Minggu, 17 Mei 2009

TUHAN MARAH NGGAK KALO KITA NGGAK BAYAR PAJAK?

Tarjo nggak menemukan istilah dalam bahasa Inggris sunset policy. Doi udah mengutak-atik kata itu berkali-kali, tapi nggak ada yang pas di hati. Di kamus mana pun nggak ada istilah sunset policy.

"Rambut gw yang gondrong kemayu kayak gini bisa-bisa botak nih!"

Protes Tarjo soal istilah sunset policy beralasan juga. Maklum, lulusan LIA, Pramuka yang sekarang sering ngasih les private khursus bahasa Arab ini nggak negrti. Doi ngeri cuma gara-gara sunset policy, rambutnya bisa botak kayak profesor.

"Ngomong-ngomong kenapa ente jadi ngasih les bahasa Arab? Katanya ente lulusan LIA? LIA itu kan tempat kursus bahasa Inggris bukan?"

"Gw ini ternyata lebih banyak nongkrong di masjid, di pesantren, cas-cis-cus sama Ustadz atau Kiai, jadinya ya bahasa Arab lebih unggul. Harusnya kalo mau jago bahasa Inggris nongkrongnya di British Council atau jalan-jalan ke sabang buat kenalan sama bule kere, atau at least nongkrong di WC lah..."

"Kok di WC?"

"Sambil ngeden buat ngeluarin tokai, kita baca-baca buku bahasa Inggris kaleee..."


Kelihatannya kerja kalo selama diberlalukan sunset policy, orang-orang Pajak jemput bola. Jemput bolanya nggak cuma di Mal atau di gedung-gedung perkantoran, di kantor yang ada di Kawasan Industri pun dijemput "bola"-nya. Ini semua demi apa? Demi duit! Yaiyalah, kita-kita semua bakal dipajakin di segala lini. Padahal kita bernafas nggak pernah dipajakin sama Tuhan ya?


Back to istilah sunset policy. Kalo dipilah-pilah, sunset itu artinya sun alias matahari yang yang lagi set. Matahari tengelam, maksudnya. Sedangkan policy itu artinya kebijakan. Kalo disambung sunset policy, arti harafiahnya kebijakan matahari tengelam. Waduh! Ini sama aja Pemerintah menganggap dirinya Tuhan! Betul nggak? Yaiyalah! Yang memberikan kebijakan matahari terbenam dan bersinar kan Tuhan. Yang memerintahkan matahari nggak terbit lagi dan digantikan bulan cuma Tuhan. Berarti, sunset policy ini geblek banget!

Tarjo nggak suka Pemerintah yang menggulirkan sunset policy. Sebagai orang yang sekarang lebih banyak ngobrol dengan Ustadz dan Kiai, doi sebel Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak (selanjutnya disingkat "orang-orang Pajak"), yang sok jadi Tuhan. Sok bisa membuat kebijakan matahari terbenam.

Seorang teman Tarjo akhirnya mencoba menjelaskan soal sunset policy ini. Kebetulan temannya yang bernama Tarji ini orang Pajak. Katanya, sunset policy itu adalah kebijakan yang diberikan kepada Wajib Pajak karena adanya ketentuan dalam undang-undang perpajakan yang baru berupa pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi. Undang-undang yang dimaksud di sini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan nomor 28 tahun 2007.

Berdasarkan rasa penasaran, Tarjo membuka-buka UU pajak. Eh, ternyata tetap aja nggak ada istilah sunset policy. Yang selalu dicantumkan di situ, orang yang tinggal di Indonesia disebut Wajib Pajak. Artinya, orang yang wajib membayar pajak. Kata Wajib Panjak selalu dikumandangkan di UU tersebut. Kata itu juga yang menginspirasi Tarjo kembali bertanya.

"Kenapa kita wajib membayar Pajak? Wong Tuhan aja nggak pernah memajakin kita, kok?"

"Selama kita tinggal di sebuah negara, kita wajib membayar pajak my Friends," jelas Tarji.

"Kira-kira Tuhan marah nggak kalo kita nggak bayar pajak?"

Tarji bengong. Doi nggak berani menjawab kalo percakapannya udah mengarah ke soal Tuhan. Doi takut kualat dan masuk neraka. Padahal Tarjo bisa aja jawab, urusan di dunia jangan dikaitkan ke masalah akhirat. Padahal kalo Tarji ngerti, di dalam kitab, Tuhan udah ngatur juga kok urusan dunia agar selamat di dunia dan akhirat. Tapi kayak-kayaknya si Tarji lebih suka memajakin orang.

"Kayak-kayaknya kalo kita udah bayar zakat 2,5%, Tuhan nggak akan marah lagi kalo kita nggak mau bayar pajak di dunia ya?" tanya Tarho.

Tarji tambah bengong. Bisa-bisa kalo ketemu dengan orang model Tarjo, banyak yang bakal menunggak pajak, nih! Gara-gara banyak yang menunggak pajak, bisa-bisa negara Indonesia terancam gulung tikar.

"Ah, nggak juga dong! Sekarang gw tanya, mending gw menunggak pajak atau kalian-kalian ini mengemplang Konglomerat yang selalu terlambat bayar hutang ke Negara? Atau menangkap Koruptor-Koruptor yang sudah bawa banyak uang negara?"

Tarjo jadi menceramai Tarji. Kata Tarjo, Tuhan itu sangat baik. Dia nggak pernah menyuruh umat-nya buat bayar pajak. Dia cuma minta rezekinya diberikan 2,5% aja. Nah, orang-orang pajak nggak cuma 2,5%. Semuanya dipajakin. Pendapatan dipajakin. Beli barang dipajakin. Nggak ada lagi ruang-ruang sisa buat manusia yang nggak dipajakin. Padahal kalo Tuhan punya kebijakan, bisa aja Dia meminta Manusia buat membayar udara yang mereka hirup, air yang mereka ambil dari bumi, dan matahari yang dimanfaatkan buat apa saja, dan juga tubuhan yang hidup. Untunglah, Tuhan bukan orang pajak.

Nggak bisa jawab, Tarji akhirnya terkentut-kentut.




video copyright by Jaya

0 komentar: