Senin, 29 Juni 2009

MANUVER POLITIK SI TIKUS IMUT

Bukan Harimau namanya kalo nggak punya nyali. Sebagai Raja Rimba, dia berani mengatakan, pemilihan Raja Rimba periode mendatang dialah yang layak dipilih kembali. Tanda-tanda kesombongan itu bisa tercium dengan kampanye yang dilakukannya dan para pengikutnya, dimana slogan “cukup satu ronde” aja digelorakan dimana-mana.

Sebenarnya di atas kertas, Harimau bakal menang telak. Bayangkan, persentase pemilih dari kalangan dunia binatang, gokil berat. Mayoritas penghuni hutan rimba melakukan kolaborasi suara atau bahasa politik manusia adalah berkoalisi untuk memilih Harimau sebagai Raja Rimba periode mendatang. Kalo Harimau menang, itu artinya dia mengalahkan keempat peserta pemilihan Raja Rimba yang terdiri dari Gajah, Jerapah, dan tentu saja Tikus. Padahal ketiga binatang keren abis ini yakin berat bakal mengalahkan lawan-lawan mereka.



Gajah misalnya. Binatang bertubuh tambur ini menganggap dirinya bisa mewakili kaum kecil yang kebetulan dikaruniai Tuhan bertubuh imut. Dengan kekuatan tubuhnya, Gajah bisa membela yang lemah. Kakinya yang segede tiang beton sebuah rumah bisa menginjak-injak musuh. Badannya yang bulan dan besar jelas akan memejretkan badan lawan-lawannya. Maklum, berat gajah paling kecil aja lebih dari 200 kg. Kebayang dong berat gajah dewasa? Yang nggak kalah penting belalainya.

Belalai gajah multifungsi. Gajah dewasa menggunakan belalai buat mengangkat, menimang-nimang, atau menyeamatkan anak gajah kalo mengalami bahaya. Dengan belalai yang melingkar, anak gajah diangkat. Bayangkan kalo binatang lain yang menjadi lawan politiknya? Tubuh binatang itu dilingkari oleh belalai sang gajah hingga kencang. Kalo nggak remuk tuh body.

Belalai gajah bisa mengelurkan bunyi yang sangat keras. Persis terompet dengan kekuatan suara yang naudzubillah min dzaliq kerasnya. Barangkali irama musik heavy metal juga kalah nyaring dibanding jeritan gajah via belalainya.

Last but not least, belalai gajah bisa menyemburkan air yang super keras. Sesungguhnya, semburan gajah via belalai ini cocok buat menghalau para Demonstran yang melakukan aksi demonstrasi tapi anarkis. Gajah bisa menggantikan mobil pemadam kebakaran yang masih menggunakan selang air manual. Dengan kemampuan menyemprot berkekuatan tinggi, gajah tentu bisa menghalau musuh-musuhnya.



“Oleh karena itu, akulah yang pantas menjadi Raja Rimba!” kata Gajah berkampanye.

Lain gajah, lain jerapah. Jerapah merasa lebih pantas menjadi Raja Rimba. Lehernya yang panjang, membuat dirinya mampu melihat musuh-musuh yang akan menyerang. Ketika bintanag lain belum sempat mengantisipasi musuh, jerapah justru mampu memantau tempat persembunyian musuh.

“Kalo kebetulan musuh-musuhku main keroyok, aku bisa segera melarikan diri,” ujar jerapah.



Kelebihan lain jerapah adalah langkah kakinya. Langkah jerapah delapan kali lebih lebar daripada langkah manusia dewasa. Meski orang dewasa menggunakan sepeda buat mengejar jerapah, tetap aja nggak bisa mengejar. Even Harimau yang katanya Raja Rimba, dia pusing tujuh keliling kalo harus mengejar jerapah. Maklumlah, lari jerapah bisa mencapai 50 km/ jam, cong!

“Aku pernah menyerang singa dengan kukuku,” papar jerapah. “You know what? Singa kalah! Udah gitu, kukuku yang sangat kuat ini mampu mematahkan rahang singa. Makanya jangan salah pilih. Akulah yang cocok menjadi Raja Hutan!”

“Aku memang nggak sesangar kamu harimau. Aku juga nggak sebesar kamu gajah. Aku pun nggak setinggi kamu wahai jerapah. Tapi akulah binatang yang paling ditakuti oleh binatang, termasuk manusia!”

Ucapan tikus itu tentu membuat membuat harimau, gajah, dan jerapah tertawa terkekeh-kekeh. Maklumlah, mereka bertiga merasa aneh, bagaimana mungkin binatang sekecil tikus bisa mampu menjadi Raja Rimba? Dengan menggunakan logika manapun, tikus pasti akan kalah, baik dengan gajah, jerapah, apalagi harimau.

“Anda terlalu percaya diri my friends,” kata harimau.

“Anda harusnya ngaca terlebih dahulu!” ungkap gajah.

“Setidaknya anda nggak ikut pemilihan Raja Rimba ini. Tapi ikut Pilpres yang diselengarakan oleh manusia,” papar jerapah.

Tikus cuek dilecehkan kayak begitu. Dia tetap keukeh ikut pemilihan raja rimba. Dia yakin, dengan segala sumber daya yang ada dalam dirinya, dia mampu terpilih jadi Raja Rimba. Slogannya sangat sederhana, yakni from animal to human. Dari binatang menjadi manusia.

“Saudara-saudara, kita jangan pernah mau menjadi binatang seumur hidup! Kita boleh tinggal di hutan rimba ini. Tapi kita harus bisa menjadi manusia. Bagaimana caranya? Kita nggak perlu melakukan operasi plastik agar menjadi manusia. Kita nggak perlu berganti kelamin buat menjadi manusia. Intinya kita nggak perlu mengganti kodrat kita. Namun yang terpenting kita harus mencuci otak manusia agar manusia terkontaminasi...”

“Setujuuuu!!!!”

Pidato tikus itu membuat harimau, gajah, dan jerapah kaget. Ternyata hadirin yang mendengarkan pidato tikus, begitu antusias. Bahkan teriak setuju dari seluruh penghuni hutan, menjadikan ketiga kandidat panik. Kok bisa-bisanya mereka menyetujui binatang kecil imut ini?

“Saudara-saudaraku, ideologi tikus lebih dahsyat dari ideologi yang dibuat oleh manusia. Betapa hebatnya manusia, kalo otak mereka udah berubah menjadi otak tikus, pasti akan punya cerita berbeda. Cerita sebagaimana manusia-manusia yang kabur membawa uang sesamanya. Cerita dimana mereka akan berubah ketika harus berhadapan dengan uang, uang, dan uang. Dan kami warga tikus sangat mempengaruhi hidup manusia!”

“Horeeee!!!!!”

“So, jangan ragu-ragu, pilihlah saya. Dengan bantuan manusia, hidup kita di hutan rimba ini akan menjadi kaya. Manusia akan membantu kita membuatkan rumah-rumah yang indah, mobil-mobil yang mahal, dan uang-uang yang akan dimasukkan ke pundi-pundi kita. Lihalah lawan-lawanku! Meski harimau perkasa, meski gajah besar body-nya, dan jerapah tinggi lehernya, toh mereka tetap dimasukkan ke dalam kandang. Mereka cuma dijadikan objek manusia. Sementara aku? Aku bebas berkeliaran dimana-mana, even di gedung yang nggak jauh dari TVRI itu. So, don’t forget to pick me! Hidup aku!”

“Hidup!!!!!”

“Akulah Raja Rimba!”

“Hidup!!!!”

Kriiiiiiiiiiinggggg!!!!!!!

Tiba-tiba suara itu muncul. Suasana tiba-tiba senyap kayak nggak ada penghuni. Mereka mencari-cari lokasi bunyi itu berasal. Rupanya suara itu berasal dari kantong si tikus yang sedang berorasi.


Dasar tikus! Nggak duit, nggak pintu, habis dikerjain. Ini pintu di rumah gw yang terkena ulah tikus, digerogori sampai membentuk sebuah lingkaran.

Tikus itu kemudian mengeluarkan sebuah benda yang berbentuk kotak sebesar kartu remi. Benda itu konon sekarang menjadi impian mayoritas manusia yang gadget-freak. Nggak peduli kepemilikan benda itu dengan cara ngutang via kartu kredit atau beli via black market. Sing penting benda itu kudu dimiliki oleh setiap insan, termasuk anak-anak dimiliki oleh anak-anak SD. Kalo nggak, katanya ketinggalan zaman.

“Hah?! Tikus punya BlackBarry?” tanya harimau keheranan.

“BlackBarry-nya keren pula....” komentar gajah.

“Beli dimana tuh?!” tanya jerapah sok pengen beli, padahal lagi bokek.

“Saudara-saudaraku dengan BlackBarry ini, aku mampu menjalankan roda bisnisku dari jauh. Aku bisa mengarahkan manusia-manusia untuk melakukan aksi mereka dengan supercepat. Dengan BlackBerry ini, aku bisa mengajak manusia untuk membawa uang senilai Rp 3,67 triliun dan US$ 26,37 juta, dimana ini sempat masuk ke laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dikelola oleh manusia-manusia juga. Aku juga berhasil mengelabui manusia yang kerja di Bank Indonesia (BI) agar mengaliri dana senilai Rp 100 miliar. Yang terakhir dan kalah menarik, dengan BlackBerry aku mampu meng-update status-ku di Facebook tanpa harus mengerutu gara-gara koneksi internet lambat. So pilihlah aku!”

“Hidup tikus!”

“Tikus hidup!”

“Hidup-hidup tikus!”

“Tikus-tikus hidup!”

“Tikus imut!”

Sorak sorai penghuni hutan lambat laun membuat minder harimau, gajah, dan jerapah. Mereka yang sebelumnya percaya diri menjadi pemenang pemilihan Raja Rimba, belakangan menjadi ciut. Tikus agaknya berhasil menarik simpati penghuni hutan. Manuver politik tikus imut begitu cermat.

“Kayak-kayaknya nggak bisa menjalankan pemilihan satu ronde, nih!” ujar harimau dengan nada pesimis.

Innaa lillaahi wa innaa ilahi raaji’uuna. Allaahumma ajirnii fii mushiibatii wakhuluf lii khairamminhaa (*)

(*) doa menghadapi musibah

all photos copyright by Jaya

0 komentar: