Sabtu, 23 Mei 2009

AIR MATA BUAYA

Sudah berkali-kali dinasehati, wanita berinisial G tetap aja jadi anak Nakal. Disuruh begini salah begini nggak mau, disuruh begitu apalagi. Nggak heran kalo atasannya menunda untuk mengangkatnya jadi Karyawan di perusahaan parbrik jengkol. Buatnya, diangkat atau nggak dianggat jadi Karyawan nggak penting. Sing penting kasih sayang!

“Ah, bodo!”

Begitu saja selalu jawaban wanita yang saat ini sedang menjadi incaran Ahli Pengobatan alternatif. Boleh dimaklumi kalo jawaban “ah, bodo” itu selalu keluar dari si Nakal. Sebab, Mamanya si Nakal dahulu sempat berlangganan Bobo. Tahu dong kalo Bobo itu majalah favorit anak-anak kecil. Boleh tanya, dari anak-anak kecil sekarang sampai orangtua yang bentar lagi meninggal, pasti kenal dengan majalah Bobo.

Biasanya kebanyakan orang langganan majalah Bobo sama Gadis. Kalo ada yang langganan dua majalah itu, pasti gedenya jadi Playboy, at least jadi digemari oleh kaum remaja belia. Kok bisa? Habis, Bobo-nya sama Gadis, gimana dong? Ah, becanda cong! Nanti diprotes sama Gramedia Group dan Femina Group, lho!



Back to si Nakal. Nah, tiap kali mau tidur, si Nakal selalu minta dibacakan cerita yang ada di Bobo. Anehnya, cerita yang diminta soal perceraian, perselingkuhan, dan kematian Selebritis. Lah, memangnya di Bobo ada artikel gosip kayak gitu?

“Pokoknya aku nggak mau kalo nggak diceritin! Aku benci! Aku rindu! Aku benci tapi rindu!”

Kelakuan si Nakal memang begitu. Permintaannya selalu harus dituruti. Meski di Bobo nggak ada berita-berita gosip, si Nakal selalu maksa. Terpaksalah Mama-nya si Nakal melakukan terobosan membuat cerita baru alias gosip baru. Tujuannya supaya si Nakal bisa cepet tidur. Supaya cerewetnya berhenti.

Inilah cerita yang akhirnya harus di-create oleh Mama-nya si Nakal. Perkawinan Raja Dangdut Rhoma Irama dengan Diana Papilaya; Dewi Persik yang nggak bisa bergoyang lagi gara-gara pantatnya kempes; perselingkuhan Dewi Sandra dengan Adlof Pusumah; retaknya hubungan Mayangsari dengan Gatot Kaca; perselingkuhan Annisa Tribanowati dengan Agung Styanto; dan terakhir gosip perceraian Adjie Pangestu dan Angelina Sondakh.



Begitulah si Nakal, selalu menyusahkan orang banyak, mirip kayak Jihan. Udah tahu rumahnya di Bogor, bukannya nge-kos malah nekad pulang-balik Jakarta-Bogor. Mending kalo dapat tugas pagi, bisa pulang pergi. Kalo giliran dapat shift malam? Yang susah Driver-nya dipaksa-paksa buat ngaterin ke Bogor. Coba kalo Drivernya nggak ganteng, si Jihan pasti muntah-muntah. Lho, apa hubungannya ya Driver ganteng dengan nggak ganteng? Wong urusannya nganterin pulang kok? Entahlah!

Si Nakal kemudian beranjak dewasa. Bibirnya yang sebelumnya tembem, menjadi tipis setipis buku tulis AA. Alisnya yang sebelumhya nggak teratur, satu per satu dikumpulkan dan kemudian membentuk alis yang tebal, mirip kumis Pak Raden. Matanya yang lonjong kayak kue cubit, dibentuk menjadi satu kesatuan hingga kayak sekarang ini. Si Nakal kini menjadi manusia normal.

Tibalah pada hari bersejarah dalam hidupnya. Si Nakal ulang tahun. Nggak teman-temannya yang diundang pada perayaan kali ini. Sebelumnya, doi mengundang Gajah, Monyet, Jerapah, Kura-Kura, Anjing, Monyet, Enrico, Faiz, Nanda, Silvy, Ria, Beruang, Macang Tutul, dan Yati Pesek. Namun ulangtahun ini nobody comes. Inilah yang membuatnya sedih. Air matanya pun menetes pelan. Tes..tes...tes. Kok air mata menetes kayak orang lagi nyobain mikrofone ya?

Hatinya hancur berkeping-keping. Sakit sekali. Saking sakitnya, perutnya nggak bisa menahan laju kentut yang ingin bebas lepas. Si Nakal pun terkentut-kentut. Aroma kentutnya mengisi seisi ruangan yang sebenarnya menggunakan penyejuk ruangan plus parfum. Sayang, bau kentut lebih mendominasi. Tapi si Nakal cuek.

Tiba-tiba makluk berbadan besar datang. Dia adalah Pembantu rumah tangga yang sejak kecil sudah mengasuh si Nakal. Dia bernama Direx.

“Non, ini bau apa?” tanya Direx nggak sadar soal aroma bau kentut di kamar si Nakal. “Non, pakai parfum baru ya? Baunya saya suka nih, Non! Kayak bau parfum Luna Maya!”

Si Nakal nggak bergeming. Sementara si Direx terus ngoceh dari A sampai Z. Doi cerita bagaimana pengalamannya menjadi Pembantu rumah tangga para Selebritis. Doi pernah menjadi Pembantu Tamara Blezinsky, Sophia Latjuba, Cahtrine Wilson, Ateng, dan Iskak. Yang menarik dari pengalamannya, Direx sempat mau dipaksa kawin dengan Tamara Blezinsky tapi nggak mau. Padahal cowok ini ngebet banget kawin. Lagipula siapa cowok normal yang nggak mau sama Tamara?

“Habis saratnya banyak banget kalo kawin dengan doi,” jelas Direx. “Tiap kali mau ketemu, gw disuruh mandi dulu pake sabun Lux. Katanya biar bersih. Yang ada gw nggak bersih, tapi kulit gw jadi kudisan. Yaiyalah! Itu kan sabun mandi para Pembantu! Masa gw yang udah jadi Pembantu dipaksa sabunan pake sabun Pembantu? Nggak usyah ya!”

Syarat yang lain, kondom nggak boleh bocor kemana-mana; pakaian kudu seksi, kalo perlu celana kolor ditaro di luar kayak Superman; kudu pake topi buat menutupi kekurangan rambut kepala; last but not least jangan pernah kentut di sembarangan tempat. Syarat-syarat itulah yang membuat Direx emoh kawin dengan Tamara.

“Mending gw kawin dengan Inem Pelayan Seksi deh!”

Di saat Direx masih asyik membeberkan pengelamannya menjadi Pembantu, tiba-tiba si Nakal membuka mulut.

“Rex, would you help me?” tanya si Nakal.

“Untuk Non, I’ll do anything. Name it!”

“Tolong bacakan cerita buat saya. Ceritanya dari majalah Bobo...”

“Majalah Bobo?” Direx heran. Majikannya yang udah setengah dewasa ini kenapa mau dibacakan cerita dari majalah Bobo?

“Tolong ceritakan soal Buaya Darat...”

“Hah?! Buaya Darat?!” Direx heran lagi. Mana ada cerita di Bobo soal Buaya Darat? Kalo cerita soal Lubang Buaya mungkin masih make sense. Atau cerita soal Buaya Keroncong. Atau Buaya di Ragunan.

Direx bingung tujuh keliling. Sebagai Pembantu, ternyata ada job desk baru, yakni kudu kreatif. Nggak heran doi mencari ide soal Buaya Darat. Semenit...dua menit... tiga menit. Akhirnya Direx mendapatkan berhasil!

“Once upon a time, tersebutlah wanita bernama Maia. Dia cantik dan jago buat lagu. Di awal-awal perkawinannya, Maia begitu menyayangi sang kekasih. Nama kekasihnya Dani. Hubungan mereka kayak Romeo and Juliet...”

Si Nakal tersenyum. Doi agaknya sedang membayangkan dirinya kayak Maia yang memiliki hati berbunga-bunga memiliki kekasih yang menyayanginya.

“Namun sayang, Dani mengingkari janji suci,” lanjut Direx. “Ada wanita lain yang menarik hatinya. Wanita itu bernama Mulan. Ternyata benar apa yang dinyanyikan Angun C. Sasmi, mata laki-laki katanya begitu. Hubungan cinta Maia-Dani pun retak...”

Si Nakal marah mendengar cerita itu. Matanya merah. Merahnya bukan karena kelilipan atau kena debu. Kalo kena begituan, sebaiknya memang cepat dikasih obat tetes mata. Namun, mata merah si Nakal lebih karena kegemesannya pada si Dani yang nggak setia. Cowok agaknya memang tercipta nggak setia.

“Oleh karena si Maia jago menciptakan lagu, maka doi menciptakan lagu ‘Buaya Darat’. Buaya di lagu itu adalah personifikasi Dani, mantan kekasih Maia yang udah membuatnya sakit hati...”

Si Nakal tiba-tiba meneteskan air mata. Kisah Maia yang dikhianati Dani menggugah perasaannya. Padahal seharusnya si Nakal nggak boleh menangis, karena hari ini adalah hari istimewa. Hari ulang tahunnya yang ke-67. Tapi dirinya lebih fokus pada Dani si Buaya Darat itu.

“Rex, would you help me?”

“Anything, Non...”

“Would you sing for me?”

“Sing what song, Non?”

“Buaya Darat...”

“Hah?! Buaya Darat?! Nggak hafal liriknya, Non?”

“Refren-nya aja juga nggak apa-apa...”




Dipaksa menyanyi, Direx akhirnya menurut juga. Padahal suaranya lebih baik disimpan di kaleng kerupuk dan baru dibuka setelah lebaran monyet. Namun, oleh karena si Nakal adalah majikan Direx, mau nggak mau kudu diikuti juga perintahnya. Dan nyanyilah Direx...

“Lelaki buaya darat! Busyet aku tertipu lagi...Uouououo....”

Si Nakal makin meneteskan air mata. Air mata buaya.

0 komentar: