Sabtu, 06 Juni 2009

GINI HARI NGGAK PAKE DUIT, KE LAUT AJA!

Saat ini kondisi air tanah di Jakarta kritis. Menurut data Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah(BPLHD) tahun 2008,air tanah kurang dari 40 meter udah tercemar bakeri ecoli. Padahal masih ada 53% warga Jakarta yang memanfaatkan air tanah buat kebutuhan sehari-hari. Sisanya, 47% udah menggunakan PAM. Meski PAM pun bukan jaminan airnya bersih, cong! Nah, lho? Nggak heran kalo saat ini warga Jakarta rindu memperoleh air bersih.

Kerinduan kita mencari air bersih, sama kayak kerinduan kita mencari manusia-manusia bersih di tanah kita. Maklum, baik air maupun manusia sama-sama udah berpolusi. Kalo air udah kena polisi lingkungan, manusia kena polusi duit.

Hah polusi duit? What does it mean?


Memanfaatkan air di sumur ini nggak pake duit. Sumur yang umurnya lebih dari 20 tahunan ini udah dimanfaatkan masyarakat di Ancol buat kebutuhan sehari-hari. Nggak cuma buat mencuci, mandi, tapi juga membuat warga jadi bersih. Bersih badannya, karena mandi tentunya. Kalo bersih secara nurani, wah itu nanti dulu deh!
Sekarang ini kalo udah lihat duit, manusia nggak lagi jadi manusia. Tabiatnya mirip binatang, bahkan lebih rendah lagi dari binatang. Manusia bisa cuek membunuh, menghabisi nyawa sahabat, bahkan darah daging sendiri.

Duit udah kayak Tuhan. Ini dialami sendiri oleh Joko. Gara-gara duit kurang, dia terpaksa mendekam di penjara. Lho apa hubungannya? Hakim yang mengadili kasusnya lebih tertarik duit daripada keadilan. Nggak heran pada saat hendak diadili, Joko mendapatkan tawaran: ada duit, hakim senang. Nggak ada duit, ke laut aja.

"Gini hari mana bisa nggak pake duit?"

"Really?"

"Lah? kencing aja bayar seribu! Apalagi di Pengadilan..."

"Iya juga sih?"

0 komentar: