hanya rong-rongan materi dan kecemburuan saja, sementara dengan si pelacur masalah-masalah tersebut seolah langsung selesai. Sebab, selain memberikan kenikmatan dalam layanan seks, si pelacur seperti seorang advisor jenius.

Tentang istri-istri yang seringkali membuat suami merasa terus ‘dirong-rong’ materi, saya jadi ingat salah satu khotbah Jum’at yang sempat saya dengar. Bahwa ujian yang paling berat bagi seorang suami ternyata datang dari istri sendiri. Pulang kerja, bukan menyiapkan minum atau makan malam, justru malah menyiapkan segudang pertanyaan yang menyudutkan suami. Istri marah-marah. Suami mana yang tidak BT?

Suami seorang pejabat. Bertahun-tahun menjabat, tetapi tidak menjadikan keluarga kaya raya. Tanpa sadar, istri minta ini-itu, dimana permintaan itu mendesak suami untuk melakukan tindakan yang di luar kemampuan, khususnya dalam materi. Dengan sadar sang suami menjadi koruptor. Istri tak peduli uang yang didapat sang suami, yang penting keinginan ini-itu terpenuhi. Sang suami BT, terlanjur basah, suami pun berselingkuh dan ‘main’ dengan pelacur.

Namun saya tidak membenarkan tindakan suami melakukan tindakan korupsi atau ‘lari’ ke dunia pelacuran sebagaimana contoh di atas. Sebab, tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan istri, apalagi saya sebagai pria yang menjadi pembela suami-suami peselingkuh atau tukang ‘main’ dengan pelacur. Oalah! Tulisan ini sekadar mengungkap fenomena yang sudah lama terjadi hingga kini. Tujuannya, biar bisa menjadi pelajaran kita bersama, bukan cuma pelajaran bagi dr. Boyke di ruang prakteknya.

Selasa, 14 September 2010

FAKTA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI NEGARA KITA

Melihat tayangan Metro TV, rasanya melihat kembali fakta yang tidak pernah berubah dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negara kita. Apalagi kalo bukan persoalan bolos kerja, mangkir, entah apa lagi namanya. Ternyata persoalan bolos tidak hanya dilakukan oleh para pelajar sekolah, tetapi juga PNS, dan anggota DPR RI kita.

Apakah perlu membolos dijadikan budaya kita? Kita patenkan budaya membolos ini di Kementrian Hukum dan HAM. Tujuannya, agar mendapat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) supaya tidak ada yang mengklaim. Anyway, inilah liputan Metro TV tentang PNS yang membolos di beberapa kota di Indonesia, di hari pertama masuk sekolah, eh salah, maksudnya hari pertama masuk kerja. Ah, sungguh memalukan PNS ini.


DI BLITAR, JAWA TIMUR


DI SERANG, BANTEN


DI PADANG, SUMATERA BARAT


DI CIMAHI, JAWA BARAT


DI BANYUWANGI, JAWA TIMUR

Sabtu, 04 September 2010

COBA TEBAK HARGANYA

Kelihatannya hanya sebuah boneka. Namun ternyata boneka ini cukup "canggih". Kalo kita memegang leher boneka ini, ia akan terbatuk-batuk. Begitu kita pegang hidungnya, bayi ini akan mengeluarkan suara seperti sedang pilek. Lalu ketika hendak di suntik, bayi ini menangis sekeras-kerasnya.

Boneka itu ada di dalam bungkusan mainan bernama check up: get well babe. Dari namanya saja kita sudah bisa mengira-ngira, bahwa bayi ini adalah bayi yang sakit. Tugas anak yang memainkan boneka ini adalah mengecek jenis penyakit si bayi tersebut, sehingga bayi tersebut bisa sembuh.

Mainan kedua berjudul play mat, yakni sebuah kain yang ajaib, karena di atas kain kita bisa melukis dengan menggunakan air. Tentu saat menulis kita menggunakan alat semacam pulpen. Tagline dari mainan ini adalah water magic. Yap, lukisan dari air yang dilukis di atas mat ini bisa menghilang dalam tempo 5 menit. Bim salabim! Abrakadabra!



Kemudian ada permainan bernama My Family Doctor. Barangkali permainan ini tidak begitu "canggih" dibanding dua permainan sebelumnya. Mainan ini banyak di toko-toko, yakni berisi peralatan dokter. Meski peralatan di My Family Doctor ini lebih banyak, karena termasuk ada termometer yang benar-benar bisa difungsikan, tetapi permainan ini biasalah.

Terakhir adalah Dazzlers Dreams. Ini adalah sebuah alat yang ditujukan kepada anak yang gemar sekali show off, entah itu bernyanyi, berpidato, atau sok menjadi politikus. Sebab, paket dalam Dazzlers Dreams ini terdiri dari mikrofone berikut stand mic-nya. Lalu ada lampu-lampu yang dapat menyala seolah lampu di diskotek. Tak kalah menarik, ada speaker yang mampu menyuarakan bunyi drum dan juga tepuk tangan para penonton.

Keempat mainan ini baru saja dibeli oleh istri saya, dalam rangka ulangtahun putri saya yang kedua. Terus terang saya kaget ketika melihat jumlah permainan yang dibelikan istri saya ini. "Kok banyak amat? Pasti harganya sekitar lmaratus ribu atau bahkan lebih dari sejuta deh?" pikir saya.

Tapi saya kaget begitu istri saya menggelengkan kepala, tanpa tuduhan saya salah. Harga yang saya asumsikan meleset 100%. "Kok murah sekali?" tanya saya rada naif. Coba tebak menurut Anda berapa total harga keempat mainan itu?

HI-TECH ERA 70-AN

Ketika teknologi belum segokil sepuluh tahun belakangan ini, nggak ada teknologi mekanik yang selegend ini. Namanya view master. Dari namanya kita sudah menduga, alat ini fungsinya “diintip”. Si pemakai harus mengintip dalam dua lubang yang tersedia di view master ini. Sepintas alat ini mirip teropong atau bahasa premannya kekeran.

Saya masih ingat banget, alat ini begitu digemari anak-anak SD tahun 70-an dan 80-an. Harap maklum, view master dianggap canggih di masa itu. Produk hi-tech. Padahal alat ini hanya meneropong still photo yang terdapat pada sebuah reel.

Reel berbentuk bulat seperti lempengan berdiameter 5 cm. Di Pada 1 reel terdapat 10-15 still photos. Yang manarik, still photo tersebut bisa dilihat secara 3D, sehingga kita seolah sedang menyaksikan sebuah pertunjukan film, meski gambarnya tidak bergerak. Teknologi yang cukup canggih di zamannya bukan?



Ada berbagai macam cerita-cerita menarik yang ada pada reel tersebut. Sebut saja petualangan Batman, Superman, Micky Mouse, dan jagoan yang ngetop banget saat televisi masih TVRI sendiri, yakni Manix. Masih ingat detektif ganteng itu kan?

Bagi anak yang berasal dari golongan kaya, biasanya punya alat canggih ini. Kalo mereka sudah membeli view master, tinggal mengkomplitkan reel-reel-nya aja. Terus terang saya nggak tahu, cerita-cerita apa lagi. Sebab, masa itu, saya nggak mampu beli, tetapi cukup menikmatinya di sekolah.

Yap! Saat masih di sekolah dulu, view master ini menjadi incaran anak-anak seusia saya dulu. Ada seorang tukang yang menggelar lapak view master di depan sekolah. Saya lupa namanya. Yang pasti, ia membawa beberapa view master, dimana alat tersebut diikat dengan tali supaya nggak bisa dicolong orang. Mereka yang berminat menonton, cukup membayar beberapa perak dan memilih cerita yang diminati. Wah, pokoknya seru banget! Kalo lagi penuh, yang ngantri view master ini cukup banyak juga, lho!

Senin, 30 Agustus 2010

SINDIRAN PENDIDIKAN NASIONAL DALAM KOMIK STRIP

Seorang bapak menasehati anaknya agar segera bersekolah. Kata sang bapak, dengan sekolah, anak bisa cepat mencari uang. Dengan naif, anak pun mengikuti perintah bapaknya untuk segera mengganti baju dengan seragam sekolah, komplit dengan topi sekolah.

Di tengah jalan, ketika sedang menyeberang, ada seorang nenek yang juga hendak menyeberang. Awalnya, rasa kemanusiaan sang anak muncul. Ia menggandeng nenek itu, bermaksud menyeberangkan. Tetapi begitu sang anak melihat uang di jalan, ia lebih memilih uang. Sementara nenek yang tadi tangannya dipegang, ditinggalkan. Nenek itu dibiarkan tertabrak mobil.

Salah satu kisah dari komik strip itu sungguh merupakan sindiran terhadap kondisi murid-murid sekolah di tanah air kita ini. Meski agak sedikit berlebihan, tetapi sang komikus Eko S. Bimantara berusaha memotret fakta pendidikan nasional dengan cara menyindir lewat komik. Bahwa murid-murid saat ini tidak lagi diberikan materi tentang pendidikan moral maupun pendidikan karakter. Di era keterbukaan ini, pendidikan nasional justru malah banyak menghasilkan murid-murid yang bermental kapitalis maupun matrialistik.



Lihat lagi sindirian Eko di kisah lain di komik Guru Berdiri Murid Berlari ini. Nampak seorang kepala sekolah memberikan piala yang cukup besar kepada seorang murid yang mengharumkan sekolah, karena berhasil menjuarai lomba cerdas cermat. Baik sang murid maupun sang kepala sekolah bangga dengan prestasi ini. Namun kepala sekolah itu bingung, karena setelah mendapatkan piala, murid itu tidak beranjak dari tempat.

“Kamu nunggu apa lagi?” tanya Kepala Sekolah.

“Duit!” jawab sang murid.

“Wah, juara hanya dapat trophy.”

Begitu tahu juara cerdas cermat hanya mendapatkan trophy, murid itu langsung memberikan lagi piala yang besar itu ke Kepala Sekolah. Ia pergi meninggalkan Kepala Sekolah yang bingung dan berdiri mematung sambil memegang piala.



Ironis, tetapi fakta di lapangan memang begitu. Bahwa pendidikan moral maupun karakter saat ini memang tak banyak diajarkan di bangku sekolah. Tidak heran jika murid-murid sekarang ini cenderung matrialistik. Semua diukur lewat uang, sehingga nilai-nilai sosial maupun semangat gotong royong yang dahulu dimiliki oleh bangsa Indonesia lambat laun hilang.

Anggota DPR RI Dr. Hetifah Sajifudian, MPP dalam kesempatan terpisah juga menyesali kurikulum yang tidak memasukkan pembangunan karakter. Padahal, kata Hetifah, pendidikan karakter itu sangat penting, mengingat generasi sekarang ini karakter keindonesiaan mereka mulai luntur. Oleh karena itu, di tahun-tahun mendatang, orientasi pembelajaran di sekolah harus seimbang.

“Orientasi pembelajaran harus menyeimbangkan pengembangan intelektual dengan pengembangan karakter,” papar Hetifah yang dikenal sebagai anggota DPR RI Komisi X ini.

Menurut Hetifah, ia tidak masalah jika metode belajar-mengajar selama ini harus dirombak total guna keseimbangan tersebut. Hal tersebut semata-mata demi pendidikan nasional dan tentu saja mengajarkan kembali karakter keindonesiaan yang belakangan mulai memudar.



Sindiran-sindiran dalam komik terbitan Gradien Mediatama (Yogyakarta) ini seharusnya menjadi cermin bagi dunia pendidikan kita. Eko sendiri membuat karya ini berdasarkan pengalama pribadi. Dalam kata pengantarnya, ia sadar sekolah merupakan salah satu lingkungan yang sangat besar pengaruhnya terhadap prilaku mental dan pola pikir seseorang.

Tulis Eko, sedikit banyaknya prilaku pendidik, akan mempengaruhi pula tindak tanduk dan hasil belajar peserta didik (output). Itulah yang membuat guru atau tenaga pendidik menjadi sebuah pekerjaan atau profesi yang tidak mudah. Namun komikus kelahiran Jakarta, 30 Mei 1988 ini percaya, bahwa satu hal yang benar-benar sangat perlu dibenahi paling awal di negara kita ini adalah dunia pendidikan.

Kamis, 26 Agustus 2010

Rezeki atau Pelecehan Mata Ya?

Tulisan ini tidak bermaksud untuk merendahkan martabat kaum perempuan. Tulisan ini sekadar mempertanyakan saja. Baiklah, sebelum saya mempertanyakan, silahkan perhatikan foto di bawah ini baik-baik.



Foto yang sudah Anda lihat di atas itu saya ambil via telepon seluler saya. Foto ini saya abadikan saat duduk sendiri di sebuah cafe di bilangan jalan Mulawarman, Jakarta Selatan, beberapa saat setelah buka puasa di bulan Ramadhan 1431 H.

Ada seorang perempuan tepat di samping kiri saya, dimana perempuan tersebut menggenakan busana terbuka blas. Hampir 50% tubuhnya terlihat dengan jelas. Yang bikin ngiler, kulitnya putih mulus itu. Harap maklum, perempuan ini berasal dari etnis Tionghoa. Hanya bra transparan yang terbuat dari plastik yang membungkus bagian vital di tubuh perempuan itu.

Suasana menjelang buka puasa benar-benar tidak fokus lagi pada suara bedug. Bayangkan, jarak antara cangkir berisi teh manis hangat (lihat foto ada cangkir yang ada di sebelah kiri) dengan perempuan itu cuma tiga jengkal jari. Jangan heran, mata saya jadi tidak fokus: melihat televisi yang menyiarkan bedug dan tubuh perempuan yang mulus itu.

Kata orang, keindahan perempuan itu adalah rezeki. Yang namanya rezeki, ya jangan ditolak. Tetapi apakah namanya rezeki kalo saya melihat tubuh perempuan itu berkali-kali?

Anda tentu akan mengatakan, kalo saya tidak mau melihat tubuh perempuan yang terbuka itu, ya tidak usah dilihat. Baiklah kalo begitu. Namun, sekali lagi, saya tidak bisa “berkutik”. Kalo Anda ada di posisi saya menjelang bedug, pasti tidak akan mungkin “menolak” pemandangan yang indah itu. Itulah yang kemudian saya berguyon menganalogikan pemandangan itu adalah sebuah “pelecehan” terhadap mata saya. Entahlah apa pendapat Anda?

Anyway, sambil berguyon lagi saya melihat kejadian ini adalah sebuah bentuk godaan di bulan puasa. Mahkluk halus yang katanya diikat di bulan suci ini, ternyata tidak sepenuhnya diikat. Banyak mahkluk halus yang berwujud manusia masih beredar dan menggoda kita selama puasa. Moga-moga kita bersama bisa menahan aneka godaan mahkluk halus berwujud manusia itu. Amin!

Sabtu, 31 Juli 2010







all photos & text copyright by Jaya

Jumat, 16 Juli 2010

ANGGOTA DPR-NYA RESES, KULI-KULI PADA KERJA

Lihatlah foto-foto di bawah ini. Mereka bukanlah anggota DPR yang sedang bergotong royong membersihkan pekarangan di kompleks DPR RI. Mereka bukan pula mahasiswa yang mencoba menduduki gedung DPR seperti duabelas tahun lalu. Mereka tidak lain adalah kuli-kuli yang bertugas membuat Rancangan Undang-Undang (RUU), eit salah! Maksudnya, mereka adalah kuli-kuli yang job desk mereka.

Hebat ya mereka?

Lho, kok hebat? Itu mah memang tugas mereka. Selain mengecat atap gedung warna hijaunya sudah pudar, ada juga kuli-kuli yang bertugas membetulkan pedestarian, dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai skill mereka. Yang pasti, belum ada kuli-kuli yang ditugasi membetulkan gedung miring di DPR yang sebelumnya sempat heboh itu.












Kuli-kuli yang sedang mengecat atap gedung MPR/ DPR yang pada reformasi tahun 1998 lalu sempat diduduki oleh mahasiswa, eh sekarang malah dinaiki oleh kuli-kuli.

Lho, anggota DPR-nya kemana?

Ketika foto ini saya abadikan, anggota DPR sedang reses. Reses itu bukan rese'. Kalo reses sama artinya dengan rese', maka bisa berbahaya. Masa anggota DPR dibilang rese'? Atau apa iya-iya? Ah, tahu ah!

Bagi anggota legislatif seperti DPR atau DPRD, reses adalah masa yang ditunggu. Selain bisa istirahat, masa ini juga bisa bertemu dengan sanak famili di Kampung halaman ataupun bertemu dengan masyarakat di daerah pemilihannya.

Kenapa harus memilih kata reses yang pengertian sebenarnya adalah istirahat? Padahal dalam reses harus ada laporan yang disampaikan kepada Pimpinan. Nah, ada anggota legislatif yang di masa reses juga melakukan kunjungan kerja untuk menyerap aspirasi masyarakat.


Ini gedung DPR ketika diduduki oleh para kuli, eh salah para mahasiswa saat reformasi tahun 1998 dulu (foto: DR/Rully Kesuma).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, reses artinya perhentian sidang (par-lemen); masa istirahat dari kegiatan bersidang. Lalu Ensiklopedi Nasional Indonesia menjelaskan, reses, menurut pengertian aslinya adalah masa istirahat atau penghentian suatu sidang pengadilan atau sidang lembaga perwakilan rakyatdan badan sejenisnya.

Istilah reses di Indonesia lazim dikenal di DPR-RI, sedang bagi DPRD baru tahun PP No. 25 Tahun 2004 ini mencantumkan istilah reses. Meski reses itu masa istirahat, selama masa itu para anggota DPR tetap melaksanakan tugas tugasnya sebagai wakil rakyat diluar gedung DPR-RI.


Ini seorang kuli lagi membetulkan pedestarian yang ada di kompleks DPR.

Dalam PP No. 1 Tahun 2001 tidak ditemukan istilah reses. Istilah reses ini terdapat dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 162 Tahun 2004 dan PP No 25 Tahun 2004, kemudian istilah diadopsi ke dalam Tatatertib DPR maupun DPRD.

Nah, anda sekarang sudah ngerti kan istilah rese', eh salah reses? Mumpung para anggota lagi reses, para kuli ini bertugas "mempermak" gedung DPR agar kembali cantik. Nggak enak kan kalo dilihat sama tamu, trus komentarnya: "Idih! Kok gedung wakil rakyat jelek amat sih?"



all photos copyright by Jaya

NGGAK PERCAYA PELAKU VIDEO MESUM ITU JADI BUPATI

Di dalam gedung Putri Karang Melenu Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim) siang itu (30/6) ramai sekali. Nampak para pejabat daerah maupun pusat ada di situ. Siang itu memang hari berbahagia untuk Rita Widyasari dan HM Ghufron Yusuf. Mereka berdua dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kukar untuk periode 2010-2015.

Sementara di luar gedung, tepatnya di tepi jalan depan Gedung Puteri Karang Melenu, tempat Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak melantik Rita-Ghufron, sebanyak 30 pemuda dari Jaringan Aksi Mahasiswa (JAM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kutai Kartanegara melakukan demo. Menurut mereka, seperti yang saya kutip via Kompas.com, Rita-Ghufron banyak masalah.

Terus terang saya tidak pernah kenal dengan sosok Rita Widyasari. Kalo Rita Sugiarto, Rita Effendi, atau Ketua KONI Rita Subowo ya saya kenal. Tapi Rita Widyasari? Who is she? Itulah yang membuat saya penasaran. Sebab, dalam berita-berita pelantikan, Rita asal Kaltim ini luar biasa. Beliau dikabarkan menjadi Bupati perempuan pertama di Kaltim. Luar biasa bukan?

Saking penasaran, saya langsung klik google. Biasalah, tiap kali butuh bantuan info, mesin pencari data google sungguh bermanfaat. Begitu saya tulis nama Rita Widyasari dan saya klik, apa yang terjadi?

Dari halaman pertama sampai halaman berikutnya, semua tertulis “video mesum Rita Widyasari” atau “foto adegan mesum Rita Widyasari”. Hah?! Saya kaget bukan main. Ah, masa sih Rita Widyasari yang dilantik jadi Bupati main di video mesum. Pasti Rita yang lain kali. SAYA NGGAK PERCAYA! Oleh karena nggak percaya, saya klik salah satu artikel. Inilah isi artikel tersebut:

Video Mesum Rita Widyasari - Weleh weleh video mesum muncul lagi nih gan :) Sebuah rekaman video porno beredar mirip Rita Widyasari calon Bupati dari Partai Golkar yang akan maju pada Pilkada Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan. Dalam video itu terlihat dia sedang beradegan mesum dengan seorang pria. Mereka berdua berhubungan intim tanpa mengenakan busana. Rekaman video tersebut sudah tersebar luas di situs internet.

Dari informasi yang didapat, video tersebut dibuat pada awal tahun 2000-an dan sempat membuat berita heboh. Video itu malah sudah dijual di pasaran dengan tittle 'Belum ada judul'. Si pelaku video mesum tersebut sangat mirip dengan calon Bupati wanita dari Partai Golkar

Yang menguatkan nama pemain perempuan dalam video itu adalah, dialog di video itu, si pemain lelaki menyebutkan nama si wanita dengan sangat jelas. Selain itu, dalam beberapa kata yang diucapkan sang perempuan yang diindikasikan calon Bupati tersebut beberapa kali terdengar kata-kata dengan dialek Kutai yang begitu kental.

Si wanita yang kebetulan anak salah satu pejabat. Hebatnya lagi, saat ini si wanita masih menjabat sebagai Ketua DPRD setempat.

Sebelumnya Komunitas Muslim Kutai Kartanegara di Jakarta mendatangi kantor DPP Partai Golkar di Slipi, mereka menuntut agar Ketua Umum Golkar segera mengusut tuntas dan memecat salah satu salah satu kader Partai Golkar Kutai Kertanegara, Rita Widyasari, karena dinilai terlibat film porno.



Gokil! Gokil! Gokil! Eit! Tapi benar nggak sih Rita si pelaku video mesum tersebut adalah Rita yang baru saja dilantik jadi Bupati Kukar? Apa pejabat-pejabat Kukar nggak tahu ya atau pura-pura nggak tahu? Kalo memang Rita adalah pelaku video mesum tersebut, wah sungguh gokil sekali ya dengan komitmen pemerintah buat melawan pornografi. Berarti Ariel-Luna Maya-Cut Tari someday bisa jadi Bupati dong ya? Wah, saya benar-benar masih nggak percaya kalo pelaku video mesum itu adalah Rita, Bupati perempuan pertama di Kaltim yang saat ini dibangga-banggakan itu.

Is there anybody know about this gokil story?

Jumat, 11 Juni 2010

MEMANG MAMA DULU BINTANG PORNO YA?

Sambil menggendong putrinya, Cut Tari mencoba memberikan klarifikasi soal video porno yang mirip dirinya dengan orang mirip Ariel. Di depan para pekerja infotainment dan didampingi oleh sang suami, Tari menjelaskan bahwa yang ada di video mesum itu bukan dirinya.

"Buat saya, suami saya tidak percaya kalau itu saya. Ibu saya yang melahirkan saya, juga tidak percaya. Keluarga saya pun juga tidak percaya, kalau itu saya. Jadi buat saya, itu sudah cukup," ujarnya kepada wartawan di kediamannya, Jalan Pondok Kelapa XII/ 9, Jakarta Timur, Rabu (9/6/2010) malam (baca: http://id.omg.yahoo.com/news/cut-tari-merasa-cukup-keluarga--suami-tak-percaya-zwp4-341346.html).

Sambil tertawa-tawa, Tari terus berusaha meyakinkan pekerja infotainment, bahwa dirinya bukanlah artis porno yang ada di video itu. Saya tidak tahu apa yang ada di kepala suaminya. Saya pun tidak tahu apa jadinya anak yang digendong Tari malam itu. Yang pasti sang anak akan tumbuh dewasa dan video porno itu someday akan dilihat oleh anaknya dan anaknya pun akan bertanya.

“Kok video porno ini mirip banget kayak Mama. Memang dulu Mama bintang porno?”

Barangkali Tari akan mengatakan hal ini, sebagaimana saat-saat ia menjelaskan pada pekerja infotainment:

"Sayang, sampai saat ini Papa kamu tidak percaya kalau itu Mama. Nenek Mama yang melahirkan Mama, juga tidak percaya. Keluarga Mama pun juga tidak percaya, kalau itu Mama. Jadi buat Mama, itu sudah cukup," ujar Tari sambil tertawa-tawa.

Menurut Anda apakah anak Tari akan berhenti sampai situ? I’m not sure! Setiap ucapan dan tindakan pasti ada konsekuensinya. Saya dan barangkali Anda sudah pernah mengalaminya. Saya selalu mengalami kejadian-kejadian yang membuat saya merasa sial. Bagi saya, kesialan itu akibat dari dosa-dosa saya sebelumnya. Ada sebab dan ada akibat.

Itulah mengapa, saya tidak bisa membayangkan wajah anak Tari yang polos itu beberapa tahun kemudian. Dimana pada saat ini ia hanya melihat Mamanya tertawa-tartawa di depan beberapa kamera, seolah nothing happend. Saya juga tidak bisa membayangkan, mengapa sang suami nampak “tenang” menerima aib keluarga. Padahal kehormatan lelaki, ada pada kehormatan sang istri. Ketika kehormatan istri diumbar dengan orang lain, kita tidak boleh tinggal diam. Ah, saya curiga pasti something happened between them, but I really don’t know for sure...

Anak itu terus melirik pada Mamanya. Ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Mamanya itu di depan banyak orang. Yang anak itu tahu, ibunya tertawa seolah tanpa beban. "Mama pasti sedang nge-joke dengan orang-orang itu".



Selasa, 08 Juni 2010

SERAHKAN PADA AHLINYA (AHLI KUNCI)

Jargon yang menjadi judul saya ini begitu popular saat Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta Juni 2007, dimana Pilkada tersebut memenangkan pasangan pasangan Fauzi Bowo-Prijanto memperoleh 57,87% suara, sedangkan pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar memperoleh 42,13% suara. Saat itu yang dianggap “ahlinya” adalah Fauzi Bowo yang akrab disapa Bang Foke ini.

Sudah lebih dari 3 tahun, Bang Foke yang dianggap “ahlinya” itu memimpin Ibu kota DKI Jakarta. Namun mayoritas warga, termasuk mereka yang dulu sempat memilih Gubernur berkumis tebal itu menyangsikan keahlian yang digembar-gemborkan saat Pilkada.

“Ternyata kita salah pilih yang ahli,” kata warga berinisial A.

“Mending kita tanya sama yang nggak ahli aja sekalian,” ucap warga berinisial B.


Tiba-tiba kunci stir mobil saya macet. Sebagai manusia normal, saya pun panik.

Anyway, ngomong-ngomong soal ahli, ada orang yang benar-benar ahli. Bukan Gubernur, Bupati, atau Ketua RT, tetapi seorang tukang kunci. Ini saya buktikan kemarin, ketika saya sempat panik nggak bisa membuka kunci stir mobil.

Entah mengapa, tiba-tiba kunci stir saya nggak bisa dibuka. Padahal semalam saya bisa membuka kunci dan pagi hari sebelum pergi ke Mall of Indonesia (MOI), kunci stri saya juga nggak bermasalah. Eh, ketika ketika sedang ngejar waktu, kunci stir nggak bersahabat.

Dari mulai sesabar-sabarnya sampai puluhan doa yang dipanjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, kunci stir nggak juga bisa dibuka. Gokils! Saya pun panik, wong ngejar janji di dua tempat. Saya coba lagi membuka setelah hati cukup tenang, eh kunci stir juga belum mau membuka diri. Makin paniklah saya. Manusiawi dong? Untunglah ada Malaikat yang datang. Malaikat itu berkata: “Don’t be panic! Mending elo serahkan pada ahlinya!”


Daripada panik, saya langsung menyerahkan pada sang ahlinya.


Dengan membaca Bismillah, saya menyusuri jalan Kelapa Gading dan Alhamdulillah saya berjumpa dengan ahlinya, yakni ahli kunci. Dia nggak mirip Bang Foke yang punya kumis tebal. Dia pun nggak bersafari, cuma mengenakan kaos oblong warna hitam, celana pendek, topi, dan sandal jepit.

Ahli kunci yang saya temukan di pojokan Makro Kelapa Gading (sekarang namanya bukan Makro lagi, tetapi Lotte) ini namanya Asep. Nama boleh berbau-bau Sunda, tetapi tampangnya Batak abis. Eit meski kelihatan sangar, tutur katanya sangat sangat sopan.


Saking serius, sang ahli lupa kolornya kelihatan. Warnanya biru muda.

Pemirsa, Asep ini ternyata benar-benar ahlinya. Kalo saya sudah ngedumel hampir 10 menit belum terbuka-buka kunci stirnya, oleh tangan dingin Asep, kunci stir itu bisa dibuka hanya dalam tempo kurang dari 10 menit. Luar biasa kamu, Sep! Kamu memang ahlinya. Bukan cuma jualan jorgan, tetapi terbukti ahli.


Kunci stir mobil bermasalah itu pun akhirnya copot juga.

Terus terang ketika Asep berhasil membukakan kunci stir, saya pengen tanya sama dia apakah sudah punya pacar atau istri. Kalo sudah punya istri, alangkah beruntungnya sang istri punya suami yang ahli. Saya juga sebenarnya juga mau tanya apakah dalam Pilkada Gubernur DKI Jakarta nanti mau mencalonkan diri. Sebab, dia sudah membuktikan diri kalo Asep benar-benar sang ahli, meski cuma ahli kunci.


all photos copyright by Jaya

SCENE "NG" IKLAN SABUN KECANTIKAN

Ada perusahaan yang paling rugi dengan beredarnya video porno dengan bintang film tersebut mirip Ariel dan Luna Maya. Perusahaan yang menanggung rugi ini adalah PT Unilever. Betapa tidak, perusahaan ini baru mengeluarkan iklan sabun kecantikan terbaru versi couple dengan bintang Ariel dan Luna Maya.

Namun di beberapa media, Sekretaris PT Unilever Sancoyo Antarikso selaku produsen sabun kecantikan ini mengatakan, baik Luna maupun Ariel telah mengakui bahwa video porno yang beredar di jagat maya itu merupakan rekayasa. "Kami menerima pernyataan tertulis dari pihak Luna Maya dan Ariel bahwa video tersebut adalah rekayasa," kata Sancoyo dalam pesan singkatnya (SMS) yang diterima oleh media, di Jakarta, Minggu (6/6/2010).

Entah pengakuan Ariel dan Luna benar atau tidak, yang pasti menurut pakar forensik digital Ruby Z Alamsyah pada Warta Kota itu asli bukan rekayasa. Coba buka link ini: http://www.tribunnews.com/2010/06/07/ahli-forensik-digital-video-hot-mirip-luna-ariel-asli. Menurut Rudy, ada perangkat lunak atau software yang dapat membuktikan keaslian wajah seseorang yang terekam di video. Teknologi tersebut dikenal dengan nama software pengenal wajah (face recognition software).

Terserah Anda percaya atau enggak. Yang pasti, banyak olok-olok sehubungan dengan video porno ini. Salah satunya adalah olok-olok bahwa video porno itu adalah lanjutan dari scene iklan sabun versi couple itu.

Yang menyebarkan olok-olok itu menyebutkan, dikisahkan bahwa terdapat scene, dimana orang yang mirip Ariel dan Luna (baca: pakai stuntman dan stuntwoman) melakukan adegan ranjang yang norak. Scene berikutnya, wanita yang mirip Luna mandi dengan sabun kecantikan. Mandi wajib tentunya. Kebetulan dalam scene mandi, orang yang mirip Ariel nggak ikut-ikutan mandi. Takut mandi kali! Makanya scene ini nggak di-record, karena nggak porno. Baru deh scene berikutnya adalah Luna asli sedang dandan dan Ariel asli sedang memegang cincin kawin. Khusus yang scene terakhir, nggak pake stuntman dan stuntwoman, karena scene-nya nggak porno.

Kenapa scene adegan porno nggak dimasukkan? Ini joke lagi. Adegan porno itu nggak digabung jadi satu dengan scene selanjutnya, karena kualitas gambarnya yang nggak berstandar iklan buat broadcast, tetapi standar telepon selular. Scene adegan porno itu sudah dicatat oleh VTR-man atau pencatat script sebagai scene "NG".

Dalam dunia iklan, sinetron, atau film, tiap shooting ada istilah "GOOD", "NO GOOD" (NG), dan "CHOOSE". "GOOD" adalah istilah buat scene yang dianggap bagus oleh sang Sutradara. Baik bagus secara lighting, shot, dialog, mimik pemain, maupun blocking. Istilah "NG" akan dikatakan kalo scene tersebut dianggap kurang bagus, sehingga perlu pengulangan (retake). Sementara "CHOOSE" adalah hasil dari scene yang sudah di-take (di-shooting) yang bisa kita pilih. Nggak jelek-jelek amat, dianggap masih layak, tetapi nggak sempurna juga.

Lepas dari benar atau tidak pengakuan Ariel dan Luna pada PT. Unilever di atas tadi, saya dan jutaan orang pasti tetap merasa dirugikan. Bukan soal kontrak iklan sabun itu. Itu mah persetan! Tetapi soal kualitas gambar video porno yang dibintangi oleh orang yang mirip Ariel dan Luna Maya itu.

Saya berharap, pihak-pihak terkait yang memiliki master video tersebut segera dimasukkan ke tempat editing. Mohon cari tempat editing, dimana punya hardware atau software yang bisa membuat kualitas video porno itu seperti film atau minimal standar broadcast lah. Maksudnya di-reedit. Barangkali ada editor-editor film jago yang bisa memperbaiki kualitas video porno itu?

By the way busway, moga-moga video porno yang juga mirip Ariel berikutnya, yang katanya lebih dari 20 episode itu, kualitasnya lebih muantabs. Berkualitas film porno ala Vivid Productions, ya at least broadcast quality gitu deh.




Senin, 31 Mei 2010

JADI IKUT-IKUTAN PELIT

Entah nasib saya lagi sial atau saat ini memang semua hotel di Surabaya, Jawa Timur melakukan hal yang sama. Bahwa sebagai costumer hotel, kita dikenakan tarif buat meminta sendal hotel.

Ya, mungkin saja saya norak, udik, atau kampungan. Maklumlah, terakhir saya ke Surabaya kurang lebih satahun lalu. Namun yang saya ingat, dulu ketika nginap di hotel, entah berbintang tiga, empat, atau bintang kejira, saya nggak pernah dikenakan biaya buat minta sandal hotel. Tapi di bulan Mei 2010 ini sendal ditarifkan ya di hotel Surabaya?

"Pak kok di kamar saya nggak ada sendal ya? Saya boleh minta sendal?"

"Baik, Pak," jawab petugas hotel. "Tapi ada biaya untuk sendal ya, Pak?"

"Hah?! Biaya? Berapa Pak?"

"Sepuluh ribu."

Conversation itu terjadi di hotel berpredikat melati, yakni hotel Royal Regent. Konon hotel ini nggak pantas lagi disebut hotel Melati, karena kamar dan fasilitasnya sudah sekelas hotel bintang dua bahkan tiga, apalagi harganya sama dengan hotel bintang dua di Jakarta. Tapi gosip yang beredar, hotel ini tetap dimasukkan dalam kelas melati. Anda tahu dong kenapa sebabnya?


Inilah sandal seharga 10 ribu perak yang saya beli di hotel Royal Regent.


Saya protes habis-habisan begitu tahu sandal hotel ditarifkan. Bukan masalah uang sepuluh ribu, tapi saya nggak terbiasa saja sandal hotel diduitkan.

"Hotel ini merki (baca: pelit) amat sih," gerutu saya dalam hati. "Jangan-jangan kalo nginep di sini lagi, sabun, sikat gigi, sampo juga bayar kali ya?"

Semakin terlihat pelit saat saya breakfast. Pernah nggak Anda pesan omlet dijatahin 1 kamar 1 omlet? Nah, di hotel Royal Regent ini menganut sistem begitu.

"Maaf pak, satu kamar cuma boleh pesan 1 omlet," ujar petugas breakfast.

"Yasudah sekalian aja saya pesan 2 omlet, karena saya nginep di hotel ini dua kamar!"

Oleh karena mengalami hal yang nggak menyenangkan dengan hotel Royal Regent, saya minta teman-teman segera check out dari hotel ini.

"Namanya doang Royal, eh ternyata pelit banget dengan costumer!"

Ternyata eh ternyata nggak cuma di Royal Ragent sebuah sandal hotel "dibisnisin". Di hotel bintang empat kayak Surya, saya juga dikenakan charge buat sandal hotel.

"Berapa harganya?"

"Limabelas ribu, pak!"

Walhasil, dengan berat hati saya pun mengeluarkan kocek limabalas ribu buat sandal hotel bermotif batik itu, di luar tarif hotel.

Dear friends, kelihatannya saya jadi ikut-ikutan pelit ya? Wong cuma sepuluhribu atau limabelas ribu aja kok pake ngedumel begitu. Jujur, sebenarnya sih nggak pengen. Harga segitu dengan harga kamar nggak sebanding. Ya barangkali karena mental saya aja kali belum menerima sandal hotel ditarifkan ato memang saat ini sandal-sandal di hotel semua ditarifkan ya? Bukan seharusnya pihak hotel bersyukur sandal-sandal mereka dipakai oleh orang, sehingga itung-itung jadi promosi gratis hotel mereka, ya nggak?

"Tahu begitu, next time kalo ke Surabaya mending bawa sendal jepit dari rumah aja kali ya?"

Dan saya pun membuang sandal-sandal itu ke dalam keranjang sampah. Ah, rugi amat pake sandal hotel yang bayar. Kalo saya pake jalan-jalan, enak di pihak hotel karena promosi gratis, nggak enak di saya.

Minggu, 09 Mei 2010

KALO NGEBAND TERUS, MUNGKIN NGGAK AKAN JADI SUTRADARA BEKEN: A STORY ABOUT RIRI RIZA

Nasib manusia memang nggak bisa ketebak. Biar yang meramal Mama Loreng atau Mama Tutul, nggak akan mungkin tahu manusia itu nantinya jadi apa, kerja di perusahaan apa, istrinya namanya siapa, termasuk dengan teman gue yang tercinta ini: Riri Riza.

Kalo boleh mengkisahkan sedikit anak Plumpang, Jakarta Utara berdarah Makassar ini, dulu doi boleh dikata sebagai drummer muda terbaik di Indonesia. Perawakannya yang kurus kering, gak membuat dirinya kalah dengan drummer-drummer senior lainnya.


Riri Riza (dua dari kanan) yang kini menjadi Sutradara beken kelas internasional. Sementara Dodi Katamsi dan Edo tetap memilih sebagai musisi.

Meski belum sejajar dengan kemahiran Phill Collins (Genesis) atau John Bonham (Led Zeppelin), Riri mampu menggebuk drum ala Herman Rerabel. Bersama band-nya, Seedz, ia dikenal oleh banyak orang sebagai imitator penggebuk drum grup Scorpions itu.

Foto ini diabadikan beberapa tahun lalu, sebelum Riri dikenal sebagai Sutradara muda yang namanya kini harum semerbak. Anda bisa bayangkan, seandainya Riri tetap menjadi pemain drum dan membawakan lagu-lagu Scorpions bersama band-nya, barangkali Anda tidak akan pernah menikmati kehebatannya menyutradarai film Laskar Pelangi yang menjadi film terlaris sepanjang sejarah perfilman nasional, karena meraih lebih dari 4 juta penonton bioskop. Riri juga nggak akan mungkin meraih piala di Italia atas kemenangan film Sang Pemimpi. Anak-anak gw juga nggak akan pernah melihat film Petualangan Sherina, film yang menjadi lokomotif perfilman nasional yang sebelumnya terpuruk.

Itulah jalan Tuhan, dimana kita nggak akan pernah bisa mengira nasib kita. Jangan percaya semua para peramal! Better kita berusaha terus all my friends, jangan lupa berdoa.

Here I am, rock you like a hurricane...
Here I am, rock you like a hurricana...
(lyrick and song by Klaus Maine & Mathias Jabbs/ Scorpions)

Jumat, 02 April 2010

KAYAK TUGAS NEGARA

Meski tidak mengenal dekat Ardi Bakrie dan Nia Ramadhani, saya memutuskan hadir di resepsi pernikahan mereka di Grand Ballroom Hotel Mulia, Jakarta, pada 2 April 2010 lalu. Entah kenapa, rasanya undangan mereka kayak sebuah tugas negara. Kok begitu? Sebab, saya bukan siapa-siapa, tetapi mereka khusus mengundang saya dengan nama dan alamat yang benar. Ibarat Jenderal memerintahkan para prajurit buat pergi ke medan perang. Padahal Jenderal belum tentu mengenal semua prajurit, tetapi prajurit mau nggak mau harus ikut perintah, karena itu adalah tugas negara.


Karangan bunga ini diletakkan di pinggir halaman hotel Mulia. Saya perhatikan, seluruh halaman mulia sudah nggak cukup menampung karangan bunga ini. Bayangkan! Hampir seluruh pengusaha maupun politikus di Indonesia ini mengirimkan karangan bunga, belum duta besar negara sahabat. Kalo dihitung-hitung, hanya karangan bunganya saja sudah mencapai ratusan juta, kalo rata-rata per karangan bunga harganya minimal 500 ribu perak.

Biasanya, pengantin yang hubungannya nggak terlalu dekat pasti tidak akan pernah mengundang dengan nama dan alamat di undangan itu. Mereka yang bukan family atau kerabat cukup mendapat undangan kolektif alias undangan rame-rame. Bahkan saat ini dengan teknologi internet, fasilitas jejaring sosial justru menyederhanakan pengantin membuat undangan rame-rame. Tapi itu tidak dilakukan pasangan Ardi-Nia ini. Biar saya nggak terlalu kenal, mereka begitu mengharagi saya. Inilah yang membuat saya merasa undangan resepsi pernikahan mereka kayak tugas negara, dan saya harus melaksanakan tugas negara ini.

Yang namanya tugas negara, tentu kita nggak boleh menyerah sebelum berperang. Setelah saya pertimbangkan buat meluncur ke hotel Mulia bersama istri, saya pun kudu sabar melewati beberapa rintangan sebelum bersalaman dengan sang pengantin di atas podium. Rintangan-rintangan ini harus saya alami dengan penuh kesabaran dan saya nggak boleh menyerah.







Inilah souvenir Ardi-Nia. Begitu selesai mengisi buku tamu dan memberikan kupon souvenir, tiap tamu mendapatkan ini. Saya sempat bingung, dimana kotak ang-pou-nya ya? Eh, ternyata lubang kotak itu tertutup oleh buku tamu. Jadi si penerima tamu sengaja tidak memperlihatkan lubang kotak ang-pou. Artinya, tamu-tamu yang datang tidak diwajibkan memberi uang. Mau ngasih syukur, enggak juga nggak apa-apa.

Rintangan pertama adalah kemacetan. Barangkali kalo kemacetan di jalan dari rumah saya menuju ke Mulia nggak masalah. Yang terjadi justru kemacetan masuk ke dalam parkir hotel. Kalo pernah ke hotel Mulia, pasti Anda tahu di sekitar hotel ada kantor Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang ada di samping TVRI. Anda pasti juga tahu sebelum hotel Mulia dari arah Senayan City, ada lapangan golf. Nah, kemacetan sudah terjadi sejak dari lapangan golf dan juga di depan kantor Menpora. Mending cuma padat merayap, tetapi ini macet-cet! Lumlahlah, sejumlah mobil harus masuk ke pintu hotel mulia dengan dua baris. Jadi bottle neck pun terjadi.

Begitu masuk area pemeriksaan, terdapat 5 jalur mobil, dimana masing-masing jalur terdapat sekitar 4-5 security. Saya yakin, kalo hari-hari biasa nggak mungkin sebanyak ini. Pasti security ekstra. Boleh jadi ada security yang seharusnya libur jadi nggak libur atau diperbantukan security-security baru. Sayang, meski banyak security, tetapi pemeriksaan malam itu nggak ketat. Nggak setiap mobil diperiksa. Mobil saya saja nggak diperiksa sebagaimana prosedur masuk ke dalam hotel. Kayak mereka cuma melihat wajah dan penampilan si pemilik mobil. Kalo wajahnya ganteng dan penampilannya rapi kayak saya, dibiarkan begitu saja. Lucu juga ya?


Supaya teratur, panitia membuat jalur salaman yang dibatasi oleh pagar berwarna emas. Jalur salaman ini dibuat zig-zag. Maklumlah, kalo nggak dibuat zig-zag, antreannya bisa dari gedung Menpora ke podium pengantin. Wong kalo dihitung-hitung panjang anteran lebih dari seratus meter, bo!

Setelah melewati 5 jalur mobil, terjadi bottle neck lagi. Dari lima jalur, mobil dipaksa berbaris membuat 2 jalur. Biasanya kalo antre kayak begini, saya paling kesel kalo ketemu dengan pengendara yang etika mengantrenya nggak pake otak. Dalam aturan, mobil harus bergantian masuk mobil dari kiri, gantian mobil yang kanan masuk untuk antre di belakangannya. Tapi kebanyakan kalo mobil di depan sudah masuk anteran, mobil di belakang sudah nempel di belakang. Mobil ini seolah nggak mau bergantian dengan mobil sebelahnya dulu. Biasanya kalo sudah begitu, saya sih cuma bisa sabar. Ngeladenin pengemudi mobil mewah yang mirip sopir mikrolet atau metromini kayak begitu mah nggak ada untungnya.

Itu baru perjuangan antre masuk ke dalam hotel, belum cari parkir. Nah, mereka yang nggak mau ‘berperang’ melawan itu semua, biasanya cukup parkir di depan gedung Menpora atau lapangan golf setelah Senayan City (Sency). Memang sih jalannya cukup jauh, tetapi nggak bakal ikut lomba antre masuk hotel kayak saya. Tadinya istri saya ingin seperti mereka yang parkir di luar, tetapi saya tolak. Saya bilang, ngapain juga jauh-jauh parkir, trus jalan. Yang ada sampai ke lobi keringetan. Maklumlah, saya kan pakai kemeja dan jas. Jas memang bisa ditenteng, tetapi kalo kemeja kena keringat, yang ada akan terlihat ‘pulau keringat’ di seputar punggung. Lagi pula malu dong kalo kegantengan saya jadi hilang pas di depan para pejabat atau sepasang pengantin? Nggak enak kalo mereka bilang: “Habis fitness dimana bang?”






Foto Ardi-Nia yang ditempelkan di dinding dan lemari berisi pernak-pernik Ardi-Nia. Semua ini berada di kiri dan kanan jalur antrean. Mereka sengaja menempatkan ini supaya tamu yang antre nggak bete.


Alhamdulillah perjuangan saya mencari tempat perkir nggak sesulit dibayangkan. Ternyata masih banyak tempat parkir yang kosong. Memang sih perjuangan masuk ke dalam butuh energi, tetapi kalo sabar, pasti disayang Tuhan dan disayang oleh tukang parkir di dalam hotel Mulia. Jadi enak kan? Nggak perlu keringetan, langsung masuk lobi yang berpenyejuk udara.

Di lobi penuh sekali manusia. Kalo dilihat dari pakaiannya, mereka pasti dari kondangan. Malam ini, nggak ada pesta resepsi selain pesta putra konglomerat Ardi Bakrie-Nia Ramadhani. Saya yakin, mereka pasti tamu dari kloter sebelumnya. Sekadar info, resepsi Ardy-Nia ini dilakukan mulai hari Kamis dan Jumat. Masing-masing dikasih waktu atau shift. Ini bertujuan agar tidak penuh sesak dan sangat segmented. Ada shift khusus politikus, shift pengusaha, shift selebriti, dan shift kroco-kroco kayak saya ini. Saya kebagian shift Jumat pukul 21.00 wib. Kebayang dong resepsi jam segitu? Biasanya kan jam 19.00 wib. Tapi ya saya maklumlah: who am I?

Agar supaya teratur barisannya, oleh panitia dibuat jalur antrean. Jalur antrean ini dibatasi oleh pagar berwarna emas. Jalur ini dibuat zig-zag. Sengaja zig-zag, supaya nggak terlihat terlalu panjang dan menyusahkan hotel Mulia. Saya membayangkan, kalo jalur antrean ini dibuat lurus, bisa jadi panjang anterannya mulai dari gedung Menpora sampai panggung pengantin. Wong kalo dihitung-hitung panjangnya mencapai lebih dari seratus meter, kok. Mirip kayak panjang karangan bunga yang dipajang sepanjang area hotel Mulia tadi.

Selama antre, tamu nggak dibuat bete. Ada ornamen-ornamen yang memanjakan mata kita. Ornamen-ornamen itu cukup artistik. Kita serasa tidak dibuat masuk ke dalam sebuah hotel Mulia, tetapi kayak sebuah museum. Di sebelah kiri dan kanan ada foto-foto Ardi-Nia dalam ukuran dan bentuk yang berbeda. Ada yang berwarna dan hitam-putih. Pose-nya pun beda. Ada mereka yang sedang berada di sebuah jalan besar di malam hari, dimana Ardi duduk di motor Harley Davidson, sedang Nia menggenakan gaun warna merah. Ada foto hitam-putih, dimana Ardi digambarkan seolah mencari sosok Nia. Ia bingung dan sempat menelepon seseorang, sementara ada bayang-bayang Nia di belakang Ardi.

Yang juga nggak kalah keren adalah sebuah lemari berkaca transparan, dimana di dalam lemari tersebut terdapat beberapa pernak-pernik Ardi-Nia. Salah satunya ada sepatu bola dan kaos bola Ardi. Sepatu bola yang digantung seolah menjadi simbol bahwa kini Ardi sudah siap menjadi suami bagi Nia dan meninggalkan masa lalunya.

Selain foto-foto plus pernak-pernik itu, tamu juga bisa melihat apa yang terjadi di atas pelaminan dan juga di panggung sebelah pelaminan via plasma berukuran 45 inci. Saya bisa melihat wajah tamu-tamu yang bisa muncul di televisi berjabatan tangan dengan sepasang pengantin. Saya pun bisa bersenandung, karena malam itu ada Elfa’s Singers yang bernyanyi diiringi oleh Andy Rianto Orcestra.


...........on progresss....

all photos copyright by Jaya

Kamis, 01 April 2010

BINGUNG MAU PAKE BAJU APA...

Betapa surprise hatiku ketika mendapatkan sebuah undangan pernikahan. Tentu bukan karena saya belum pernah diundang dalam sebuah pernikahan, sehingga saya sampai surprise begitu. Bukan, bukan itu masalahnya. Namun yang mengundang itu, lho!

Undangan berwarna krem itu datang dari putra konglomerat pribumi bangsa Indonesia ini. Sungguh saya nggak habis pikir, orang seperti saya yang nggak biasa datang di pesta pernikahan seorang konglomerat, tiba-tiba diundang. Norakkah saya? Terserah! Harusnya Anda maklum, karena saya bukan keturunan konglomerat. Saya anak guru olahraga. Saya saja sekarang ini tinggal di sebuah pemukiman padat di Jakarta Pusat.


Undangan dari putra konglomerat yang membuat saya surprise plus bingung. Mau ngasih duit berapa? Pakai baju apa ya?

Dalam beberapa hari ini, setelah undangan sampai ke tangan saya, saya menjadi bingung tujuh keliling. Barangkali Anda tahu apa yang membuat saya bingung? Baiklah kalo Anda nggak tahu. Saya akan ceritakan kebingunan itu. Bingung pertama, berapa rupiah uang yang akan saya berikan pada putra konglomerat ini? Nggak mungkin duaratus, tigaratus, apalagi seratus ribu dong? Buat dia, uang segitu pasti nggak ada artinya, ya nggak? Ah, barangkali kasih 5 juta kali ya...

Kebingungan kedua, saya harus pakai baju apa ya? Pakai batik, itu kayaknya bakal jadi akternatif terakhir dan umum akan dilakukan. Kalo pakai jas, wah ini dia masalahnya. Saya nggak punya jas yang layak buat dipakai. Jas saya sudah layak masuk ke gudang atau diberikan ke fakir miskin. Beli dong! Itu memang jalan satu-satunya, karena pilihan selain beli adalah buat jas atau pinjam jas. Untuk yang terakhir, pinjam jas, kayaknya gengsi, deh. Masa pinjam jas?

Bingung euy! Ternyata modal buat ikut pesta putra konglomerat banyak juga ya? Mau masukan uang di kotak, nggak mungkin seratus ribu. Pakai batik, hmmmm, kayaknya terlalu umum. Mau bikin jas, nggak cukup cuma duaratus ribu. Begitu pula kalo beli jas. Yang nggak bingung cuma sepatu. Alhamdulillah saya punya sepatu baru yang masih mengkilat dan memang khusus buat kondangan.


Kupon pengganti souvenir ini dibuat untuk mengantisipasi jangan sampai ada orang yang nggak diundang masuk ke ruang resepsi. Sekarang ini banyak orang yang cuma pingin makan gratis, modal batik, masuk ke dalam sebuah pesta.




Terlepas dari ketidakpercayaan saya ini, saya tetap bangga bisa diundang oleh putra seorang konglomerat tersohor di tanah air ini, dan sudah pasti saya akan berjabat tangan dengan konglomerat itu sendiri, selain putra dan pasangan married-nya. Saya tentu juga bangga diundang oleh seorang selebritis yang menjadi calon istri putra konglomerat itu. Saya serasa menjadi bagian kalangan jet set.

Bagaimana akhir kisah kebingungan saya ini? Nantikan di cerita saya di episode kedua, setelah saya hadir di pesta pernikahaan putra konglomerat pada Jumat, 2 April 2010 ini, yang berlangsung di hotel Mulia, Jakarta.

Rabu, 31 Maret 2010

SENYUM SANG MAKELAR PAJAK

Wajahnya nampak begitu tenang. Entah yang saat ini ia hadapi bukan dianggap sebagai sebuah persoalan atau memang hidupnya sudah terjamin. Terjamin terhadap apa? Terjamin terhadap eksistensinya di dunia ini.

Jangan heran kalo pria berwajah jelek ini tersenyum. Bahkan sempat membuka mulutnya dan memperlihatkan ada dua buah gigi yang ada di tengah yang bolong. Digigit tikus kali. Ah, entahlah! Mungkin digigit anjing.

Penangkapan Gayus Tambunan seharusnya menjadi awal dari mengungkap para makelar kasus (maksus) yang menurut Susno Duadji ada di Polri. Bukan cuma di Polri, tetapi pejabat-pejabat di instansi tempatnya bekerja, yakni di pajak, dimana bersarang sejumlah makelar pajak (makjak). Gayus bisa jadi pahlawan. Pegawai Ditjen Pajak IIIa pemilik duit Rp 28 miliar ini bisa jadi pahlawan.

Ayo Gayus buka mulutmu! Ungkap nama-nama pejabat tinggi si maksus dan makjat itu! Jangan takut! Jangan takut! Jangan takut!

TAIKU MEMANG BAU, BAGAIMANA DENGAN TAIMU?

Sebelum aku mengenalmu, kau sudah mati. Yang menyedihkan, engkau mati mengenaskan. Dengan leher yang melengkung ke kanan. Nampak engkau sedang berusaha menghadap ke arah kanan.

Engkau mati dalam kondisi sedang bergerak. Aku berpikir, engkau mati secara tiba-tiba. Ada sesuatu yang membuatku mati. Mungkinkah kabar yang mendebarkan dari mantan Kabareskrim Susno Djuaji yang membuatnya jantungan, dimana engkau sebenarnya termasuk salah satu makelar kasus, tetapi kamu tidak mengakui, dan gara-gara berbohong, jantung engkau tiba-tiba mati?


Ini WC tempat saya berak. Nah, di atas lubang WC ada ventilasi, dimana di situ terdapat cicak mati.

Mungkinkah engkau mati gara-gara instansimu sekarang tercoreng moreng. Seorang berwajah jelek bernama Gayus Tumbuhan merusak sistem permakelaran yang selama ini sangat tertutup rapat dan kini jadi terbongkar? Entahlah. Yang pasti engkau sudah mati dalam kondisi mengenaskan. Dengan leher mengengok ke kanan.

Kamu tidak mungkin mati hanya gara-gara Susno Duadji. Kamu pun tidak akan mungkin mati gara-gara Gayus Tumbunan. Sebab kamu adalah seekor cecak. Kamu bukan buaya, tetapi kamu cecak.



Lubang ventilasi dengan cicak mati. Ia mati dengan mendadak, karena mencium aroma yang tidak sedap dari lubang WC

Barangkali aku tahu kenapa kamu mati. Penyebab kematianmu mungkin karena bau taiku yang nyemplung di lubang WC. Kebetulan memang kamu berdiri di atas lubang WC. Kebetulan pula saat itu aku sedang jongkok di WC. Aku tidak melihat ada kamu di atasku. Aku baru lihat kamu setelah pekerjaanku membuang kotoran selesai dan aku temukan engkau sudah tidak bergerak lagi. Engkau mati.

Engkau mati mengenaskan, mencium taiku yang bau itu. Mohon maaf, taiku memang bau. Bagaimana dengan taimu? Tai makelar-mekelar kasus yang mengambil duit rakyat? Makelar-makelar pajak yang kongkalikong dengan para wajib pajak, sehingga memperkaya diri. Bagaimana tai mereka itu? Tai mereka pasti lebih bau dari taiku. Aku yakin, cecak itu akan mati lebih awal sebelum melewati lubang WC yang sedang ditongkrongi oleh para makelar kasus dan makelar pajak itu. Sebab, aku makan pakai duit halal dan tai yang keluar dari lubang pantat berasal dari makanan halal. Sementara mereka, makan duit haram dan tai yang keluar pun pasti akan haram.

all photos copyright by Jaya

Sabtu, 20 Maret 2010

“SAYA SENENG, NIH. SERU!”

Ketika Nurdin Halid berdebat dengan Andi Mallarangeng di acara Malam Minggu One yang disiarkan live (Sabtu, 20/3/2010) di tvOne, saya sengaja nonton di ruang VIP di studio tvOne di Cawang, Jakarta Timur. Selain ingin berperan sebagai penonton, saya ingin minta pendapat soal pembahasan talk show malam itu dengan istri Nurdin Halid, yakni Andi Nurbani.

“Wah saya senang banget,” ujar wanita yang akrab disapa Ani ini. “Saya memang biasa nonton acara debat-debat kayak begini.”

Wanita berjilbab ini selalu menggangguk saat sang suami berusaha memberikan tanggapan. Saya cuma bisa senyum dan mencoba terus meminta tanggapan terhadap show yang berlangsung malam itu.

“Seru!”


Ibu Ani Halid (paling kanan pakai jilbab) ketika menemani sang suami, Nurdin Halid dalam acara Malam Minggu One di tvOne, dimana menghadirkan pula Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng.


Sebagai istri yang baik, Ani selalu hadir. Memang nggak setiap event, tetapi kebanyakan ia seringkali muncul. Ini nggak cuma pada saat talk show, diundang salah satu stasiun televisi, tetapi pada saat menyaksikan pertandingan sepakbola, kalo memang kebetulan diajak sang suami, ia pasti ikut.

“Suka nonton bola kalo diajak nonton aja,” aku ibu tujuh anak ini.

Saking seringnya bersinggungan dengan sepakbola, salah seorang anaknya yang kuliah di Melbourne, Australia melakukan aktivitas yang berhubungan dengan sepakbola. Ia mengumpulkan teman-teman kuliahnya buat membentuk klab sepakbola di negara Kanguru itu.


Sambil terus nonton debat di acara Malam Minggu One yang disiarkan langsung oleh tvOne tiap Sabtu pukul 19.30-21.30 wib ini, Ani sempat tanya soal honor band dalam sekali manggung. Gara-garanya, dalam acara itu ada penampilan Ada Band. Bahkan ia ini sempat minta foto bareng dengan vokalis Ada Band, yakni Donny.

“Kira-kira kalo Slank manggung di Australia berapa ya, Mas?” tanya Ani yang penggemar berat Manchester United (MU) ini.

Waduh?! Slank manggung di Australia? Gokils! Wong di Indonesia aja relatif mahal, gimana manggung di Australia? Weleh! Weleh! Eh, tapi kalo yang mikirin uang saya, pasti memang rada pusing. Maklumlah, saya nggak sekaya istri Nurdin Halid ini, bo! Gaji saya sebulan cuma 23 juta perak. Ups! Ketahuan deh gaji saya. Gawat! Nah, kalo istri Nurdin ini kan pengusaha. Jadi ya wajar aja kalo tanya-tanya soal honor Slank manggung di Australia, ya nggak?

all photos copyright by Jaya