Senin, 01 Juni 2009

SEMUT HITAM YANG KESEMUTAN

Tersebutlah dua ekor semut di sebuah hutan di Kalimantan sana. Semut pertama ciri-cirinya berwarna putih. Karena berwarna putih, maka semut tersebut dikenal sebagai semut putih. Semut kedua warnanya hitam dan biasa disapa semut hitam. Warna hitam si semut hitam ini bukan gara-gara dicat, dipilok, atau akibat sering berjemur diri. Warna hitam si semut hitam itu asli.

Dari dahulu hingga sekarang, semut putih dan semut hitam saling bersahatan. Meski warna beda, mereka selalu saling tolong menolong, toleransi mereka tinggi, dan selalu hidup rukun. Tiap ada salah satu semut yang kelaparan, semut yang punya kelebihan makanan, akan memberikan. Sebaliknya kalo ada semut yang kehausan, semut yang punya air minum akan memberikan air. Kalo dua-duanya nggak punya makanan atau minuman, ya mereka sama-sama kelaparan dan kehausan.


Kayaknya julukan Mr.Perfect alias "Tuan Sempurna" cocok disandang ke diri Ian Antono. Warum? because, kupingnya nggak bisa mendengar sedikit pun suara-suara yang bikin musikalitas God Bless jadi nggak enak didengar. Oleh karena itu, Ian termasuk musisi yang sangat teliti.

Meski mereka berjenis serangga, namun ada satu kegemaran yang membuat kita tercengang. Apakah itu? Baik semut putih maupun semut hitam sama-sama suka musik rock. Lebih spesifik lagi, mereka suka grup God Bless. Hah! Suka God Bless?!

“Aneh!” komentar semut abu-abu.

“Edan!” ujar semut cokelat.

“Gawat!” teriak semut kuning.

“Manohara!” kata semut Malaysia.

“Lho, kok semut Malaysia?” komentar semut-semut itu bersamaan, mengomentari semut Malaysia.

Semut Malaysia cengegesan. Kayak-kayaknya semut ini ngejek semut-semut asal Indonesia yang berwarna-warni soal Manohara Odelia Pinot. Ngejek apaan? Ngejek kenapa baru sekarang-sekarang ini cewek cantik itu bebas? Padahal udah berbulan-bulan Deasy Fajarina, ibunda Manohara, berteriak-teriak minta tolong. Eh, nggak direspon oleh Pemerintah Indonesia, termasuk oleh Duta Besar Indonesia yang ada di Malaysia.

“Tapi kan sekarang udah bebas?” kata semut cokelat.

“Udah siaran di semua televisi pula!” tambah semut kuning.

“Meski badannya kelihatan gemuk dan ada bekas luka-luka akibat dianiaya,” ungkap semut abu-abu.

Semut hitam dan semut putih bingung. Kok yang jadi persoalan Manohara? Bukankah masalahnya mereka yang suka sama God Bless? Persoalan harusnya jangan diplintar-plinter ke masalah lain. Ini memang kebiasaan di Indonesia! Ada persoalan besar, kemudian diplintar-plintir, lalu menguap, dan persoalan hilang. Masyarakat seolah nggak ingat lagi persoalan besar itu. Nah, kejadian hampir sama dengan masalah kegilaan semut hitam dan semut putih yang menggilai God Bless yang coba dihilangkan dan ditukar dengan masalah Manohara.



“Ok deh, kita sekarang mau dengar alasan kalian kenapa suka God Bless...” papar semut kuning.

“Padahal kalian umurnya masih muda-muda. Harusnya suka bandnya bukan God Bless, tapi band yang lagi happening kayak Kuburan gitu,” ujar semut abu-abu.

Mulailah semut hitam menjelaskan. Bahwa God Bless itu band rock legend. Ketika band-band rock zaman bahuela tinggal nama, God Bless masih tetap eksis. Formasinya pun nggak ada muka baru. Ini artinya apa? Artinya, selain soal bermusik, band ini tetap menggusung tema persahabatan. Persahabatan mereka bukan bagai kepompong, lho. Persahabatan mereka adalah persahabatan antarmanusia.


Donny Fatah termasuk orang terlama kedua di God Bless setelah Achmad Albar. Hebatnya, Donny nggak pernah keluar-masuk kayak ingus sebagaimana dua personil di band ini, yakni Abadi Soesman dan Ian Antono yang sempat keluar dan masuk lagi di formasi terakhir tahun 2009 ini.

Semut putih melanjutkan. Sejarah God Bless nggak bisa lepas dari perjalanan karir Achmad Albar. Setelah melanglang buana di Belanda dan kembali ke Indonesia, vokalis yang disapa Iyek ini punya impian membentuk sebuah band yang menggusung musik rock. Impiannya akhirnya terwujud! Bareng Ludwig Le mans, gitaris Clover Leaf (band saat Iyek di Belanda), Iyek mendirikan band. Selain Le mans, Iyek juga mengajak Fuad Hassan (Drum), Donny Fattah (Bass) dan Deddy Dores (Kibord). Pada tahun 1972, band ini ikut pentas musik “Summer 8” di Ragunan, Jakarta. Katanya pentas musik tersebut mirip-mirip kayak pentas Woodstock ala Indonesia. Pentas “Summer 8” nggak cuma diikuti band Indonesia, tapi ada pula grup band asal Malaysia dan Filipina.

”Nggak lama setelah pentas itu, Deddy Dores keluar,” kata semut hitam. “Posisinya digantikan Jockie Soerjoprajogo.”

Masuknya Jockie ternyata membawa angin segar. Band ini gila-gilaan ngeband. Mending ngebandnya di Jakarta, ini mah di kawasan puncak, Jawa Barat sana. Nggak tahu kenapa alasan latihannya jauh bener. Barangkali biar dapat udara sejuk kali! Atau biar habis latihan bisa langsung metik teh, terus coffee break. Atau biar bisa makan jagung bakar atau bandrek. Ah, yang pasti, di Puncak itulah untuk pertama kali mereka menamakan band mereka dengan nama God Bless.


God Bless pertama kali manggung pada tanggal 5-6 Mei 1973. Manggungnya nggak di Ragunan lagi. Bukan pula di Pasar Minggu, apalagi manggung di hutan Kalimantan. God Bless tampil di Taman Ismail Marzuli (TIM), Jakarta. Saat itu TIM belum kayak sekarang yang ada TIM 21-nya atau fasilitas-fasilitas lain. TIM dahulu masih rimbun, karena bekas sisa-sisa Kebon Binatang.

“Lho, kok kayak-kayak de javu ya?” tanya semut cokelat.

“Maksud loe?” semut hitam heran.

“Iya de javu! Ragunan kan pusat binatang di Jakarta. Nah, TIM itu bekas Kebon Binatang juga. Kok God Bless manggung dari Kebon Binatang ke Kebon Binatang gitu ya?”

“Jangan bilang mereka band Ragunan, lho!” kata semut putih. “Mereka itu legend! Kebetulan aja ngebandnya di awal-awal selalu di Kebon Binatang....”

Formasi God Bless berubah lagi tahun 1975. Teddy Sudjaja masuk menggantikan Keenan Nasution sebagai drummer. Sebelumnya Keenan menggantikan Fuad yang meninggal dunia gara-gara kecelakaan. Selain Teddy, masuk pula gitaris handal Ian Antono yang belakangan menjadi orang yang sangat berpengaruh memperkaya musikalitas God Bless. Dengan formasi Achmad Albar (vokalis), Donny Fattah (bass), Jockie Soerjoprajogo (kibord), Teddy Sudjaja (drum) dan Ian Antono (gitar), God Bless merampungkan debut album berjudul Huma di Atas Bukit. Album ini merupakan soundtrek film yang berjudul sama yang disutradarai oleh Suman Djaya.

Meski tahun 1970-an muncul band-band rock lain kayak Giant Step, The Rollies dan AKA, namun God Bless tetap jadi band nomor wahid. Namun harus diakui, God Bless kerap mengusung reportoar asing milik Deep Purple, ELP, hingga Genesis. Mereka pun seringkali membawakan lagu-lagu asing milik King Ping Meh, Queen, Edgar & Amp, Jhonny Winters, Deep Purple dan Genesis. Hal tersebut mempengaruhi album Huma di Atas Bukit banyak terdengar sound ala Genesis.

Bukan cuma soal musikalitas. Aksi panggung God Bless pun terpengaruh band-band luar. Barangkali inilah yang membuat God Bless mendapat kehormatan buat menjadi opening act band di konser Suzi Quarto dan Deep Purple di Jakarta.

“Kayak-kayaknya kaki gw kesemutan deh,” ujar semut hitam tiba-tiba.

“Itu tanda-tandanya elo darah rendah,” kata semut putih. “Kalo darah elo rendah, darah loe harus ditingkatkan prestasinya...”

“O begitu ya?”

“Makanya sering-seringlah belajar! Belajar meningkatkan derajat darah agar supaya tinggi!”

“Kalo darah udah tinggi?”

“Berarti elo bentar lagi...”

“Bentar lagi apa?”

“Bentar lagi stroke!”

“Brengsek, lho!”

Semut putih melanjutkan kisah God Bless. Pada tahun 1978, Jockie Soerjoprajogo keluar. Doi lebih milih ngerjakan proyek album solonya dan menggarap album Badai Pasti Berlalu. Album tersebut sempat mencuatkan nama Chrisye di belantika musik Indonesia. Posisi Jockie digantikan oleh Abadi Soesman. Abadi langsung terlibat di album God Bless kedua, Cermin (1980).

Konsep musik God Bless di album Cermin sedikit berubah. Sentuhan unsur musik jazz plus The Beatles, mempengaruhi permainan kibord Abadi Soesman. Hal tersebut justru memperkaya aransemen lagu-lagu di album Cermin. Bahkan kalo didengar musiknya jadi terkesan lebih rumit dari album sebelumnya. Bukan lantaran kerumitan itu Abadi lantas resign dari God Bless. Ini terjadi dua tahun setelah album Cermin dirilis.

Tahun 1988, Jockie Soerjoprajogo masuk lagi. Gebrakannya ditandai dengan kemunculan album Semut Hitam. Album ini berhasil sukses secara komersial. Ada tiga lagu yang menjadi hits, yakni Kehidupan, Semut Hitam, dan Rumah Kita. Sayang, kesuksesan album ini nggak dibarengi dengan keharmonisan hubungan antarpersonel dan manajemen. Buntutnya, Ian Antono menyatakan diri keluar. Posisinya kemudian di gantikan oleh gitaris muda berbakat dari Borneo, Eet Sjachranie.

Dengan Eet, God Bless mirilis album Raksasa. Di Album ini, permainan gitar Eet sangat mempengaruhi perubahan musik God Bless. Selain lebih nge-rock, Eet memasukkan sound rock yang lagi happening di akhir tahun 1980-an. Simak lagu Menjilat Matahari yang menjadi lagu hit di bulan Maret 89. Lagu itu terpengaruh musik Van Helen dan juga ACDC. Maklumlah, Eet pengemar berat Eddie Van Halen dan Angus Young.

“Wong penampilan Eet pun mirip banget dengan dua gitaris asal Amrik dan Australia itu,” ujar semut hitam.

“Yap! Betul! Dia meloncat-loncat dengan satu kakinya, sambil menggenjreng senar gitarnya,” tambah semut putih.


Yaya termasuk personil paling muda dan paling belakangan masuk ke deretan formasi God Bless. Meski muda, nggak berarti Yaya nggak bisa menandingi keperkasaan senior-seniornya. Dia kelihatannya tetap pede.

Memasukki tahun 1991, God Bless merilis album Story of God Bless. Album ini merupakan lagu-lagu lawas mereka yang dirilis ulang. Beberapa lagu lawas itu antara lain Huma di Atas Bukit, Sesat, Musisi, Setan Tertawa, dan She Passad Away. Setelah album Story of God Bless, grup band yang menjadi tonggak musik rock di Indonesia ini vakum. Masing-masing personil sibuk side job, mengerjakan proyek solo atau membantu musisi lain.

“Duh! Kayak-kayaknya kaki gw kesemutan lagi nih!” ujar semut hitam.

“Udah deh elo periksa ke dokter. Siapa tahu elo memang darah rendah,” semut putih menganjurkan.

“Elo tahu dokter yang cocok buat gw?”

“Nanti ya kalo inget, gw kabari ya...”



Semut putih meneruskan cerita. Tapi nggak tega juga ngelihat semut hitam merintih-rintih gara-gara kesemutan. Buat menghibur semut hitam, semut putih mencoba menyanyikan lagu. Sekalian tes vokal. Maklum, selama ini semut putih cuma jago kandang. Nyanyinya cuma di kamar mandi atau di tempat karaokean. Dengan lagu yang akan dibawakan ini, berharap sahabatnya itu bisa tenang, apalagi liriknya paten punya. Liriknya bercerita mengenai sikap toleransi yang kian hari kian hilang di tanah air kita ini. Yang ada saat ini bukan sikap toleransi. Tapi memperkaya buat diri sendiri. Kata personil God Bless, lirik lagunya mengingatkan pada sikap semut hitam yang penuh gotong royong. Jadi pas banget kalo semut putih menyanyikan lagu ini buat semut putih...

semut-semut hitam yang berjalan
melintasi segala rintangan
satu semboyan di dalam tujuan
cari makan lalu pulang

yo.. ikut langkah yang terdepan
yo.. ikut ke kiri ke kanan

semut-semut seirama
semut-semut yang senada
nyanyikan hymne bersama
makan ! makan ! makan !

reff:
semut hitam 2x
ooo…
maju jalan ….

semut-semut bagai sisa-sisa
toleransi peradaban dunia
sementara yang katanya manusia
makhluk paling bijaksana

oh .. halalkan segala cara
oh .. menipu soal biasa

semut-semut menyaksikan
semut-semut mendengarkan
teriakan jerit makian
gila ! gila ! gila !




Kelar menyanyikan lagu Semut Hitam, semut putih mulai berpikir. Kok God Bless cuma buatin lagu soal semut hitam aja ya? Dari sikapnya, semut putih mulai cemburu, mulai sirik. Dalam otaknya mulai bersenandung pikiran negatif. Mirip kayak pikiran yang selalu dimiliki manusia. Ah, nyatanya nggak manusia, nggak binatang, pasti kedua mahkluk ciptaan Tuhan itu punya sikap iri dan mau menang sendiri. Kalo binatang sebenarnya lumrah. Namanya juga binatang! Nggak punya otak! Nah, kalo manusia? Harusnya sih nggak begitu ya? Bukankah manusia punya otak?

all photos and video copyright by Jaya

0 komentar: