Sabtu, 29 November 2008

YOU ARE WHAT YOU THINK

Era gw dulu, sekitar tahun 80-an, yang namanya Orthopedi ngetop banget. Kengetopannya berbanding dengan popularitas Duran-Duran, band Inggris yang waktu itu diidolakan kaum muda. Mencari iklan Ortopedi gak susah, selalu ada dimana-mana. Namun yang paling sering waktu itu, muncul di majalah yang seluruh isinya berisi teka-teki silang seharga limaribuan perak.

Buat yang nggak tahu, ato pura-pura nggak ngeh’, Orthopedi adalah sebuah perusahaan yang mengklaim bisa meninggikan badan sampai 15 sentimeter. Sebenarnya sampai sekarang, iklan Orthopedi msh kita jumpai di media masa. Tapi kuantitas iklannya gak sedahsyat era gw dulu, ada dimana-mana. Satu hal yang pasti, dari dulu sampai sekarang, Orthopedi belum pernah bikin iklan televisi. Gak tahu tuh, kenapa alasannya.

Apa yang membuat gw tertarik dengan Orthopedi adalah karena banyak sekali testimoni di iklan itu yang menyatakan keberhasilan metode yang dibuat Orthopedi. Bayangkan, ada seorang yang dulu badannya cuma 160 cm, dalam waktu 3 bulan berhasil tinggi sepuluh senti. Ada lagi wanita yang awalnya cuma punya ukuran seukuran kulkas dua pintu yang sekarang hampir mencapai 150 cm itu, berhasil ditinggikan oleh Orthopedi sebanyak 15 cm. Bayangkan! Limabelas sentimeter!

Setiap membaca testimoni (baca: orang-orang yang berhasil tinggi via Orthopedi), gw jadi ngiler. Kapan gw bisa menambah tinggi badan, ya at least 10 cm dari tinggi gw yang sekarang cuma 175 ini. Apalagi di testimoni itu, gak ada satu pun orang-orang yang protes sampai mengembalikan uang segala gara-gara Orthopedi dianggap membohongi konsumen. Semua testimoni positif dan menampilkan orang-orang berhasil. Elo-elo pasti bilang, lah iyalah! Namanya juga testimoni, iklan, pariwara, ya pasti menampilkan orang-orang berhasil. Mana mau sebuah produk menampilkan orang-orang yang gak berhasil, misalnya yang sudah nyoba Orthopedi malah jadi memendekkan badan, dari tinggi 170 cm menjadi 150 cm. Ya gak mungkin lah yau!

Gw ngiler, ngiler berat dengan orang-orang yang berhasil tinggi. Buat gw waktu itu, seseorang dengan tinggi badan yg bukan rata-rata, punya kharisma. Jika kita bisa punya tinggi 180 cm di antara orang-orang yang tingginya cuma 165 cm rasanya kan kita jadi seorang pemenang. Orang-orang yang pendek itu seperti anak buah kita, kerdil, krucil, dan gak punya arti.

Dengan tinggi badan yang gak rata-rata, gw bisa melakukan apa saja. Menjadi pemain basket profesional yang rata-rata tingginya minimal 190 cm, menjadi pacar Luna Maya yang tingginya 175 cm itu, atau kalo gak level sama Luna Maya, ya menjadi pacar Olga (sapa tuh kepanjangannya?) di Quantum of Solace yang mirip Karennina itu. Dengan tinggi badan juga, gw jd gak rendah diri. Jalan pasti membusung. Kalo mo gedein badan, badan gw jadi gak kelihatan gepeng (gede pendek ngeselin). Badan gw pasti serasa Rambo, serasa Arnold Schwarzeneger, setidak-tidaknya mirip Barry Prima lah.

Gw ngebayangin, panitia pemilihan Cover Boy akan menilai gw dngan nilai plus. Dengan tampang gw yg sdh cakep sekarang ini, postur tubuh jelas makin memungkinkan gw dipilih jadi pemenang Cover Boy. Kalo gak menang, at least jadi Favorit lah. Dengan kemenangan itu, gw pasti akan sering diminta menjadi Model atau Peragawan. Berlanggak-lenggok di atas cat walk. Berkenalan sama Model-Model kece yg juga tinggi-tinggi itu. Coba bayangkan kalo gw tingginya cuma 165 cm dan disandingkan dengan Model-Model itu, wah gak enak banget dilihat para penonton. Ibarat Ibu sama anak lagi jalan.

Akhirnya gw mutusin coba Orthopedi. Gw kirim uang lewat pos untuk membeli alat Orthopedi dan menjalani terapinya. Gak berapa lama, alat itu tiba di rumah. Mungkin ada yang udah pernah tahu alat peninggi badan, tapi pasti ada yang belum kan? Bentuknya adalah sebuah alat untuk menarik-narik badan kita agar ”melar”. Kalo yg mo murah alatnya cuma sampe leher. Bentuknya sebuah tali (mirip ikat pinggang) yang diikatkan ke leher dan kepala. Tali itu harus dicantolkan ke tiang. Tiap hari, entah itu pagi atau sore kudu dipakai. Artinya, tiap pagi dan sore, Anda harus menggangkat-angkat kepala Anda yang sudah diikatkan tali itu supaya ”melar”.

Ada alat yang lebih mahal dari ”katrol kepala” mirip ikat pinggang. Yang mahal bentuknya lebih kompleks, yakni sebuah papan yang mirip tempat tidur. Di papan itu ada penyangkut kaki yang nantinya akan menarik kaki kita. Ada pula penarik tubuh. Pasti Anda tahu kenapa dua-duanya berfungsi menarik-narik, ya untuk ”memelarkan” badan Anda sehingga Anda akan bertambah tinggi badan.

Setiap habis menggunakan alat Orthopedi itu, gw selalu ngaca. Dan rasanya badan gw sudah bertambah beberapa senti. Lumayan kan kalo gw awalnya cuma 175 cm bisa naik 2 sentimeter dalam waktu seminggu. Coba kaliin kalo emang seminggu dapat 2 cm, berapa cm kalo gw ”menarik-narik” badan dan kepala selama setahun. Pasti tinggi gw akan melebihi Shaq O’Neil yang lebih dari dua meter itu.

Nyatanya gw salah besar. Gw terlalu mengandalkan alat untuk sebuah kepercayaan diri. Gw terlalu naif menganggap tinggi badan mempengaruhi gw mendapatkan cewek-cewek kece, termasuk model. You are what you think!

Elo apa yang elo pikirkan. Kalo elo berpikir gak akan bisa jadi model, atau menjadi pemain basket, atau menjadi orang sukses, atau mudah mendapatkan cewek-cewek kece, dengan ukuran badan pas-pasan, salah besar. Kalo elo berpikir negatif dengan kondisi loe sekarang, semua akan jadi negatif. Elo gak akan punya nilai. Useless! Worthless! So, you are what you think you are!

Cobalah elo berpikir elo mampu, elo bisa. Bahwa dengan kondisi loe sekarang, elo bisa jadi orang sukses asal kerja keras n kerja smart. Dengan ukuran tubuh loe sekarang, elo mampu mencetak score gokil, bahkan menjadi three point shooter, asal elo mo terus latihan. Elo pikir Tiger Wood langsung jadi jawara golf? Dia itu dulunya cuma caddy yg dekil dan gak dianggap. Tapi dengan keseriusan, kerja keras, latihan memukul bola golf beribu-ribu kali akhirnya menjadikan doi juara golf yang kaya raya. Elo pikir Michael Jourdan langsung piawai jump shot, ahli rebound? Lah, enggak langsung! Jourdan kudu latihan shooting sehari bisa ribuan kali.
You think what you are! Bersyukurlah dengan kondisi loe sekarang. Tapi kalimat itu bukan berarti elo lantas cepat puas dengan ukuran hidup loe, bo! Belum saatnya istirahat. Kerja keras masih terus berlanjut sampai titik darah penghabisan. Eit, jangan lupa berdoa. Yang orang Islam, ya sholat. Yang Nasrani, ya ke Gereja. Yang agama lain ya ke tempat ibadah masing-masing lah. Jangan ketuker-tuker tempat ibadahnya, yang Islam ke Gereja, ya Nasrani ke Masjid. Kalo begitu, elo pasti lagi mabok. Kalo udah mabok, ya susah deh.

Bergaul dengan orang sukses, kalo elo mo sukses. Masa mo sukses bergaulnya sama orang gagal, ya pasti akan ketularan gagal lah. Karena orang gagal pasti banyak ngomong negatifnya ketimbang menambah perbendaharaan motivasi buat kita fighting. Yang terakhir (pastinya masih banyak lah), you are what you think you are. Kalo elo berpikir elo paling jago, elo emang jago, tapi akan kelihatan sok tahu, sombong, riya, etc. Elo boleh berpikir jago, tapi dalam aplikasinya, elo harus humble, Bro! Rendah hati. Biar orang lain sok jago, tapi tetap miskin. Biar orang lain sok tahu, tapi tetap gak kaya-kaya, tapi kita down to earth ajah.

Sekarang ini, gw lagi bengong di depan kaca. Kok wajah gw mirip Ongky Alexander ya? Eh, salah ding. Maksud gw, kok leher gw jadi panjang yah? Kok badan gw jadi ”melar” banget yah? Ini pasti gara-gara alat Orthopedi itu. Awalnya gw sempat ragu mo ngebuang, tapi kalo gw pikir2 pasti banyak cowok-cowok yang perlu alat itu kali ya? Yang gak percaya dengan ulasan saya soal ”you are what you think” ini. Ada yg msh mo ngalahin Hakeem Olajuwon, pemain tengah NBA yang punya tinggi 213 cm yang sempat gue interview? Yg mau ngecengin model-model berpostur jangkung? The choice is yours.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Jadi ortopedinya ngaruh ato gak?

diary si tukang gowes mengatakan...

Gak ngaruh! hahahaha! Salam kenal!