Jumat, 03 April 2009

AKHIRNYA DIBLOKIR JUGA...

Gosip itu udah beredar lama. Gara-gara gosip itu, hampir separuh Karyawan di Perusahaan tempat Kokom dan Faizal bekerja jadi resah dan gelisah. Analogi keresahan dan kegelisahan itu mirip kayak apa yang digambarkan pada lagu “Kisah Kasih di Sekolah” karya Obbie Messakh.

Resah dan gelisah
menunggu disini
di sudut sekolah
tempat yang kau janjikan
ingin jumpa denganku
walau mencuri waktu…
berdusta pada guru

Malu aku malu
pada semut merah
yang berbaris di dinding
menatapku curiga
seakan penuh tanya:
sedang apa disini?
Menanti pacar, jawabku

Reff:
Sungguh aneh tapi nyata
tak kan terlupa
kisah kasih di sekolah
dengan si dia

Tiada masa paling indah
masa-masa disekolah
tiada kisah paling indah
kisah kasih di sekolah


Lagu “Kisah Kasih di Sekolah” ini konon menjadi lagu favorit salah satu Menteri era sekarang ini. Kata beliau, lagu itu dinyanyikan pas doi pacaran dengan sang istri kala di kampus dahulu kala. Nggak heran kalo ada hajatan, Menteri ini menyanyikan “Kisah Kasih di Sekolah” sambil berlinangan air mata. Lho apa hubungannya ya? But anyway, lagu ini memang pas buat mereka yang gelisah. Entah gelisah nggak punya duit gara-gara gaji udah habis padahal masih tanggal 15. Gelisah menunggu kekasih yang terlalu lama nongkrong di WC, sampai-sampai pasangannya juga pengen ikutan pup. Dan gelisah seperti yang dialami Karyawan perusahaan yang akan memblokir Facebook.

“Sumpe loe?! Facebook mau diblokir?!” tanya Nanda setengah nggak percaya, tapi juga setengah gila.

“Iya! Masa loe nggak percaya gw sih?! Gw ini kan si Gembala Sapi?” kata Mia.

“Yepiyepiye dong?” sambut Nanda lagi.

Sesungguhnya, gosip soal pemblokiran Facebook udah lama beredar. Direksi melihat, Facebook udah mengganggu produktivitas kerja. Kalo dijabarkan lagi, produktivitas itu mencakup, waktu kerja jadi terbuang sia-sia, nggak fokus sama kerjaan, dan yang pasti menghabiskan pulsa internet dan listrik sia-sia. Kebayang dong begitu seluruh Karyawan hadir, hampir separuhnya membuka Facebook. Taro jumlah karyawannya 500, yang 250 Karyawan lagi asyik meng-update status, merespon status orang, mengupload foto, termasuk chatting.

“Tapi kan Facebook itu kan bikin karyawan jadi nggak stres, Cin?” kata Kokom tiba-tiba nyambar saat Mia dan Nanda lagi asyik-asyiknya pacaran. “Kan kita perlu refresing. Masa di kantor kerja doang?”

“Gw setuju sama elo Kom,” tanggap Nanda. “Sebagai Karyawan yang loyal jelly...”

“Maksud loe Royal Jelly?”

“Ups salah! Maksud gw, sebagai karyawan yang loyal, harusnya perusahaan mengerti perasaan kita. Kita akan sedih, terenyuh, sakit hati, dan lain sebagainya kalo Facebook diblokir. Mau jadi apa perusahaan ini?”

“Mau jadi apa ya?” tanya Mia dengan wajah agak stuppid tapi tetap cantik.

“Kita harus protes!”

“Harus!”

Tiba-tiba...

“Nona-nona pada mau kemana? Kok tampangnya nggak enak gitu? Semua lagi mens ya?” Kata-kata Faizal itu bikin kuping Nanda, Mia, dan Kokom panas. Tiba-tiba masuk, eh udah menyebalkan. Si Faizal nggak tahu apa kalo mereka lagi mendidih kayak air panas yang udah mengeluarkan gelembung-gelembung ajaib. Mendidih gara-gara hak mereka sebagai karyawan nggak diakomodasikan oleh Direksi.

“Heh! Faizal yang udik dan kampungan! Dengering gw ya, elo itu tahu nggak kalo hak kita sebagai Karyawan udah dicabut?” tanya Nanda.

“Enggak...”

“Elo tahu nggak, produktivitas kita bakal terganggu gara-gara Direksi menyepelekan sesuatu yang seharusnya membuat Karyawan jadi nyaman dan tentram?”

“Enggak...”

“Elo tahu nggak kalo elo itu bego?”

“Tahu...”

Baik Nanda, Kokom, maupun Mia saling bertatapan. Mereka nggak nyangka Faizal tega mengakui dirinya sendiri sebagai Manusia bego. Biasanya Manusia nggak pengen dibilang bego. Manusia selalu merasa sok pintar.

“Begini aja deh, Zal. Elo berada di pihak mana? Pihak kita atau pihak Direksi?” tanya Mia agak menantang.

“Soal apa nih? Gw kan nggak tahu apa-apa? Gw cuma tahu kalian ini lagi pada mens, eh ternyata elo-elo nggak ngaku....”

“Soal pemblokiran Facebook oneeeeeng!”

“Oh Facebook itu?”

“Emang loe pikir apa?”

“Listen my Friends, dengan tegas gw mengatakan: gw berada di pihak Direksi!”

Baik Nanda, Kokom, maupun Mia saling bertatapan lagi. Mereka nggak nyangka lagi kalo Faizal mengatakan hal itu. Detik ucapan itu terlontar dari bibir Faizal yang berwarna merah delima, detik itu pula Nanda, Kokom, dan Mia langsung kecewa. Mereka nggak nyangka temannya berkhianat buat perjuangan Karyawan yang ingin mengeksiskan kejayaan Facebook agar nggak diblokir.

“Alasan Direksi benar. Sutralah, kalian kembali ke jalan yang benar lah...”

“Maksud loe?!”

“Kembali jadi karyawan yang baik, jadi istri yang baik, jadi ibu yang baik...”

“Maksud loe?!”

“Tanpa Facebook di kantor, elo nggak akan mati kan? Elo bisa menyumbangkan gagasan buat Perusahaan. Nggak fair dong, ada Karyawan yang kerja keras ngejar target, eh elo malah enak-enakan chatting, update status. Elo juga bisa banyak waktu buat ngerumpi sama suami loe, anak-anak loe, pokoknya banyak lah....”

“Ah, basi! Sok tua, loe!”

Kokom akhirnya mengajak Nanda dan Mia supaya meninggalkan orang gila yang ada di hadapan mereka. Orang gila yang dimaksud ya Faizal itu. Alasan Kokom, kalo dengerin orang gila, pikiran mereka akan ikut-ikutan gila. Mending mereka segera ke ruang Direksi buat menyalurkan aspirasi mereka.

Tiba di ruang Direksi, mereka bertiga kaget. Apa yang mereka lihat menjadi sebuah ironi. Why? Ketika mereka mengintip, seorang Direksi udah siap-siap menggunting sebuah pita. Sementara Direksi yang lain siap-siap bertepuk tangan. Mereka semua mamakai topi kerucut, persis kayak sedang melangsungkan perayaan ulangtahun. Ada balon-balon yang berwarna-warni bergantung di atap. Plus rumbai-rumbai dari kertas warna.

“Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Hari ini secara resmi, saya akan memblokir jaringan Facebook di kantor ini...”

Pernyataan resmi sang Direktur langsung disambut tepuk tangan para Direksi. Seketika pula tiupan terompet kertas terdengar tet-tet-toet. Ada pula letupan conveti. Wajah-wajah senang dan gembira berkumpul menjadi satu di situ. Yang paling senang adalah Direktur Keuangan. Doi adalah Manusia yang paling cerewet soal tagihan internet yang membengkak, gara-gara banyak Karyawan nggak efektif menggunakan internet. Cuma dipake chatting dan main Facebook.

Seluruh Direksi boleh gembira. Tapi buat Kokom, Nanda, dan Mia, hari peresmian pemblokiran Facebook menjadi hari paling memuakkan dalam sejarah hidup mereka. Boleh jadi, mereka akan mencatatkan peristiwa itu di Gueness Book of Record of their Life.

“So what are we gonna do?” tanya Nanda sok ke-Inggris-Inggris-an ala Wawa.

Kokom nggak bisa berpikir, Mia agaknya masih punya ruang otak buat berpikir.

“Gimana kalo kita beli Blackbarry aja? Tapi belinya di BM aja..”

“Apa tuh BM?”

“Black Market!”

“Wah, that’s sound good!”

“Ternyata banyak cara menuju Roma. Nggak bisa main Facebook di kantor, kita bisa main via Blackbarry...”

“Cihuyyyyyyyyyyyyyy!!!!!!”

0 komentar: