Selasa, 05 Maret 2013

Farhat Abbas: "Yang Penting Bukan Menang Jadi Presiden.."

Akhirnya saya bisa bertemu dengan Calon Presiden (Capres) 2014, Farhat Abbas di Pamulang, Tangerang Selatan kemarin (28/1/13). Pengacara ini memang cukup sibuk, terlebih lagi setelah pencalonan dirinya sebagai Capres yang banyak dilecehkan orang. Meski menjadi bahan olok-olok, sejumlah instansi dan perusahaan justru malah mengundangnya untuk memberikan ceramah umum.

Berikut sekelumit obrolan dengan Farhat Abbas yang Penulis temui di salah satu perguruan tinggi swasta di Pamulang. 

Kang Jaya (KJ): Sekarang billboard bang Farhat ada dimana-mana…
(Kebetulan penulis melihat billboard suami Nia Diniaty ini ada di beberapa lokasi. Pada saat menuju ke Pamulang pun penulis sempat berhenti dan mengabadaikan lewat blackberry billboard Farhat sebagai Capres)

Farhat Abbas (FA): Cuma tiga, tapi nanti mau diganti dengan yang baru.

KJ: Tagline-nya tetap sama Bang?

FA: Masih, “Aku Indonesia!”

KJ: Kenapa sih pake ada kata sumpah pocong segala, Bang?

FA: Orang mati aja diingetin, jadi kalo jadi Presiden ya harus diingetin. Salah satunya disumpah pocong…

KJ: Nggak pengen ngalamar masuk partai Bang?

FA: Ah, enggak. Biar partai saja yang ngelamar saya…

13594244951917393340

KJ: Kenapa sih Bang ngotot jadi Capres?

FA: Sebenarnya saya ingin mewakili generasi muda. Lihatlah Capres-Capres sekarang dari generasi tua. Ada yang angkatan 60-an lah, 70-an lah. Apa sih? Mana angkatan mudanya?

(Sampai di sini, penulis berpikir. Dengan kegokilan Farhat berani mencalonkan diri sebagai Capres, ternyata selain sensasi, ada sisi kritisnya, yakni mempertanyakan Capres yang itu-itu aja. Wajah Wiranto lagi-Wiranto lagi. Atau Prabowo lagi-Prabowo lagi. Padahal mereka dulu sudah mencalonkan diri jadi Capres lalu diajak jadi Cawapres oleh Jusuf Kalla dan Megawati, dan kalah.
Dulu pernah Sri Bintang Pamungkas berani menjadi Capres saat Soeharto masih berkuasa. Saat itu, ia dianggap gokil, karena nggak ada yang berani mencalonkan diri jadi Presiden selama Soeharto masih berkuasa. Tetapi dia cuek bebek. Jadi memang harus ada orang-orang gokil seperti Sri Bintang atau sekarang model Farhat ini. Memang sih, cara Farhat mencalonkan diri jadi Capres terlalu norak-norak bergembira)

KJ: Tapi Abang yakin menang jadi Presiden?

FA: Yang penting bukan menang jadi Presidennya, tetapi harus ada wakil dari generasi muda..

KJ: Abang cukup kontroversial, tetapi jumlah followers Twitter Abang bertambah ya…

FA: Alhamdulillah. Sekarang sudah 70 ribu follower…

KJ: Sebelumnya?

FA: Cuma delapan ribu…

KJ: Ngomong-ngomong Abang ke sini dalam rangka apa?

FA: Shooting. Saya disuruh melucu. Saya nggak bisa melucu, tetapi setidaknya bisa menentawakan diri sendiri…haha..

(Tak lama kemudian, Farhat naik ke atas panggung dan ditepuki oleh sekitar 2 ribuan mahasiswa di perguruan tinggi tersebut. Kelar shooting, seorang mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEN) dan mengungkapkan kesalutannya pada Farhat, karena berani mencalonkan diri sebagai Capres)

FA: Iya dong, anak-anak muda harus mendukung.

(Mendengar ucapan Farhat ke anggota BEM ini, Penulis cuma bisa senyam-senyum. Ternyata masih ada pendukung Capres Farhat ya? Apakah pendukung Farhat dianggap pendukung gokil? Secara Farhat dianggap gokil. Ah, daripada ikut-ikutan gokil, Penulis langsung izin permisi pada Farhat untuk menyudahi obrolan ini. Namun sebelumnya, Penulis sempat memfoto sepatu yang dipakai Farhat siang itu, yakni sepatu warna emas dimana di seluruh sepatunya terdapat ujung lancip mirip duri-duri di durian)

Minggu, 27 Januari 2013

DALAM SEMENIT, DUKUNGAN TOLAK HAKIM AGUNG SUDAH RATUSAN


Diky Chandra, mantan Wakil Bupati Garut, mengirim Blackberry Massage (BBM) ke saya. Isinya tentang dukungan pernyataan Wulan Danoekoesoemo dari Lentera Indonesia yang mengecam mereka yang menjadikan pemerkosaan sebagai bahan canda.

Bloggers, jika Anda punya BB, saat ini ramai teman-teman dicontact list Anda yang menyebarkan BBM seperti yang saya terima. Sebar menyebar pesan ini ternyata cukup menarik. Sebab, dalam tempo tidak kurang dari satu menit, muncul nama-nama yang turut mendukung, meski saya perhatikan urutan nama yang disebar tidak akurat dari penyebar satu ke penyebar yang lain. Dari nomer satu sampai enampuluhdua masih sama, yakni Moh Jumhur Hidayat di urutan 1 dan Abdul Aziz di urutan ke-62. Begitu di urutan ke-63, BBM yang disebarkan oleh teman saya pertama bernama Ferrasta “Pepeng” Soebardi, sedang dari BBM teman saya satu lagi urutan ini diisi oleh Katon Bagaskara. Diky Chandra yang mengirimkan BBM ke saya duduk di posisi ke-72, sementara BBM dari teman saya yang lain, nomor 72 sudah diisi oleh Netty Prasetiyani. Anyway, pembahasan ini memang sangat nggak penting.

Bloggers, sebar menyebar BBM untuk mencari dukungan ini terjadi lantaran calon Hakim Agung M. Daming Sanusi dalam fit and proper test di hadapan Komisi III DPR melontarkan pernyataan yang sangat tidak pantas. Ia melontarkan candaan bahwa pemerkosa tidak perlu dihukum mati karena si pemerkosa dan yang diperkosa sama-sama menikmati. Ironisnya, anggota Komisi III DPR menanggapi candaan Daming dengan tertawa. Melihat kondisi miris itu, Wulan Danoekoesoemo dari Lentera Indonesia mengajak kita untuk memberi dukungan Petisi Dukungan Tolak Calon Hakim Agung M Daming Sanusi.

Daming memang sangat gegabah mengungkapkan pernyataan tersebut. Padahal, menurut Ustaz Arifin Ilham, hukuman bagi Pemerkosa adalah HUKUMAN MATI. “Sewaktu saya masih belajar di Mesir, para pemerkosa dijatuhkan hukuman mati,” ujar Ustaz Arifin.

Lanjut Ustaz, hal tersebut pernah ditanyakan kepada Mufti negara Mesir mengenai dasar hukuman mati bagi para pemerkosa?  Jawabanya terdapat dalam surat 5 al-Maidah ayat 33. Pemerkosa digolongkan sebagai “Qothi-ut Thoriiq“, yakni “yang memerangi manusia”.

Sesungguhnya pembalasan terhadap orang orang yang memerangi Allah dan RasulNya, dan membuat kerusakan dimuka bumi, hanyalah DIBUNUH !, atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri. Yg demikian sebagai penghinaan utk mrk didunia, dan diakhirat mrk mendapatkan siksaan yg sangat pedih.”
(Surat al-Maidah 33)

Namun, selama syariat tidak ditegakkan, hukuman MATI tidak akan pernah bisa tegak. Pemerkosa bebas berkeliaran. Pelecahan demi pelecehan terjadi. Bukan cuma yang sudah dilakukan oleh M Daming Sanusi, tetapi orang lain. Barangkali Bloggers belum lupa Olga Syahputra pernah melecehkan dalam candanya ketika menjadi pengisi acara di Dekade Trans Untuk Indonesia pada 15 Desember 2011. Saat itu Olga berperan sebagai hantu. Saat ditanya lawan mainnya tentang kenapa dia sampai menjadi hantu, dia menjawab: matinya sepele, karena diperkosa sopir angkot.

Bloggers, perkataan Olga itu dianggap tidak etis dan tidak menghargai para korban pelecehan di dalam angkot yang memang sedang marak beberapa waktu lalu. Gara-gara perkataan Olga, Helga Worotitjan, perwakilan aktivis advokasi pemerkosaan, mengajukan laporan resmi ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).