Sabtu, 29 November 2008

TEMAN KENCAN

Hari-harinya kelabu. Hanya warna kesedihan itulah yang kini mengisi waktu-waktunya. Semua terjadi tanpa pernah ia ketahui sebelumnya. Semua berlangsung begitu saja tanpa pernah ia sadari. Namun kini ia mengerti mengapa ini terjadi. Ia juga akhirnya mengerti bahwa semua tak selalu berjalan mulus sesuai harapan.

Semua kesedihan itu berawal dari dua hari lalu. Menjelang beberapa hari liburan bersama kekasihnya, Giuseppe Del Neri patah hati. Kekasihnya yang sudah dipacarinya sepanjang dua kali liburan Natal ini, memutuskan tali cinta. Kekasihnya yang selama ini disanjung-sanjung sebagai wanita dengan sejuta pesona dan kepribadian, ternyata mengecewakannya. Seseorang lebih menarik hatinya dan mengajaknya menikah beberapa hari sebelum kami sempat berlibur.

Nama kekasihnya Svetlana Chakvetadze. Semula Del Neri tak tertarik dengan kepribadian Chakvetadze. Namun belakangan, wanita cantik itu mencairkan hatinya. Chakvetadze tak pernah pilih-pilih teman. Semua orang yang mengenalnya atau menyapanya adalah teman, termasuk mahasiswa-mahasiswa miskin yang setiap semester memakai surat keterangan miskin agar bayaran kuliah per semester mendapatkan keringanan. Chakvetadze juga berteman dengan Del Neri, anak orang kaya pemilik puluhan real estate.

Awal perjumpaan mereka biasa-biasa saja. Kebetulan Del Neri satu kelas dengan Chakvetadze. Jadi setiap mata kuliah, mereka pasti berjumpa. Jika Chakvetadze lebih memilih duduk di bangku barisan pertama, Del Neri duduk di barisan paling akhir. Posisi itu sungguh menguntungkan baginya untuk menjadi pengamat Chakvetadze. Setiap menit, setiap detik, tak pernah dilewatkan olehnya untuk melihat Chakvetadze. Dari sudut manapun dilihat, Chakvetadze memang cantik.

Selain memiliki rambut panjang yang indah, Chakvetadze memiliki mata bulat yang cantik. Alis mata yang tebal itu menambah keindahan matanya yang berwarna cokelat muda itu. Hidungnya mancung dan tipis. Bibirnya sedikit tebal dan menggemaskan. Semua anggota tubuh itu nampak sempurna.

Entah kenapa pagi itu Chakvetadze datang lebih awal di kelas, dan Del Neri adalah orang kedua yang datang setelah Chakvetadze. Kesempatan itu mengharuskannya terpaksa berbasa-basi, karena ia ingin menjadi seorang gentleman. Selalu memulai dulu sebelum wanita memulainya. Inisiatif lebih tepatnya.

“Aku ternyata salah sangka pada kamu ya,” kata Chakvetadze seperti hendak melakukan testimoni untuk satu kesalahan. Bahwa selama ini Chakvetadze menilai, Del Neri lelaki yang kuper dan naif.

“Aku sadar kok kalo aku memang tak menonjol. Tapi seorang yang tak menonjol bukan berarti kuper dan naif dong?” bela Del Neri.

Chakvetadze mengangguk tanda setuju dengan pernyataan Del Neri. Anggukan itu memberikan respon senyuman. Yang artinya, Del Neri juga setuju dengan anggukan Chakvetadze itu.

Percakapan pagi itu membuahkan sebuah keputusan. Keputusan, dimana hari-hari ke depan akan mereka lalui dengan menyenangkan, lebih punya arti, dan lebih tepatnya penuh kasih sayang. Namun semua itu harus mereka jalani dulu beberapa tahap. Tahap pertama adalah melakukan pertemuan pertama yang sudah mereka sepakati waktu dan tempat. Yap! Mereka memutuskan untuk mengenal lebih dekat dengan berkencan.

Sejak kencan pertama, kedua, ketiga, dan seturusnya, hubungan mereka semakin dekat. Mereka jadi tahu kepribadian masing-masing. Mereka juga jadi mengerti masing-masing hati. Bahwa mereka sudah saling ketergantungan. Saling membutuhkan satu sama lain. Saling mengasihi, peduli, dan sayang.

“Aku sayang kamu, Chakvetadze”.

“Aku juga sayang kamu”.

Begitu lonceng cinta berdentang, tak ada lagi katup-katup yang menutupi hati. Semua terbuka lebar. Ibarat sebuah vitamin yang menyirami hati, rasa cinta tumbuh dan berkembang. Musik merdu yang mengiringi perjalanan hati menuju hati satu lagi, semakin memakmurkan pancaran cinta itu sendiri.

Di sebuah taman dengan rumput yang menghijau, mereka saling memadu kasih. Di bawah pohon rindang, mereka berikrar untuk saling menjaga, saling menghormati, dan saling peduli. Di sebuah padang luas bernama hati, mereka menemukan kebahagiaan yang tak ada yang tahu kapan akan berakhir.

Suatu hari di musim kemarau. Suasana hati yang masih berbunga, menjadikan mereka semangat. Del Neri tak segan-segan meminta izin orangtuanya untuk berlibur bersama Chakvetadze. Ia memang tak pernah menyampaikan liburan kali ini akan luar biasa. Ia juga tak pernah mengatakan sudah menghabiskan dana empat ribu tujuhratus dollar AS untuk penerbangan dua orang dan kamar hotel bintang lima. Namun semua itu bisa dimaklumi, karena ia sudah tergila-gila pada Chakvetadze. Cinta mati pada Chakvetadze. Sebaliknya Chakvetadze juga menyatakan rasa cinta padanya, setidaknya untuk hari ini. Setidaknya itu kesimpulan sementara Del Neri.

Selang beberapa hari, sebuah berita maha dahsyat untuknya datang. Chakvetadze memutuskan tali asmara. Rupanya, apa yang dijalankannya bersama Chakvetadze hanya sandiwara. Chakvetadze tak sepenuh hati mencintai Del Neri. Chakvetadze hanya memanfaatkan Del Neri, tanpa pernah berterus terang kalau Chakvetadze sudah punya kekasih, atau lebih tepatnya tunangan. Kini tunangan Chakvetadze sudah resmi menjadi suaminya.

Di tengah kesakitan hati, Del Neri coba membuat lelang paket liburan yang sudah terlanjur dibelinya. Ia coba menjual via eBay, sebuah website tempat melelang segala macam produk, termasuk paket liburan ini. Isi lelang itu berbunyi: “Dijual paket liburan ke pulau Carabia separuh harga. Syarat-syarat, pembelinya adalah wanita dan wanita ini mau aku ajak kencan”.

Berpuluh-puluh wanita tertarik dengan lelang itu. Mereka banyak yang mengirimkan biodata via Friendster atau e-mail. Dia sampai pusing memilih satu di antara puluhan wanita itu, yang semua rata-rata cantik-cantik. Memang ada juga beberapa wanita yang tidak memuat foto aslinya. Namun ada satu e-mail yang menarik hatinya, dimana e-mail itu tak memuat foto, tapi hanya sebuah kalimat pendek: “Maaf aku tidak tertarik tiketmu, tapi aku ingin mengenalmu lebih dekat...”

Nan jauh di sana, beratus-ratus kilometer, dimana tulisan via e-mail itu terkim, ada seorang wanita muda yang cantik. Di sekitar ruang kerjanya tergantung banyak penghargaan, entah itu piala maupun piagam. Ada nama di salah satu piagam-piagam itu. Namanya Chakvetadze. (*)

0 komentar: