Jumat, 28 November 2008

HATIKU SETAJAM RENCONG

CAST : RAZAK
MEUTIA
ABDUL WAHAB
RAFFLY
MUZAKIR
TEUKU SOLEMAN DAUD (AYAH MEUTIA)
CUT NYAK (IBU MEUTIA)

LOKASI : KUALATUHA, MEULABOH, BANDA ACEH

SCENE I

INT - RUMAH TEUKU SOLEMAN – MALAM
Cast : Teuku Soleman – Raffly

(ESTABLISH SHOT RUMAH DAN PEKARANGAN RUMAH TEUKU SOLEMAN DI KUALATUHA. BEBERAPA PASUKAN TENTARA NAMPAK SEDANG BERJAGA DI SEKITAR RUMAH. TIBA-TIBA SEBUAH MOBIL JEEP MASUK KE PEKARANGAN RUMAH, TEUKU SOLEMAN KELUAR DARI MOBIL DAN BERJALAN MASUK KE RUMAH. ADA RAFFLY MASIH SIAGA BERJAGA TEPAT DI DEPAN PINTU RUMAH ITU)

TEUKU SOLEMAN:
Pakiban keadaan sekeliling geutanyo, Raffly?
(Bagaimana keadaan sekeliling kita, Raffly? Aman?)

RAFFLY:
Alhamdulillah Aman, Bang. Tapi buno beungeh aneuk buah Razak kaseumpat tembak mate awak getanyo di rap Malabouh. Sebagian pasukan kaseumpat loen perintahkan ke lokas kejadian.
(Alhamdulillah aman, Bang. Tapi tadi pagi anak buah Razak sempat menembak mati anggota kita di dekat Meulaboh. Sebagian pasukan sempat aku perintahkan ke lokasi kejadian.)


TEUKU SOLEMAN:
Hmm..Abang sit kadeunge habanyan (MEMANDANG KE ARAH PEKARANGAN) Ka saatnya geutanyo hana kompromile ngeun Razak. (MENATAP RAFFLY LAGI DAN MENEPUK PUNDAK RAFFLY) Geut, gata jaga begeut di sino beh. Laporkan kalau na terjadi pupule.
(Abang juga mendengar kabar itu. Sudah saatnya kita tidak kompromi dengan Razak lagi. Baik, kamu jaga dengan baik di sini ya. Laporkan kalau terjadi sesuatu lagi.)


RAFFLY:
(MEMBERI HORMAT) Geut, Bang!
(Siap, Bang!)


INT - MEJA MAKAN RUMAH KELUARGA TEUKU SOLEMAN - MALAM
Cast : Teuku Soeleman – Cut Nyak - Meutia

(MEUTIA SEDANG MAKAN BERSAMA ORANGTUANYA. WAJAHNYA NAMPAK TEGANG. IA TAKUT DIINTEROGASI OLEH ORANGTUANYA SOAL RAZAK, PACARNYA YANG TERNYATA SEORANG ANGGOTA GERAKAN ACEH MERDEKA.)

CUT NYAK:
Beno seput ho kajak Meutia?
(Tadi siang kamu kemana Meutia?)


MEUTIA:
Lon ke Lamie, Mak…
(Aku pergi ke Lamie, Mak.)

CUT NYAK:
Kepu gata ke Lami? Nyan ken jiuh that? Dan paken gata hana izin Ayah le?
(Ada apa kamu ke Lamie? Itu kan jauh sekali? Dan kenapa kamu tidak izin Ayah dulu?)

MEUTIA:
Meutia lake meah hana izin ngen Ayah, Mak. Meutia ke Lamie keneu mereumpo ngen lon…
(Maaf Meutia tidak izin Ayah dulu. Meutia ke Lamie ingin berjumpa dengan teman.)

CUT NYAK:
Seharusnya gata lake izin ile ngen Ayah. Inong hana geut jak sirou…
(Seharusnya kamu minta izin Ayah dulu. Wanita tidak baik pergi sendiri.)

MEUTIA:
Maah, Mak...
(Maaf, Mak)

CUT NYAK:
Memang so ngen gata nyang gata mereumpo nyan?
(Memang siapa teman kamu yang kamu kunjungi itu?)


(MEUTIA LANGSUNG GUGUP BEGITU IBUNYA MENANYAKAN HAL ITU. WAJAH MEUTIA TERLIHAT TEGANG. NAMUN KEADAAN ITU DISELAMATKAN OLEH KEDATANGAN AYAHNYA YANG TIBA-TIBA MUNCUL DI RUANG MAKAN)

TEUKU SOLEMAN:
Assalamu’alaikum!

CUT NYAK & MEUTIA:
Waalikum salam!

(CUT NYAK DAN MEUTIA LANGSUNG MENCIUM TANGAN TEUKU SOLEMAN. MEREKA KEMUDIAN DUDUK.)


CUT NYAK:
Paken Abang trep that. Sibuk that?
(Tidak biasanya Abang terlambat. Sibuk rupanya?)


TEUKU SOLEMAN:
Na nyang perle Abang puboet…
(Ada yang harus Abang kerjakan)

CUT NYAK:
Abang keneu pajuh bu jino? Menye’e lon hidangkan?
(Abang mau makan sekarang? Kalau iya aku siapkan?)

TEUKU SOLEMAN:
Siat te Abang kene jep I ile.
(Nanti saja. Abang mau minum dulu)

(CUT NYAK KEMUDIAN MENUANGKAN MINUMAN)

TEUKU SOLEMAN:
Sia atnyo beberapa daerah kamulai hana aman. GAM kamulai mengintimidasi masyarakat sekitar Beureunun, Blangkejeran, Jantho, ngeun beberapa daerah laen
(Akhir-akhir ini beberapa daerah mulai tidak aman. GAM mulai mengintimidasi masyarakat sekitar Beureunun, Blangkejeran, Jantho, dan beberapa daerah lain)

CUT NYAK:
Lon deunge buno seput sit na nyang tewas le Aceh Barat, Bang…
(Aku dengar tadi siang juga ada yang tewas lagi di Aceh Barat, Bang)

TEUKU SOLEMAN:
Lon sit deunge nyan. Aneuk buah Razak nyang peboet…
(Aku juga dengar itu. Anak buah Razak yang melakukannya)

(MEUTIA KAGET. SENDOK YANG ADA DEKATNYA TERJATUH. KEJADIAN ITU MEMBUAT AYAH DAN IBUNYA HERAN.)

CUT NYAK:
Paken ngeun kah Meutia?
(Kenapa dengan kamu Meutia?)


TEUKU SOLEMAN:
Kah teupu soal pembunuhan nyo?
(Kamu tahu soal pembunuhan ini?)


MEUTIA:
(GUGUP) E…e..e…hana Ayah. Lon hana teupu..
(Tidak Ayah. Aku tidak tahu)


(MEUTIA LANGSUNG TERBAYANG PERTEMUANNYA DENGAN RAZAK TADI SIANG. CAMERA TRACK IN KE WAJAH MEUTIA YANG TEGANG. FLASHBACK RAZAK SEDANG BERADA DENGAN MEUTIA DI PINGGIR PANTAI MEULABOH, ACEH BARAT. ADA ABDUL WAHAB YANG MENGAWASI DI SEKILILING, KARENA TAKUT ADA PENDUDUK SETEMPAT YANG MELIHAT PERTEMUAN ANTARA RAZAK DAN MEUTIA.)

FLASHBACK

SCENE II

EXT. PINGGIR PANTAI MEULABOH - SIANG
Cast: Razak – Meutia

(KAKI MEUTIA DAN RAZAK DICELUPKAN KE AIR SUNGAI. RAZAK DUDUK DI SEBELAH KANAN MEUTIA.)

RAZAK:
(SAMBIL MENATAP) Meutia, kah teupu keun Abang sayang ke gata?
(Meutia, kamu tahu Abang sayang kamu?)

(MEUTIA MENGANGGUK PERLAHAN, NAMUN WAJAHNYA MENUNDUK. MELIHAT AIR SUNGAI. TANGAN RAZAK PERLAHAN MEMEGANG TANGAN MEUTIA. PADA SAAT TANGAN RAZAK MEMEGANG TANGAN MEUTIA, TAK SENGAJA ABDUL WAHAB MELIHAT KEJADIAN ITU. TAPI IA KEMUDIAN MENGAWASI KEADAAN LAGI.)

RAZAK:
Abang teupu mungken keinginan Abang nyo cokup berat ke gata. Mungken saat nyo hana tepat. Tapi Abang harus pegah ke gata, Meutia. Harus. Bulen uke Abang keune melamar gata. Meukawen ngeun gata…
(Abang tahu mungkin keinginan Abang ini cukup berat buatmu. Mungkin waktunya juga tidak tepat. Tapi Abang harus mengatakan padamu, Meutia. Harus. Bulan depan Abang ingin melamarmu. Menikahimu)

MEUTIA:
(KAGET DAN MELIHAT RAZAK) Poe, Bang?!
(Apa, Bang?)

RAZAK:
Abang kene meukawen ngeun gata, Meutia. Abang kene gata jadi istri…
(Abang ingin menikahimu, Meutia. Abang ingin kamu jadi istriku…)


(MEUTIA MELEPASKAN PEGANGAN TANGAN DAN BERDIRI DARI KOLAM. RAZAK JUGA IKUT BERDIRI. KEJADIAN ITU KEMBALI SEMPAT DILIHAT ABDUL WAHAB.)

MEUTIA:
(SAMBIL MENUNDUK DAN MEMBELAKANGI RAZAK) Maah, Abang…Lon hanjeut!
(Maaf, Abang. Aku tidak bisa!)


RAZAK:
Abang tepeu nyo pasti berat ke gata, Meutia. Ureung tuha gata cit pasti hana galak ke Abang. Tapi Abang cinta gata. Abang akan terimeng peupeu nyang kan terjadi…
(Abang tahu ini pasti berat buat kamu, Meutia. Orangtua kamu juga pasti membenci Abang. Tapi Abang cinta kamu. Abang akan terima apapun yang akan terjadi.)

MEUTIA:
(MENANGIS) Lon hanjeut, Bang….lon hanjeut!
(Aku tidak bisa, Bang. Aku tidak bisa!)

(TIBA-TIBA SUARA TEMBAKAN TERDENGAR. RAZAK LANGSUNG MELIHAT KE ARAH SUARA TEMBAKAN ITU. SEMENTARA MEUTIA MASIH MENANGIS. ABDUL WAHAB MELAPORKAN KEJADIAN ITU.)

ABDUL WAHAB:
Na nyang tertembak Bang…
(Ada yang tertembak Bang)

RAZAK:
Sho Wahab?
(Siapa Wahab?)

ABDUL WAHAB:
Hana ku teupu, Bang. Mungken penduduk setempat. Sebaiknya geutanyo jak dari seneu, Bang. Mungken nga Tentara nyang trouk…
(Tidak tahu, Bang. Mungkin penduduk setempat. Sebaiknya kita pergi dari sini, Bang. Mungkin ada Tentara yang datang)

(MUZAKIR SAMBIL BERLARI MENDATANGI RAZAK. NAFASNYA NGOS-NGOSAN, KARENA KELELAHAN BERLARI.)

MUZAKIR:
(SAMBIL NGOS-NGOSAN) Maah, Bang…lapor…prajurit geutanyo menimbak Tentara..
(Maaf, Abang. Lapor. Ada prajurit kita menembak Tentara.)

RAZAK:(KAGET DAN MARAH) Peu?!
(Apa?!)

MUZAKIR:
Tentara nyan dipeugah mate seketika
(Tentara itu katanya tewas seketika.)

(RAZAK NAMPAK MARAH DAN KEHILANGAN KONSENTRASI, SESEKALI MELIHAT MEUTIA UNTUK MELANJUTKAN PERCAKAPAN, SESEKALI INGIN MEMUNCAKKAN KEMARAHAN PADA ANAK BUAHNYA. MEUTIA TIBA-TIBA LARI)

RAZAK:
(BERTERIAK) Meutia ?! Ho ka jak?! …Meutia ?!
(Meutia ?! Kamu mau kemana?! Meutia ?!)

(RAZAK HENDAK MENGEJAR, TAPI IA TAK MAMPU BERBUAT APA-APA< KARENA KEADAAN LAGI TIDAK MEMUNGKINKAN. IA HANYA MELIHAT KEPERGIAN MEUTIA SAMBIL MENAHAN AMARAH.)

ABDUL WAHAB:
(MENGAJAK) Sebaiknya geutanyo jak dari sino, Bang…
(Sebaiknya kita pergi dari sini, Bang.)

(RAZAK MASIH PENASARAN MELIHAT KEPERGIAN MEUTIA. DENGAN KESAL AKHIRNYA IA MENINGGALKAN MEULABOH KE ARAH TUTU YANG DITEMPUH SEPANJANG 61 KILOMETER)

SCENE III

INT - RUMAH TEUKU SOLEMAN – PAGI
Cast : Teuku Soleman – Raffly – Pasukan Tentara

(ESTABLISH SHOT RUMAH DAN PEKARANGAN RUMAH TEUKU SOLEMAN. BEBERAPA PASUKAN NAMPAK SEDANG MENDENGAR PIDATO TEUKU SOELEMAN. SEMENTARA MEUTIA MENDENGARKAN PIDATO AYAHNYA ITU DARI KAMARNYA)

TEUKU SOLEMAN:
Terus terang lon sungguh kecewa ngeun Razak. Janji jih untuk meminta anek buah jih agar hana melakukan kontak senjata ternyata hana dipatuhi. Jih melanggar janji. Sungguh lon kecewa.
(Terus terang aku sungguh kecewa dengan Razak. Janjinya untuk meminta anak buahnya agar tidak melakukan kontak senjata ternyata tidak dipatuhi. Ia melanggar janji. Sungguh aku kecewa.)

(MEUTIA MASIH MENDENGAR PIDATO AYAHNYA)

TEUKU SOLEMAN:
Anggota geutanyo mate kemarin. Almarhum Madjid Ibarhim. Kematian almahum merupakan suatu penghinaan ateh kesepakatan nyang harus dipatuhi. Dan oro nyo, lon menyatakan perang terhadap Razak dan pasukannya…
(Anggota kita tewas kemarin. Almarhum Madjid Ibrahim. Kematian almahum merupakan suatu penghinaan atas kesepakatan yang seharusnya dipatuhi. Dan hari ini, aku menyatakan perang terhadap Razak dan pasukannya)

(BEGITU TEUKU SOLEMAN MENGATAKAN “PERANG TERHADAP RAZAK”, KONTAN SELURUH PASUKAN YANG MENDENGAR MENGANGKAT SENJATA TANDA SIAP MELAWAN. SEMENTARA MEUTIA LANGSUNG MENGHEMPASKAN TUBUHNYA KE RANJANG DI KAMARNYA. IA MENANGIS. DIPEGANGNYA PERUTNYA YANG SUDAH DUA MINGGU INI SUDAH TELAT MENS.)

0 komentar: