Rabu, 01 April 2009

APES CUKUP SEKALI INI AJA...

Ironis. Barangkali itulah kata yang tepat untuk wanita cantik berinisial DKS ini. Betapa tidak, ketika sedang serius merevisi rundown yang nggak kelar-kelar, ada berita yang membuat jantungnya berdebar-debar.

“Mbak, mobil mbak kena musibah!”

Kata-kata via telepon dari seorang Security berwajah jelek, membuat hati nggak tenang. Gara-gara hati nggak tenang, makan pun nggak kenyang. Kebetulan saat merevisi rundown, DKS dan teman-teman se-dharma wanita memang belum makan. Perutnya keroncongan. Namun, pikiran nggak lagi ke makanan. Fokus lebih kepada mobilnya. Mobil warna hitam yang setiap hari selalu setia menemani kemana pun DKS pergi.

“Ada apa, Cin?” tanya rekannya asal Sunda yang bertubuh ramping dan berambut gondrong.

DKS diam. Dia lebih baik tutup mulut kayak Megawati atau Dessy Ratnasari yang selalu no comment. DKS kali ini nggak mau meladeni temannya yang Supercerewet itu. Padahal sehari-harinya, sebelum musibah terjadi, DKS selalu kompak dengan si Supercerewet ini.

“Mengapa engkau bermuram durja, Cin?” kali ini yang bertanya rekannya asal Manado. Perhatiannya memang besar, sebesar gajah asal Lampung. Saking perhatiannya, kulitnya yang putih berubah jadi abu-abu metalik.

DKS masih diam. Percuma meladeni si Supercerewet number two. Kalo diladeni, yang ada fokusnya malah menjawab pertanyaan. Bukan mencari solusi bagaimana menghadapi musibah yang terjadi malam hari ini.

“Ayolah Cin bicara. Apa susahnya bicara?” ini kata-kata rekannya dari Bali. Sebelum mengucapkan kata-kata sok bijak ini, si Wanita Bali ini sempat menari Bali. Tujuannya supaya DKS nggak bermuram durja. Sayang, tariannya nggak sukses. DKS tetap manyun gara-gara memikirkan mobilnya.

Di lokasi, DKS kaget tujuh keliling. Apa yang dilihat nggak sesuai kenyataan. Bukan tertimpa durian runtuh, mobilnya malah tertimpa asbes berusia lanjut. Menurut laporan Reporter Koran Jaya, peristiwa terjadi sekitar pukul 19.30-an. Saat itu hujan rintik-rintik. Entah kenapa, tiba-tiba asbes jatuh. Mobil DKS yang parkir di atas asbes itu sulit mengelak. Akibatnya, kap mobil penyok. Nggak cuma kap mobil, lampu sebelah kanan mobil retak.

“Jatuh korban nggak Pak?” tanya seorang karyawan berkumis dan berjenggot yang sehari-hari ngurus budget terus dan nggak pernah punya rencana married ini.

“Alhamdulillah nggak apa, bos,” jawab seorang Security muda yang usianya udah tua.

Ironis memang. Bukan cuma pas kejadian DKS sedang membuat revisi rundown. Namun, kebetulan bonus dari perusahaan belum turun. Konon kabarnya baru turun tanggal 32. Udah gitu, hari musibahnya bertepatan dengan hari ulang tahun perusahaannya. Ini persis pepatah: sudah jatuh tertimpa tangga pula.

“Sabar ya, Cin. Everything gonna be allaright,” kata teman Manado-nya.

“Iya, Cin. Lagi pula mobil loe kan banyak. Bukankah elo punya mobil Hammer? Elo punya Alvard juga kan?” kata si Sunda agak sok tahu. Si Sunda nggak tahu kalo mobil Hammer milik DKS udah dijual ke salah seorang Direktur. Mobil Alvard juga udah digadein ke perusahaan taksi.

“Mobil loe juga di asuransi kan?” tanya si Bali.

DKS mengangguk.

“Syukurlah. Gini hari mobil nggak diasuransi mah ke laut ajah!”

Anyway, DKS tetap sedih. Doi ingin menuntut keadilan sesuai dengan sila ke-5 dari Pancasila: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Apa bentuk konkret “keadilan sosial” itu? Menurut laporan pandangan mata Reporter Koran Jaya, sebagaimana dikutip dari statement DKS, bahwa keadilan yang dimaksud misalnya diberikan ganti rugi berupa biaya asuransi.

“Emang berapa biasa asuransi?” tanya Pria asal Cempaka Putih Barat yang kebetulan malam itu lagi ganteng-gantengnya.

“Satu kali kejadian bayar 200 ribu. Kalo dua kali kejadian 400 ribu. Tiga kali kejadian 600 ribu. Empat kali kejadian 800 ribu...”

Stop! Stop! Stop! Ngga usah hitung-hitungan deh! Nenek-nenek Angkatan Darat juga tahu kalo sekali kejadian 200 ribu dan dua kejadian 400 ribu. Bukankah Neneknya si A dengan Neneknya si B sama-sama kursus Kumon? Sesama peserta kursus dilarang saling mendahului deh! Sekarang yuk kita balik lagi ke nasib yang menimpa DKS. Pokoknya DKS minta diberikan kebijakan perusahaan. Syukur-syukur bonus yang diterimanya dua kali lipat.

Kini, di tengah kesedihannya atas peristiwa itu, DKS tetap eksis. Tetap pada pendiriannya untuk mensukseskan program acara ulangtahun. Jiwa profesionalnya memang dituntut seperti itu. Kini pula, di tengah flu yang belum kunjung sembuh, DKS mohon doa restu kepada semua teman-temannya untuk mendoakan, agar mobilnya nggak tertimpa asbes tua lagi. Apes cukup sekali ini saja.

0 komentar: