Minggu, 05 April 2009

TAMPANG BOLEH PEMBANTU, SING PENTING SPEAKING ENGLISH, CIN!

I don’t know why belakangan teman gw memasukkan kalimat-kalimat Inggris, tiap ngobrol sama orang. Padahal sebelumnya, boro-boro bahasa Inggris, bahasa Jawa yang sebenarnya merupakan bahasa kelahirannya, nggak pernah muncul kepermukaan. Yang terjadi...

“Excuse me ya, gw ini cuma manusia biasa. So, don’t ever tell me that I’m stuppid, baby.”

Begitu itu deh kalo teman gw ngomong. Mending kalo orang yang diajak bicara ngerti bahasa Inggris, nah, sometimes banyak yang nggak ngerti. Boro-boro ikut khusus LIA di Pramuka, orang-orang yang nggak ngerti bahasa Inggris itu malah balik tanya.

“Jeng dewa sing ndjlonet kuwi mau ing saduru nge suwarneng rupa mengkono kudu rupa demalung disik, hara prije?”

Mampus dah, lho?!

Sebenarnya sih bukan cuma teman gw berinisial AW yang sok ke-inggris-inggrisan. Banyak orang Indonesia yang udah lama melakukan chit-chat campuran, kadang Indonesia dulu baru Inggris. Kadang Inggris, campur Perancis. Kadang hitam, kadang putih. Nah, lho?! Kok jadi ngaco begini? Pokoknya, bahasa campur aduk deh.

“What’s wrong with me kalo ngomong campur-campur? Any problem?”

“Kalo ditanya any problem yang sebenar-benarnya sih enggak...”

“Nah, kan?! So? Kalo nggak ada problem, so what gitu, lho!”

Benar juga sih, nggak ada masalah. Tapi kayak terlihat norak aja mendengarkan orang yang mencampur adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing, dalam konteks ini bahasa Inggris. Kayak-kayaknya orang yang model begini, nggak bisa menempatkan dirinya dengan orang yang diajak bicara. Parahnya lagi, kalo mendengar orang bicara campur-campur, seolah dirinya derajatnya sok lebih tinggi. Padahal boro-boro kastanya tinggi, wong menginjakkan kaki ke Inggris aja belum pernah, kok. Udah gitu, kadang gajinya pun masih di bawah Pembantu gw, yang mungkin bahasa Jawa-nya lebih medok dari orang-orang sok Inggris itu. Apa hubungan Jawa medok dengan sok Inggris ya?

“Come on! Ini kan era globalisasi. So, we must speak English everytime you go way...”

“Everytime You Go Away”? Kayak lagunya Hall and Oates yang dinyanyikan lagi sama Paul Young. Ya, begitu deh kalo campur aduk bahasa. Kadang kata-kata yang dipilih ngaco. Nggak tepat. Gara-gara nggak tepat, angkanya jadi berkurang. Harusnya dapat angka 100, berkurang jadi 50. Itu kalo saat pertandingan Cerdas Cermat TVRI zaman dahulu kala, lho.
Emang globalisasi ngomongongnya musti campur aduk begitu? Emang orang yang pernah ke Inggris atau punya saudara di Inggris harus ngomong Inggris-Indonesia atau Indonesia-Inggris? Emang Pak Tino Sidin udah meninggal? Wah, pertanyaan terakhir kok jadi ngaco gitu...

I don’t know why orang-orang sok Inggris ini, kayak temen gw ini, melakukan campur aduk. Terus terang gw belum pernah bertanya asal muasal kebiasaan mereka itu. Tapi kalo disuruh menebak, barangkali kejadiannya gara-gara sering nonton film India. Mmm...kayaknya kurang tepat! Nggak mungkin kebanyakan nonton film India jadi sok Inggris. Mungkin sering jalan ke Pasar Baru? Ini lebih nggak mungkin lagi! Kalo ke Pasar Baru mending beli sepatu baru atau kancut baru, daripada speaking English. Kalo gitu sering makan kunci Inggris? Nah, ini mungkin masih bisa dipertimbangkan kebenarannya. Ah, tapi nggak juga. Jadi apa dong?

“I used to be work di rumah orang Inggris di Kemang sana. Because orang Inggris itu can’t speak bahasa, so I must learn speaking English.”

Oh, sempat jadi Pembantu orang Inggris rupanya?! Pantes! Ternyata asal muasal temen gw sok ke-inggris-inggrisan gara-gara pernah ngepel, nyetrika, nguras kolam, nyiram tanaman, dan ngepel di rumah orang Inggris. Setelah nggak kerja lagi dan sekarang jadi Pegawai di kantor gw, gaya ngomong ke-inggris-inggrisan jadi keterusan. Dasar!

Sebenarnya gw udah menduga, teman gw ini pasti bekas Babu alias Pembokat alias Pembantu. Dari wajahnya yang jelek itu, yang giginya tonggos kadang ngiler sedikit, trus rambutnya yang panjang lurus tapi kadang bau apek, dan pantatnya yang gede kayak Mbok Jamu itu. Tapi doi rupanya ingin menutupi kekurangannya itu, baik kekurangan fisik maupun mental. Baik materil maupun non materil. Biasanya memang gitu sih, orang yang kurang, pasti akan menutupi kekurangan dengan menjadi sombong. Sok tahu. Arogan. Nah, hal ini kayak-kayaknya dialami sama teman gw. Tampang boleh Pembantu, tapi sing penting speaking English, Cin!

0 komentar: