Sabtu, 29 November 2008

DITAKDIRKAN MASUK NERAKA

Perkenalkan namaku BCL. Pekerjaanku sehari-hari adalah menyiksa orang. Bahkan kalau perlu, aku menyiksa sampai mati. Ini akan aku lakukan, kalau orang itu bodoh dan keras kepala. Aku pernah juga menjumpai orang, yang dengan senang hati bunuh diri. Ini karena orang itu takut aku siksa.

Aku tak ada hubungan darah dengan Bunga Citra Lestari. BCL bukan akronim, bukan pula nama panggilan, bukan pula kata sandi. BCL adalah nama lahir sesuai dengan Akte Kelahiranku. Entah kenapa orangtuaku dulu menamaiku BCL, bukan BLC, CBL, LCB, atau nama-nama mentereng lain sebagaimana standar manusia normal lah. Anyway, aku tak peduli dengan namaku. Yang penting aku bisa hidup, bekerja, dan dapat uang.

Seperti yang sudah aku jelaskan tadi, pekerjaanku menyiksa orang. Barangkali Anda bingung konkretnya apa pekerjaanku ini? Begini, aku selalu mendapat delegasi dari seorang Bos yang tak mau disebutkan namanya, untuk melakukan sebuah pekerjaan, dimana alasan semua pekerjaanku ini demi keamanan perusahaan. Karena urusannya demi perusahaan, orang-orang yang berseberangan dengan perusahaan, aku seret ke sebuah tempat dan aku siksa.

”Apa yang membuat Anda bertahan di perusahaan ini?”
”Bukankah Anda tidak suka dengan kebijakan perusahaan ini?”
”Kenapa Anda masih mau berada di perusahaan yang tidak sesuai dengan hati nurani Anda?”
”Mengapa Anda mau bertahan dengan perusahaan yang jelas-jelas mengaji Anda kecil sekali dan tidak mau memberikan bonus tahunan?”

Ketika aku menyiksa orang, pertanyaan-pertanyaan itulah yang seringkali aku ajukan. Setiap pertanyaan, aku menampar wajah orang yang aku siksa. Bukan cuma menampar sekali, bahkan sempat puluhan kali. Jangan heran kalau wajah setiap orang ketika aku siksa terlihat bonyok. Penuh luka, penuh darah.

Aku akan melakukan apa saja sesuai perintah Bos, tapi yang hanya aku ambil adalah pekerjaan-pekerjaan kotor. Aku memang cenderung pemilih. Kalau kebetulan tidak sedang dalam tugas menyiksa orang, aku mendapat tugas memperkosa orang. Tujuanku sama seperti di atas tadi: demi keamanan perusahaan.

”Perut kamu kok gendut sih? Kamu lagi hamil ya?”
”Eng...eng. enggak! Aku nggak hamil.”
”Bohong kamu. Kamu pasti hamil. Kamu hamil sama siapa? Kan katanya kamu belum married?”
”Eng..eng. Enggak kok! Aku nggak hamil.”

Aku memperkosa agar hidup seorang wanita hancur. Martabatnya jatuh berkecing-keping. Image positif yang dibangun di kantor berubah menjadi negatif. Jika sudah hancur seperti itu, aku berani jamin, orang ini akan keluar dengan sendirinya dari kantor. Dengan begitu, aku tidak perlu menyiksa orang itu kan? Ehmm... tapi ada juga sih wanita yang nggak tahu diri yang sudah dihamili masih juga berada di kantor dengan teman-temannya.

Bosku terlanjur tak suka karyawan yang prosedural. Masuk perusahaan, diangkat jadi karyawan, hamil, dan kemudian dapat tunjangan. Bosku lebih suka gaya yang agak kejam, mengabdi di perusahaan berpuluh-puluh tahun, menujukan beberapa prestasi, baru kemudian hamil. So, strategi menghamili wanita itu dibuat jika seorang karyawan tertangkap basah married dan ketika diinterview mau cepat-cepat punya anak.

Sekali lagi Bosku memang tak suka karyawan yang mengikuti ajaran-ajaran dari kantor lama. Diterima kerja, dikontrak, semangat 45, diangkat jadi karyawan, males-malesan, cuma nunggu gaji dari bulan ke bulan, dan magabut. Karyawan tai namanya kalau begitu.

Bosku lebih suka orang itu cabut atau resign, kalau memang sudah tak suka perusahaan ini. Tak cocok dengan gaya kepemimpinannya, silahkan angkat kaki. Tak memberikan tanda-tanda promosi dan kenaikan gaji, apalagi bonus, lebih baik mundur baik-baik.

Namun rupanya mayoritas lebih memilih berada di comfort zone. Di sinilah fungsiku sebagai penyiksa orang. Yang akan menampar-nampar wajah orang agar bangun dari tempat tidurnya. Agar pindah posisi dari comfor zone-nya menjadi sesuatu yang berarti bagi hidupnya. Agar kembali mengali impiannya yang sudah lama terkubur.

Melihat pekerjaanku yang kotor seperti itu, aku memang sudah ditakdirkan masuk neraka. Buatku that’s fine. Itu memang sudah menjadi pilihanku, kok. Memangnya any other choice buat orang sepertiku? I don’t think so. Lagi pula, aku sudah menyuai pekerjaanku sekarang ini kok.

0 komentar: