Sabtu, 11 April 2009

JANGAN YA OM, ELO KAN UDAH TIGAPULUH LIMA TAHUN BERKUASA....

Boleh jadi aku satu-satunya orang yang sekarang punya hati nurani. Ini tulus aku katakan. Setelah hatiku merasa terenyuh melihat kondisi rakyat kini. Setelah kesedihan ini terus menerus menghantui. Jadi bohong kalo ada orang atau sekelompok manusia yang mengatakan punya ”hati nurani”. Bullshit!

Inilah kenapa rasanya aku harus kembali...

Saat ini nggak ada orang di negeri ini yang punya hati nurani selain aku. Believe me! This is true. Hati nurani orang-orang di negeri ini nggak tulus. Semua cuma untuk melindungi diri. Semua cuma untuk menarik simpati. Melindungi diri dari kejaran Polisi Antikorupsi atau lawan politik. Menarik simpati rakyat-rakyat bodoh atau rakyat-rakyat pintar yang masih butuh uang.

Tuh, kan?! Rasanya aku memang harus kembali...

Boleh jadi aku bisa memperbaiki keadaan negeri ini. Negeri yang dahulu konon menjadi incaran Bule-Bule karena rempah-rempah kami begitu menggoda iman. Nggak heran kalo Portugis rela datang jauh-jauh jutaan kilometer ke Ibu Pertiwi cuma buat mencuri kekayaan alam ini. Dan kemudian Belanda-Belanda itu menjajah negeri ini 3,5 abad. Dan selanjutnya Jepang. Dan selanjutnya sekarang ini justru dijajah oleh orang-orang negeri ini sendiri. Oh my God!

Please! Aku benar-benar harus kembali...

Aku orang yang kuat. Lebih tepatnya super kuat bak Superman. Memang sih aku nggak bisa terbang atau nggak pakai topeng. Namun aku punya otak yang bisa mengerahkan puluhan ribu orang, bahkan jutaan orang, agar roda ekonomi dan politik ini bergerak. Semua atas perintahku. Semua nggak akan pernah berjalan sebelum aku yang memberi komando. Aku bisa memerintahkan Tentara untuk membunuh Sipil. Tentara membunuh Tentara. Atau Sipil membunuh Sipil. Sekarang percaya kan kalo aku kuat?

Jadi nggak salah kalo aku harus kembali...

Aku sedih melihat rakyat masih sibuk memikirkan perut yang lapar. Mereka nggak peduli nyawa hilang cuma gara-gara sekotak nasi plus ayam bakar. Mereka nggak peduli Koruptor-Koruptor duit BLBI yang sekarang ini bersembunyi di balik Partai. Dimana duit itu seharusnya bisa memakmurkan mereka yang miskin. Bisa menyekolahkan anak-anak mereka. Nggak usah bermimpi sekolah di Global Jaya atau High Scope yang uang pangkalnya jutaan rupiah itu. Bisa sekolah di sekolah Inpres aja udah Alhamdulillah. Uang korupsi BLBI itu harusnya juga bisa membentuk kail besar agar Pekerja-Pekerja yang kena PHK atau yang nggak pernah dapat kesempatan, bisa jadi orang kantoran.

Sudah percaya kalo aku harus kembali....

Rakyat-rakyat miskin dikelabui oleh orang yang berlindung di dalam Partai. Mereka sibuk datang karena mendapatkan uang selembar uang warna biru dan sekotak makan seharga 15 ribu. Oh iya, dapat kaos pula. Lumayan buat koleksi. Rakyat dibuat lupa dengan isu ”reformasi”. Rakyat lupa juga ketika corong mike mengobarkan kata ”perubahan”. Perubahan buat siapa? Perubahan untuk apa? Kenapa harus berubah? Apanya yang dirubah? Rakyat terlalu bodoh atau rakyat terlalu pintar untuk mengerti maksud kata ”reformasi” atau ”perubahan”. Bahkan ada yang sempat membuat Kubu Perubahan. Lucu!

Jadi boleh ya aku kembali?

”Nggak boleh!”

Please dong Tuan Malaikat. Boleh ya aku kembali?

”Nggak boleh! Jangan ya Om. Om kan udah tigapuluh lima tahun berkuasa. Masa masih kurang? Please deh! Lebih baik Om di sini aja bersama jiwa-jiwa lain yang sudah nggak menginjak bumi. Mahkluk Tuhan yang udah mati. Om kan udah memberikan kesempatan Negara ini porak poranda bukan? Memang sih, ada Kebijakan-Kebijakan Om yang luar biasa dan sangat berarti buat Negeri ini. Tapi...

Tapi tahu nggak Om? Ada banyak Pengikut Om yang udah mulai berani lagi tampil di permukaan. Mereka kayak-kayaknya nggak peduli kalo dahulu kala pernah ikut andil membuat Negeri ini jadi nggak karu-karuan. Dimana Pemerintah diciptakan nggak punya hati nurani. Dimana Pemerintah meninggalkan Rakyat kecil demi pembangunan atau istilah Om: Pola Dasar Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Masih ingat kan Om?

Niatnya Om sih bagus: membangun bangsa ini agar punya infrastruktur. Dengan begitu, bangsa-bangsa lain bisa melakukan investasi. Tapi Om pasti tahu kenyataannya. Kita yang harusnya punya kekayaan alam yang melimpah, menjadi Produsen hasil-hasil agraris terbesar di dunia, eh malah jadi negara Konsumen potensial. Sumber alam kita dihabisi oleh orang-orang Bule itu. Nggak cuma Emas, sumber alam Minyak Bumi pun dinikmati oleh orang-orang Bule.

Ironisnya lagi, bukannya kita punya duit banyak, eh kita malah hutang banyak. Nggak tahu deh, Om yang bego atau Rakyatnya dibikin jadi tolol? Sekarang ini kita-kita jadi kena getahnya. Maksudnya, yang menanggung hutang-hutang yang udah jatuh tempo dan kudu dibayar. Caranya? Ya Tukang-Tukang Pajak itulah yang memeras duit kita. Sekarang semua dipajakkin. Punya duit dikit, dipajakin. Beli barang, dipajakkin. Moga-moga orang-orang Pajak akan dipajakin juga sama Tuhan. Kalo dipajakkin dosanya mah enak. Tukang-Tukang Pajak itu jadi berkurang dosanya. Moga-moga dipajakkin amalnya. Biar lebih fair.

Sekarang Om udah tahu kan? Kalo Rakyat negeri ini udah sengsara. Penjajahan bukan cuma dari negara-negara pemberi hutang lagi, tapi dari orang-orang kita juga. Mereka mencuri duit yang bukan haknya. Istilahnya korupsi. Mereka juga mengelabui Pejabat-Pejabat kita. Terakhir, mereka berlindung di balik Partai agar sepak terjang masa lalunya nggak lagi diungkit-ungkit. Secara nggak langsung, sebagian besar attitutte mereka gara-gara ajaran Om.

So... jangan kembali lagi ke Negeri ini ya Om. Please deh! Om kan udah tigapuluh lima tahun berkuasa?

0 komentar: