Minggu, 21 Juni 2009

JOROKNYA DIRIMU, EUY!

Seringkali aku bertanya-tanya, apakah aku masih diperlukan di dunia ini. Pertanyanan ini aku rasa wajar saja, mengingat banyak manusia yang nggak terlalu respek denganku. Aku dianggap nggak punya arti apa-apa, dibanding dengan harta benda lain. Padahal apa susahnya sih memperlakukanku dengan baik?

Manusia itu seharusnya pintar. Tuhan telah memberikan akal agar manusia bisa berpikir jauh dibanding mahkluk Tuhan lain. Kalo Tuhan cuma diberikan otak, tentu derajatnya sami mawon dengan hewan. Tentu manusia nggak mau dong disamakan dengan Monyet? Disamakan dengan Babi? Disamakan dengan Anjing? Wong kalo manusia dipanggil dengan nama-nama binatang itu selalu sewot kok, ya nggak?

Manusia itu seharusnya smart. Kata ini bukan mau mempromosikan produk operator selular, lho. Tapi kata itu benar-benar harus ada pada diri manusia. Siapa sih manusia yang nggak suka dibilang smart? Even orang-orang miskin pun bangga kalo dibilang smart, meski mereka sesungguhnya layak disebut goblok karena hidup mereka nggak mau dirubah. Mereka selalu bilang: ah, dasar nasib! Mereka selalu pesimis dan berkata: memang udah suratan Tuhan. Mereka juga seringkali menanamkan kebencian dan protes: ini pasti salahnya pemerintah membuat kami miskin! Padahal ada satu ayat Allah yang mengatakan: nasib manusia nggak akan berubah kalo manusianya sendiri nggak mau merubahnya. Caranya? Ya kerja keras dan kerja smart!



Balik lagi ke manusia dan diriku. Meski manusia itu pintar atau smart atau pandai, toh dalam praktek tetap saja nggak banyak yang merespek eksistensi diriku. Aku tetap dianggap benda kelas rendah yang cuma dijadikan tempat buang tokai-tokai milik manusia. Sekali lagi, penghargaan manusia terhadap diriku sangat sangat sangat rendah. Aku merasa sakit hati!

Hik! Hik! Hik!

Aku memang cuma terbuat dari keramik. Tapi bukan berarti aku nggak butuh diberikan kasih sayang. Aku kan perlu dirawat sebagaimana kalian merewat anak-anak kalian wahai manusia. Mbok disiram tokai-tokai kalian! Mbok kalian tekan tombol flush yang ada di tempatku, agar tokai-tokai nggak dibiarkan mengambang di lubang itu. Agar pembalut atau tisu nggak menemani tokai-tokai di lubang itu. Kok kalian jorok sih! Bukankah kalian udah diberikan akal atau otak kalian yang brilian itu?

Aku heran dengan kalian semua. Meski kalian manusia yang katanya well educated alias berpendidikan tinggi, tapi kalo soal masalah kebersihan benar-benar kebangetan. Kalian terlalu egois buat menjaga kebersihan, membiarkan tokai-tokai dilihat oleh manusia lain yang notabene mahkluk sesama kalian juga. Kalian terlalu tega membiarkan pembalut kalian dibuang ke lubang sehingga manusia yang akan menggunakanku jadi merasa jijik oh baby.

Aku juga heran. Nggak di mal kelas menengah-bawah, nggak di mal kelas menengah-atas, kejadiannya sama. Selalu ada tokai yang mengambang, atau tisu yang berceceran. Yang paling najis kalo manusia sedang dalam kondisi mencret. Tokainya yang seharusnya padat bergizi menjadi encer. Nggak heran kalo tokai-tokai yang encer itu berceceran. Nggak cuma berceceran dinding-dinding di sekitar lubangku, tapi dimana-mana, baik di lantai maupun di tembok.

Hik! Hik! Hik!

Manusia itu jorok banget sih! Manusia itu egois banget sih! Mengapa yang dipikirkan cuma dirinya sendiri? Mengapa nggak ada visi jangka panjang yang dimiliki oleh manusia sebelum menggunakanku, dimana diriku akan digunakan oleh manusia lain. Menusia yang nggak punya visi ini cuma memikirkan bagaimana tokai-tokai miliknya bebas lepas keluar dari lubang anus. Mereka cuma sibuk mikir kebersihan diri sendiri, sementara manusia sesudahnya yang kebagian joroknya. Nggak peduli jongkok di tempatku yang sebetulnya udah ada tulisan “dilarang jongkok saat boker”.



Manusia itu nggak mungkin nggak tahu kalo jongkok itu menyebabkan pinggiran tempatku jadi kotor. Ada bekas-bekas sepatu milik manusia jongkok itu. Mending kalo habis jongkok si manusia jongkok ini membersihkan bekas-bekas sepatu, atau pada saat jongkok nggak pakai sepatu. Aku mengerti sih mengapa sebagian manusia melakukan aksi jongkok di tempatku, meski udah ada tulisan “dilarang jongkok saat boker”. Menurut penelitian kesehatan, jongkok saat boker memang lebih baik dibanding duduk. Dengan berjongkok, manusia akan memperlancar arus tokai yang keluar dari usus duabelas jari melalui lubang anus.

Aku sih nggak masalah kalo manusia tetap jongkok. Silahkan. Asal kalian tetap menjaga kebersihan di tempatku. Pedulilah terhadap mahkluk sesama kalian. Kalo selesai mengeluarkan tokai, mbok yang disiram atau di-flush. Kalo flush-nya rusah, mbok yang disiram pakai gayung berisi air yang ada di situ. Kalo nggak ada gayung, ya ember di isi air lalu disiram. Kalo nggak ada gayung dan ember, mbok ya gunakan spray. Pokoknya pasti ada cara agar tokai-tokai yang nggak dibiarkan ngambang di lubangku. Bukankah manusia punya akal?

Aku nggak masalah kalian mencret sehingga menyebabkan bercak-bercak tokai yang nggak padat itu menempel di dinding tempatku. Tapi mbok yang bercak-bercak itu disiram. Gunakan sprey lah. Masa kalian nggak tahu cara menghilangkan tokai-tokai yang mencar-mencar itu? Kalian kan manusia yang punya akal, kok kelakuannya kayak Anjing, Babi, atau Monyet sih?

Terkadang aku kasihan juga sama para Cleaning Service. Aku tahu menjaga kebersihan adalah tugas mereka, tapi bukan berarti kalian nggak menghilangkan tokai-tokai setelah boker dong. Kalian juga wajib menjaga kebersihan agar manusia sesudah kalian juga senang menduduki diriku. Kalo saja kalian bisa menjaga kebersihan, itu sama aja kalian merespek diriku. Dengan begitu, aku merasa diperlukan di dunia yang fana ini. Dengan begitu pula, aku merasa disejajarkan dengan harta benda yang kalian punya, meski eksistensiku akan selalu di ruang berukuran sempit, dimana kalian yang masih mengaku manusia selalu mendapatkan gagasan setiap kali nongkrong. Dimana kalian yang juga masih menggemari rokok sebagai sampah jasmani, bisa leluasa mengepul-ngepulkan asap selama merokok di ruang kantor dilarang.

Pesan terakhir sebelum aku digunakan oleh kalian semua wahai manusia yang sakit perut, rawatlah diriku. Kasihilah diriku. Pergunakanlah aku sebaik-baiknya. Ingat kan dengan lagu band Pilot berjudul “Sepanjang Hidupku”? Nah, kalo engkau mengasihaniku, kelak engkau akan menjadi manusia yang bijaksana nan jaya abadi di dunia dan menjadi temanku sepanjang hidupku. Tuhan berpesan: kebersihan adalah sebagian daripada iman.

0 komentar: