Rabu, 03 Juni 2009

BETIS LOE KAYAK TALES BOGOR

Nggak ada yang menyangkal, Ika itu cantik. Dilihat dari mana pun, dia itu cantik. Mau lihat pake sedotan atau kaca pembesar, Ika tetap yahud. Kulitnya putih. Giginya putih. Rambutnya aja yang nggak putih. Untung juga sih rambut nggak sempat putih. Kalo putih kayak nenek sihir.

Tubuh Ika juga cukup proporsional. Dengan tinggi 165 cm dan berat 55 kg, tubuhnya masuk kategori proporsional. Nggak gemuk, nggak kurus. Bahkan bisa dibilang seksi. Wong temannya pernah mensejajarkan tubuhnya kayak gitar mandolin, kok. Lho, kok mandolin ya? Maksudnya gitar Spanyol yang dibuat di Spanyol.

“Dia cewek favorit gw,” kata salah satu mahasiswa abadi di kampus tempat Ika kuliah, yakni di Fakultas Ilmu Sihir Universitas Kuburan Keramat.

“Gw berdoa semoga gw mendapatkan jodoh Ika,” ucap mahasiswa satunya lagi yang kebetulan kuliah di Fakultas Teknik jurusan teknik kesetrum di Universitas yang sama dengan Ika.


Pada tahun 1687 juga, Letnan Tanujiwa asal Sumedang mendapat perintah dari pemerintah Belanda buat membuka hutan di Padjajaran. Di lahan itulah kemudian berdiri sebuah perkampungan di Parung Angsana yang diberi nama Kampung Baru. Tempat inilah yang kelak menjadi cikal bakal tempat kelahiran Kabupaten Bogor. Dokumen tanggal 7 November 1701 menyebut Tanujiwa sebagai Kepala Kampung Baru dan kampung-kampung lain yang terletak di sebelah hulu Ciliwung.

Namun ada yang aneh dari Ika. Cewek cantik ini nggak pernah mau pake rok pendek. Kalo ke kampus, pilihan celananya cuma dua: jins atau rok panjang menjuntai. Padahal mahasiswa-mahasiwa di situ pengen banget melihat kaki Ika. Kalo body atasnya udah terlihat jelas seksi. Pantat tebal, payudara juga montok. Tapi kenapa Ika nggak pernah pakai rok seksi ya? Nggak pernah coba hotpants yang sekarang ini lagi happening?

Yang paling aneh lagi, Ika hafal mati soal sejarah kota Bogor. Padahal dia bukan putri daerah asal Bogor. Dia itu asli Betawi yang bisa bahasa Batak campur Iran Jaya. Soal kemahirannya dia cerita soal Bogor, bikin teman-temannya herman, eh heran.

“Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia,” begitulah Ika membuka cerita soal Bogor pada teman-temannya. “Kota ini terletak 54 km sebelah selatan Jakarta. Luasnya 21,56 km². Jumlah penduduknya menurut sensus tahun 2003 mencapai 834.000 jiwa. Pada masa kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg.”


Pada tahun 1745 Bogor ditetapkan Sebagai Kota Buitenzorg yang artinya "kota tanpa kesibukan", dimana terdapat sembilan kampung yang digabung menjadi satu pemerintahan di bawah Kepala Kampung Baru. Gelar Kepala Kampung adalah Demang. Daerah tersebut disebut Regentschap.


“Artinya apa Ta?” tanya salah seorang temannya yang mulutnya mulai mengeluarkan air liur gara-gara memandangi wajah dan tubuh Ika.

“Artinya ‘tanpa kecemasan’ atau ‘aman tenteram’,” jawab Ika dengan lantang.

Ika melanjutkan. Kalo melihat sejarahnya, Bogor menjadi tempat berdirinya kerajaan pertama yang sangat dikenal di Indonesia, yakni kerajaan Hindu Tarumanagara. Kerajaan tersebut berdiri pada abad ke-5. Selain Tarumanegara, ada beberapa kerajaan lain yang memilih bermukim di Bogor. Why? Katanya sih karena daerah di Bogor termasuk daerah pegunungan. Dalam peperangan, dearah pegunungan dianggap startegis buat bertahan terhadap ancaman serangan musuh. Selain itu daerah Bogor cukup subur dan memiliki akses mudah buat melakukan apa saja, mulai dari menjalankan roda pemerintahan dan perdagangan.

Prasasti-prasasti yang ditemukan di Bogor tentang kerajaan-kerajaan masa silam, salah satu prasasti tahun 1533. Prasasti tersebut menceritakan kekuasaan Raja Prabu Surawisesa dari Kerajaan Padjajaran. Kerajaan ini menjadi salah satu kerajaan yang paling berpengaruh di pulau Jawa. Bahkan tahun sebelumnya, yakni tahun 1482, ada prasasti yang menceritakan soal Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja Ratu Haji I Pakuan Padjajaran.


Kebun Raya Bogor dibangun sejak Tahun 1817 oleh seorang ahli botani yaitu Prof. Dr. RC. Reinwardth. Luas Kebun Raya Bogor 87 Ha dan terdapat 20.000 jenis tanaman yang tergolong dalam 6000 Species. Kebun Raya Bogor ini merupakan Kebun Raya terbesar di Asia Tenggara.

“Di tahun itulah tepatnya tanggal 3 Juni 1482, Prabu Siliwangi diangkat menjadi Raja Kerajaan Padjajaran,” kata Ika. “Hari penobatan itu kemudian diresmikan sebagai hari kelahiran kota Bogor pada tahun 1973 oleh DPRD Kabupaten dan Kota Bogor, dan diperingati setiap tahunnya”.

Setelah penyerbuan tentara Banten, catatan mengenai kota Pakuan hilang. Pada tahun 1687, Scipio dan Riebeck melakukan penelitian atas Prasasti Batutulis dan beberapa situs lainnya di kota Bogor. Dari penelitian tersebut, dua orang Belanda itu berhasil menemukan kembali sejarah kota Bogor yang hilang. Mereka menyimpulkan, pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran terletak di Kota Bogor.

“Ngomong-ngomong kenapa sih elo nggak pernah mau pake rok mini, Ka?” tanya salah satu temannya Ika yang sedari tadi terus menghayal soal kaki Ika di balik celana jinsnya. Temannya ini nggak konsen dengan cerita Ita soal Bogor.

“Kenapa sih elo tanya-tanya terus soal itu sih? Memangnya nggak ada pertanyaan lain apa?” Ika sewot.

“Habis kalo tanya soal pacar, elo nggak mau jawab. Tanya soal cowok idaman, elo menolak menjelaskan. Satu-satunya pertanyaan yang masih gw punya, ya soal itu tadi...”



“Tanya soal Bogor kek!”

“Halah! Bogor terus! Memangnya nggak ada cerita lain?”

“Bogor itu indah, lho! Banyak angkotnya!”

“Lah! Kalo mau banyak-banyak angkot nggak usah ke Bogor! Di Kampung Melayu juga banyak angkot bukan?”

Ika cengegesan. Tapi dia tetap nggak mau menjawab pertanyaan teman-temannya itu. Dia tetap cuek meneruskan kisahnya soal Bogor. Nggak heran beberapa temannya yang sedari tadi mendengar, mulai BT. Satu per satu meninggalkan Ika.

”Pada tahun 1745, Gubernur Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff membangun Istana Bogor,” jelas Ika di depan dua mahasiswa yang masih tersisa. “Pembangunan istana itu seiring dengan pembangunan jalan raya Daendels yang menghubungkan Batavia dengan Bogor. Kota Bogor rencananya Cuma sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.”





Pada tahun 1746, van Imhoff menggabungkan sembilan distrik ke dalam satu pemerintahan. Ke-9 distrik itu adalah Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindang Barang, Balubur, Dramaga dan Kampung Baru. Pengambungan kesembilan distrik itu kemudian dinamakan Regentschap Kampung Baru Buitenzorg. Di kawasan baru itulah van Imhoff kemudian membangun sebuah Istana Gubernur Jenderal, yang kelak bernama Istana Bogor.

Nama Buitenzorg lambat laun berkembang dan mengacu pada sebuah wilayah dari wilayah-wilayah yang sebelumnya udah ada. Wilayah-wilayah tersebut yang menjadi Buitenzorg ini meliputi Puncak, Telaga Warna, Megamendung, Ciliwung, Muara Cihideung, hingga puncak Gunung Salak, dan puncak Gunung Gede. Pada tahun 1950, Buitenzorg menjadi Kota Besar Bogor yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 1950.

“Ika would you marry me?” kata seorang temannya.

“Berani amat loe?” kata Ika.

“Berani karena benar, takut karena salah!”

“Itu mah pepatah kuno! Udah basi! Lagipula sekarang ini banyak orang pengecut! Meski dia benar, tapi tetap aja takut!”

“Iya benar, Ka. Gw merasakan hal yang sama juga,” kata temannya itu. “Anehnya, orang-orang yang salah sekarang justru berani ngomong...”

“Makanya pepatah tadi udah basi! Sekarang pepatah yang tepat: berani karena salah, takut karena benar. Gimana menurut loe?”

That’s right!”

Ika melanjutkan cerita soal Bogor lagi. Katanya nanggung, tinggal dikit lagi. Ketika VOC dikuasai oleh Inggris di bawah Gubernur Jendral Thomas Rafless pada abad ke-19, Istana Bogor mengalami renovasi. Di sekitar Istana dibangun kebun yang kemudian dikenal sebagai sebagai Kebun Raya (Botanical Garden). Di bawah Rafless, Bogor juga ditata menjadi tempat peristirahatan yang indah.

Pada tahun 1903, pemerintahan kembali dipegang oleh pemerintah Belanda. Bertepatan dengan pemerintahan Belanda kembali, terbit Undang-Undang yang mengatur soal desentralisasi yang menggantikan sistem pemerintahan tradisional. Undang-Undang Desentralisasi ini menerapkan sistem administrasi pemerintahan modern, yang menghasilkan Gemeente Buitenzoorg. Hasilnya? Pada tahun 1925, dibentuk provinsi Jawa Barat (propince West Java) yang terdiri dari 5 karesidenan, 18 kabupaten dan kotapraja (staads gementee). Buitenzoorg menjadi salah satu staads gementee. Sejak tahun 1957 sampai 1999, Bogor berubah-ubah terus.

Pada tahun 1957, nama pemerintahan diubah menjadi Kota Praja Bogor, sesuai Undang-Undang nomor 1 tahun 1957. Pada tahun 1965, Kota Praja Bogor berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor, dengan Undang-Undang nomor 18 tahun 1965 dan Undang-Undang nomor 5 tahun 1974. Terakhir pada tahun 1999, Kotamadya Bogor berubah menjadi Kota Bogor pada tahun 1999 dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999.

Ika nggak sadar, ketika bercerita celana rok panjangnya sempat terangkat. Perlahan-lahan rok yang panjang berubah menjadi rok mini. Salah seorang temannya yang tadi udah sempat ngantuk, matanya berubah menjadi mendelik.

“Pantas aja elo sering pake celana rok dan jins, betis loe kayak tales Bogor!” papar temannya.

Ika kaget. Dia nggak nyangka temannya tahu betisnya kayak tales Bogor.

“Oh iya!” samber temannya lagi. “Betis loe gede banget!”

Wajah Ika memerah. Merahnya melebihi warna darah. Itu tanda-tanda Ika bener-benar malu dan mau marah. Namun berkat kecerdikannya, dia tetap mencoba nggak meluapkan emosi jiwanya. Padahal kalo dia nggak bisa ngontrol emosi, dua temannya itu udah dibanting-banting, badan mereka dipatah-patahin. Maklumlah, Ika itu juara Tae Kwon Do tingkat RT.

Apa yang akan dilakukan Ika next?

“Teman-temanku sekalian, tales Bogor itu enak,” ucap Ika seraya berdiplomasi. “Kalo dibuat gorengan, rasanya garing. Jadi nggak ada yang salah dengan tales Bogor...”

“Kalo nggak salah kenapa selama ini elo menutup-nutupi betis loe?”

“Because karena gw nggak pengen kayak cewek-cewek yang lain di luaran sana,” ucap Ika beralasan.

“Maksud loe?”

“Gw nggak pengen pake hotpants. Elo pikir gw nggak berani pake hotpants? Biar betis gw segede tales Bogor, gw berani pake hotpants. Elo pikir mereka yang pake hotpants itu betisnya cakap-cakap?”

“Enggak!”

“Nah, elo tahu itu! Mereka yang pake hotpants itu betisnya banyak yang segede tales Bogor juga. Tapi mereka itu nggak tahu malu aja sehingga pake hotpants. Mereka juga nggak tahu sejarahnya hotpants...”

“Emang sejarahnya hotpants itu gimana?”

Ika diam sejenak, berpikir.

“Setelah penyerbuan tentara Banten, catatan mengenai kota Pakuan hilang. Pada tahun 1687, Scipio dan Riebeck melakukan penelitian atas Prasasti Batutulis dan beberapa situs lainnya di kota Bogor,” papar Ika.

“Lah, itu bukannya sejarah Bogor yang tadi elo udah ceritain?” protes temannya.

“Oh iya-ya...”

Ika diam sejenak lagi. Sambil mengingat-ingat, telunjuk kanannya masuk ke lubang hidung. Jari itu difungsikan buat mengorek-gorek upil. Memang begitu kebiasaan Ika kalo sedang berpikir. Benar saja, setelah mendapatkan beberapa potong upil, dia mulai ingat sejarah hotpants.

“Hotpants itu mulai dikenalkan oleh cewek-cewek pada abad 19 dan awal abad 20,” terang Ika. “Dari dulu hotpants adalah celana super pendek. Perkembangan selanjutnya, hotpants dipakai sama cewek yang karakternya ke-pria-pria-an alias tomboy. Tapi waktu itu, hotpants cuma digunakan oleh anak-anak cowok sampai dia mencapai umur tertentu. Belakangan, semua jenis kelamin menggunakan.”

Ika melanjutkan cerita. Begitu hotpants dipakai oleh cewek-cewek juga, cowok-cowok nggak mau menggunkan lagi. Sejak hotpants dipakai cewek, hotpants mulai dipakai oleh para Pekerja Seks Komersial (PSK). Tepatnya di awal tahun 70-an, Pelacur-Pelacur pakai hotpants sebagai pengganti miniskirt.

”Waduh?!”

”Wajarlah kalo yang pake hotpants itu para Pelacur. Dengan pakai hotpants, cewek jadi kelihatan seksi, ya nggak?”

”Iya juga sih?”

”Paha jadi terlihat lebih menerawang. Pantat jadi terlihat aduhai. Di Indonesia ini, hotpants juga dipopulerkan oleh para Palacur. Nggak cuma Pelacur di gang Dolly atau Keramat Tunggak (dua tempat ini sudah almarhum), tapi para Pelacur kelas rel kereta api Manggarai juga pake hotpants.”

“Oh begitu ya?”

“Nah, gw nggak pengen dibilang Pelacur kalo pake hotpants. Elo nggak mau kan berteman dengan Pelacur?”

”Ya nggak mau...”

”Udah terlalu banyak orang di Indonesia ini yang berani pakai hotpants. Mereka itu cewek biasa yang kayak-kayaknya nggak peduli dipandang sebagai Pelacur. Yaiyalah! Mereka cuek mempertontonkan betis mereka yang belum tentu indah itu, paha mereka yang belum tentu mulus itu, dan pantat mereka belum tentu montok itu. Kalo bukan Pelacur apa dong nama yang cocok buat mereka yang pakai hotpants itu? Makanya itu, biar betis gw segede tales Bogor, gw ini anti yang namanya hotpants. So, biarkan aku seperti apa adanya...”

”Hidup tales Bogor!”

Ika tersenyum puas.

all photos copyright by Jaya

0 komentar: