Minggu, 19 April 2009

ANAK TAMAN KANAK-KANAK AJA TAHU...

Kalo bukan alasan dedikasi, barangkali Irsan udah resign dari dahulu kala. Soal dedikasi ini, please deh percaya deh sama Irsan 100%, Bro. Semua orang tahu, termasuk teman-teman sekantornya tahu, doi adalah salah satu Manusia gokil di jagat ini. Mau-maunya doi bertahan terlalu lama kayak sekarang ini dengan gaji rendah.

“Sebenarnya gw suka banget kerja di sana. Tapi anak-anak yang bikin gw tersiksa,” kata Bujang lapuk yang nggak laku-laku ini.

“Maksud loe?” tanya Rico dengan nada sok tahu.

“Anak-anak kecil itu terlalu pintar. Pertanyaan-pertanyaan mereka terlalu brilian. They are genius!”

“Anak-anak kecil? Emang elo kerja di mana si San? Bukannya elo kerja di stasiun televisi? Di dunia boadcast? Yang ngurusin budget-budget?”

“Gw ini Guru Taman Kanak-Kanak!”

Rico memang sok belagu. Dari dulu sifatnya memang begitu. Doi pinter sih, tapi kadang ngeselin. Soal Irsan yang sebenarnya nggak doi tahu aja itu, masih disoktahuin, apalagi masalah yang doi nggak tahu, bisa-bisa asplak alias asal jeplak. Kadang udah salah, nggak pernah minta maaf pula. Biasalah, harga diri, Bro.

“Jadi sekarang elo mau resign?”

Irsan menggeleng kencang. Itu artinya, doi akan tetap menjadi Guru Taman Kanak-Kanak (TK). Sekali lagi, ketidakinginan buat resign lebih kepada dedikasi. Cita-cita Irsan memang jadi Guru, terserah mau Guru apa aja. Mau guru SD kek, SMP kek, SMU kek, atau TK, sing penting mengajar. Tapi yang Irsan ingin, murid-muridnya harus bodoh-bodoh. Murid-muridnya nggak boleh ada yang tanya macam-macem. Eh, ndilalah pas ngajar di TK ini, Irsan berjumpa dengan murid-murid TK yang pandai-pandai. Mampuslah doi!

Emang pertanyaannya kayak apa sih sampai Irsan mau resign?

Sejatinya, anak-anak TK cuma belajar menggambar, melipat, main, atau berhitung sederhana. Tapi di sekolah tempat Irsan mengajar, anak-anak ini pingin diajarin juga masalah Epolesosbud alias ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Gokil nggak? Sok dewasa banget sih.

“Pak Irsan, kenapa sih Megawati masih mencalonkan jadi Presiden? Kan Ibu Mega udah pernah jadi Presiden?” Begitulah pertanyaan anak TK di kelas Irsan.

“Kok Wiranto dan Prabowo yang udah kalah masih juga ngotot mau jadi Presiden?”

Pertanyaan-pertanyaan itu jelas membuat Irsan diam seribu bahasa. No comment! Mirip kayak Dessy Ratnasari si Miss No Comment itu. Habis mau jawab apa hayo? Kalo dijawab A, nanti dianggap Irsan berpihak pada Partai B. Giliran jawab C, eh doi nanti dikatakan pro-Mega atau pro-Mantan Jendral Kalah. Serba saah kan?

TK di tempat Irsan mengajar memang unik. Anak-anaknya hampir 80% jenius. Kayak-kayaknya calon Pemimpin masa depan. Oh iya, nama TK-nya adalah TK Al-Amin. Pasti elo menebak-nebak, kok namanya mirip kayak seorang Koruptor deh? Yap! Tujuan Kepala Sekolah (Kepsek) TK Al-Amin memang begitu. Doi ingin segenap Murid dan Orangtua Murid mengingat akan nama Al-Amin sebagai Maskot Koruptor, karena doi udah memberi contoh kepada segenap bangsa Indonesia tentang prilakunya itu, yakni anggota Legislatif yang berhasil melakukan korupsi.

Namun begitu, Kepsek TK Al-Amin punya visi. Seluruh lulusan TK ini nggak boleh ada yang jadi Koruptor. Selain nggak boleh jadi Koruptor, murid-murid juga ditanamkan agar jangan sampai jadi Pengacara, Jaksa Agung, atau Anggota Legislatif. “Selama sistem hukum di sini masih mengandalkan duit, saya akan selalu mendoktrin murid-murid saya agar jangan pernah punya cita-cita Profesi-Profesi itu,” ungkap Kepsek dalam sebuah interview Radio Ga-Ga. “Mending jadi sopir Mikrolet, penjual Jamu Gendong, atau Tukang Sampah daripada hidup membohongi orang terus, korupsi terus, kongkalikong terus...”

Pagi yang cerah ceria ini, Irsan kembali panas dingin. Doi harus mengajar kembali. Berhadapan kembali dengan murid-murid TK yang brilian itu. Pasti nanti pada saat mengajar, doi akan ditanya macam-macam oleh anak-anak kecil yang sok dewasa itu.

Memasuki kelas, keringat Irsan mengucur deras, sederas air pancuran di Kalimalang. Semakin deras ketika mata anak-anak memandang tajam pada dirinya. Kalo digambarkan, mata anak-anak itu kayak hendak menerkam Irsan. Nggak heran kalo keringat di punggungnya makin banyak. Seluruh tubuhnya gemetar. Pertanyaan apa lagi yang pagi ini akan ditanyakan krucil-krucil ini ya?

“Saya mau bertanya, Pak!”

Belum juga sempat menelan teh manis yang ada di meja kelas, seorang murid udah mengacungkan tangan ke udara. Nggak heran dari mulutnya muncratlah air teh manis. Crot! Muncratan itu membasahi ubin kelas.

“Tugas Jaksa Agung itu apa sih Pak?”

“Hmmm....” Irsan berpikir.

“Lalu tugas Polisi Antinakoba itu apa?”

“Hmmm....” Belum juga sempat menjawab pertanyaan tugas Jaksa Agung, eh udah dibebani pertanyaan lain.

Tanpa menunggu Irsan menjawab, si Murid itu nyerocos. Doi bercerita soal pembebasan Ester Thanak (40) dan Dara Veranita (37) dari tahanan Narkoba Polda Metro Jaya, Sabtu (11/4) lalu yang menurutnya sangat memalukan. “Mentang-mentang mereka Jaksa jadi bisa bebas. Ini nggak fair! Mereka itu kan tersangka kasus penggelapan barang bukti 343 butir ekstasi!”

“Oh begitu ya?” kata Irsan dengan nada pelan. Kayak-kayaknya doi nggak berkutik dengan protes muridnya. Kayaknya-kayaknya juga, si Irsan pasrah muridnya itu bercerita soal ketidakadilan ini.

“Bapak tahu kan Ibu Ester dan Ibu Dara itu ditangkap setelah tersangka Bapak Ajun Inspektur Satu Irvan ditangkap?”

Irsan mengangguk pelan.

“Bapak tahu juga kan ketiganya diduga menggelapkan dan mengedarkan barang bukti ekstasi dalam kasus kepemilikan 5.000 butir ekstasi di Apartemen Paladin Park, Kelapa Gading, Jakarta Utara, September 2008?”

Irsan mengangguk pelan again. Gile! Anak TK tahu detail soal kasus ini, bo!

“Jadi apa tugas Jaksa Agung kalo gitu?”

“Mungkin membebaskan tersangka kali ya...” ucap Irsan yakin nggak yakin.

“Lantas apa dong tugas Polisi Antinarkoba kalo begitu?”

“Mungkin membebaskan tersangka juga kali ya...” ucap Irsan lagi. Yakin nggk yakin lagi.

“Kalo tugas Jaksa Agung membebaskan Jaksa yang tersangka dan tugas Polisi Antinarkoba juga begitu, kenapa profesi mereka nggak dijadikan satu aja Pak?”

“Ya juga ya. Nanti deh Bapak tanya Pak Jaksa Agung dan Pak Polisi Antinarkoba itu. Sekarang gimana kalo kita belajar yang lain? Belajar menyanyi?”

Seisi kelas langsung berteriak: “Horeeeee!!!!”

“Lagunya apa Pak?”

“Lagunya Meggy Z...”

Mereka pun seisi kelas mengikuti Irsan menyanyikan lagu Meggy Z dengan riang gembira.

Pak Hakim dan Pak Jaksa, kapan saya akan disidang...
Sudah dua bulan lama, saya ingin cepat pulang...

0 komentar: