Sabtu, 29 November 2008

JOMBLO AGAIN

“Gubrak!”

Bunyi pintu kamar Vita, tiba-tiba mengagetkan seisi rumah. Mirip lagu Intan Nuraini. Kakak dan Mamanya jadi menghentikan acara makan. Mereka gak nyangka, Vita yang tadi cerah ceria, yang sudah dandan habis-habisan secantik mungkin, tiba-tiba bisa ngamuk begitu.

“Vita...kamu kenapa sayang?” Mama berusaha memanggil lembut putrinya itu. Tapi Vita gak menjawab. Suara Mama memang gak bakal terdengar. Wong kamar Vita adanya di lantai dua, sementara ruang makan di lantai bawah. Udah gitu, pintu kamarnya ditutup pula.

“Ri, coba lihat adikmu sana. Mama jadi penasaran. Tadi jingkrak-jingkrak, eh kok tiba-tiba jadi berubah gitu...”

Riri langsung menuju sasaran, tepatnya kamar Vita. Makannya terpaksa dihentikan dulu. Urusan perut bisa diteruskan nanti. Tapi kalo urusan Vita, wah gak bisa ditunda-tunda. Kalo ditunda, bisa panjang urusannya.

Dalam kamar, Vita sedang nyetel lagu Welcome To My Life dari Simple Plan kenceng-kenceng. Teriakan tukang kredit panci di luar rumah, yang sebenarnya cukup kenceng, kalah kencengnya sama Simple Plan. Kebetulan lagu itu memang cocok banget buat suasana hati Vita, yang lagi hancur.

“Gak bisa lebih keras lagi nyetel lagunya, Vit?” Riri menyindir. Kakaknya ini memang gak pernah marah-marah sekalipun pada Vita, meski apa yang dilakukan Vita kelewatan, kayak yang dilakukannya sekarang ini, nyetel lagu dengan volume high.

Vita cuek dengan sindiran kakaknya. Ia tetap tiduran di tempat tidur, sambil memeluk guling bergambar Winny de Pooh favoritnya. Riri mengecilkan volume tape dan kemudian duduk di pinggir tempat tidur.

“Kamu kenapa, Vit? Ayo cerita deh sama Mbak,” pancing Riri, sambil membelai-belai rambut adiknya, yang halus dan dipotong sebahu itu.

Begitulah cara kakaknya, ‘menjinakkan’ Vita, kalo lagi marah. Cara ini, memang superampuh, sejak Vita masih kecil. Begitu rambutnya dibelai-belai sama kakaknya, Vita biasanya langsung ngeluarin uneg-uneg, curhat deh. Tapi ini cuma bisa dilakukan oleh kakaknya. Orang lain gak ada yang bisa, termasuk Mamanya.

“Ada masalah lagi sama Angga lagi?” pancing Riri lagi. “Sudahlah, cowok kan bukan cuma Angga. Masih banyak kok cowok, yang suka sama kamu. Ada Teddy, Victor, Buggy, Shandy...”

“Itu bukannya temen-teman kakak?” sambar Vita.

“Hehehe...salah ya?” Riri tersenyum. Rupanya gurauannya sukses. Vita gak tiduran lagi. Ia siap buat mengutarakan kekesalannya.

“Coba bayangin Mbak, masa tiba-tiba ‘si tukang ngatur’ itu ngebatalin janji?”

“Maksud kamu Angga?”

“Iya! Siapa lagi?”

Riri baru tahu, kalo Angga punya julukan ‘si tukang ngatur’.

“Aku sudah bela-belain pergi ke salon, potong rambut, cream bath, buat jalan sama dia. Eh, dengan entengnya dia ngebatalin. Tahu gak apa alasannya?”

“Apa?”

“Tiba-tiba gak mood, nih...”

“Hah?! ‘si tukang ngatur’ bilang gitu?!” Riri jadi ikut-ikutan sewot. Nada bicaranya jadi tinggi.

“Iya, Mbak! Masa Mbak gak percaya sih?”

“Wah, kayaknya kamu harus mempertimbangkan kembali deh, buat meneruskan hubunganmu sama ‘si tukang ngatur’ itu...”

***

Sebulan sudah ini, Vita masuk dalam deretan cewek yang menjomblo. Usulan kakaknya agar pikir ulang soal hubungannya sama Angga, ternyata disimpulkan Vita sebagai usulan untuk memutuskan hubungan cinta. Awalnya berat buat Vita. Tapi kalo flashback, berat juga mempertahankan cowok yang tukang ngatur itu, sebagai kekasihnya. Cape, deh!

“Selamat ya, kamu akhirnya masuk ke perkumpulan jomblowati,” sambut Annisa.

“Thanks...”

“Di sini, kamu akan merasakan kenikmatan, yang gak pernah kamu rasakan semasa pacaran dulu,” tambah Puput. “Kalo sebelumnya kamu merasa dikekang, diatur-atur, diinjak-injak, di sini kamu akan free, free like a bird,”

Terus terang Vita ngeri juga mendengar penjelasan teman-temannya sesama jomblowati itu. Soalnya, geng jomblowati ini kayak sekte baru aja? Sebenarnya, apa yang dibilang Puput, gak bener-bener amat. Vita gak ngerasa diinjak-injak, kok. Kalo diatur sih iya.

“Sekali lagi selamat bergabung buat Vita! Cheers!” Annisa, Puput, Karin, dan Meta langsung mengangkat gelas mereka. Gelas-gelas berisi soft drink. Tanda kegembiraan atas bergabungnya Vita dalam kelompok mereka. Biar gak dibilang aneh, Vita mau gak mau terpaksa menganggat gelasnya.

“Cheers!!!!”

***

Boleh jadi teman-teman sesama jomblowati sebal. Sebab, masa Vita menjomblo, gak bakalan lama. Artinya, Vita bakal keluar dari geng jomblowati. Sebab, ada cowok keren yang sedang pedekate. Namanya Dino. Ia gak lain teman sekampus di Fisip, tapi beda jurusan dan beda semester. Vita jurusan hubungan internasional, Dino jurusan komunikasi masa. Vita sekarang duduk di semester tiga, Dino kuliah di semester enam.

Vita gak tahu, ada angin apa, Dino tiba-tiba jadi akrab. Padahal Vita gak pernah promosi diri kalo dia menjomblo. Ia juga gak pernah pasang iklan jodoh di mading fakultas: cewek kece mencari cowok keren. Namun, kenyataannya mereka jadi sering janjian ketemu di perpustakaan. Tujuannya tentu bukan belajar bareng, tapi pedekate. Sampai suatu hari akhirnya Dino berani ngajak Vita kencan.

“Vit, besok kan hari Sabtu...”

“So...”

“Mau gak jalan sama aku?”

“Hmm...memangnya mau kemana?”

“Nanti aku cari idenya, tapi kamu siapin waktunya ya...”

“Hmm...oke.”

Berkencan setelah lama gak pacaran, tentu membuat hati berdebar-debar, apalagi cowok yang ngajak, diharapkan jadi calon pacar. So, persiapan kudu matang. Seperti biasa, Vita merasa wajib pergi ke salon, creambath, potong kuku, pilih-pilih baju, dandan secantik mungkin.

“Gak perlu menor, kamu sudah cantik, kok...” puji Riri. Kakaknya memang begitu. Selalu memuji, yang pasti selalu jadi konsultan penampilan adiknya. Vita bangga sekali bisa punya kakak sehebat Riri.

“Moga-moga kencan kamu sukses ya, Vit,”

“Makasih, Mbak,”

Lima menit menunggu, lima menit berikutnya Dino sudah menjemput dengan mobil sedannya. Malam itu Dino keren banget. Pakai kaos putih dibalut dengan kemeja tangan panjang kotak-kotak, yang dilinting setengah tangan. Jinsnya warna biru ice washed merek Levi’s.

Mobil mereka bergerak ke arah Selatan, ke sebuah Town Square. Dalam perjalanan, mereka saling bercerita soal masa lalu, termasuk soal pacar. Vita gak banyak bicara, karena Dino ternyata lebih mendominasi seluruh percakapan. Paling-paling Vita cuma ngomong 5 menit, sisanya Dino yang banyak bicara. Vita gak nyangka, Dino bakal selancar itu bercerita soal mantan pacar-pacarnya, yang jumlahnya lebih dari lima orang. Awalnya sih masih biasa, lama-lama bete juga. Ceritanya semakin gak penting banget.

Dari apa yang diceritakan Dino, Vita menangkap, Dino diputusin pacar-pacarnya, gara-gara matanya jelalatan. Setahu Vita, Dino gak begitu deh, maksudnya matanya gak jelalatan. Selama berhubungan, mata Dino, kayaknya selalu fokus ke Vita. Ah, cuma gosip mantan pacar-pacarnya aja kali...

“Vit, lihat deh, cewek yang pake kaos pink itu, cantik ya,?!” Vita gak nyangka. Bisa-bisanya Dino ngasih komentar detail kayak gitu. Padahal mereka baru jalan di Town Square ini, sepuluh menit yang lalu. Kalo begitu, artinya sudah dari tadi Dino ngeliat tuh cewek, ya kan? Hmmm, ada yang gak beres, nih! Begitu pikir Vita.

Vita tadinya berharap, hari ini akan jadi hari spesial buat mereka. Ya-iyalah, ini kan hari pertama mereka kencan. Tapi kok bisa-bisanya Dino melirik-lirik cewek lain? Gak fokus ke Vita? Vita juga berharap, Dino mengomentari penampilan Vita. Namun sayang, sejak keluar rumah, masuk mobil, dan sekarang jalan buat nyari makan, gak ada sepatah katapun komentar soal penampilan Vita, yang keluar dari mulut Dino. Eh, dia lebih suka ngomentari penampilan cewek lain.

“Betisnya bagus, ya, Vit,” komentar Dino lagi, pada cewek berkaos pink tadi.

Bete berat! Menyebalkan! Vita jadi ilfil banget ngeliat kelakuan Dino. Kini Vita jadi ngerti, kenapa usia pacaran Dino gak lama. Vita juga jadi percaya, bahwa gosip-gosip soal mata Dino yang jelalatan, ternyata benar.

***

“Selamat datang again pada Vita,” ucap Puput, menyambut kehadiran Vita di perkumpulan jomblowati, untuk yang kedua kalinya.

“Di sini, kamu akan merasakan kenikmatan, yang gak pernah kamu rasakan semasa pacaran dulu. Kalo sebelumnya kamu merasa dikekang, diatur-atur, diinjak-injak, di sini kamu akan free, free like a bird,”

Kalimat di atas itu diucapkan lagi, seperti pertama kali Vita masuk geng jomblowati. Agak-agaknya, kalimat itu jadi kalimat ‘sakral’, yang harus diucapkan pada para anggota.

“Cheers!!!” para anggota kembali mengangkat gelas, sebagai tanda kegembiraan atas masuknya anggota baru, ke geng jomblowati. O iya, sejak sepeninggal Vita, anggota jomblowati bertambah cukup pesat. Ada tiga anggota lain, selain Annisa, Puput, Karin, dan Meta, yakni: Sarah, Fitri, dan Hanny.

***

“Doa’in Desta benar-benar orangnya baik ya, Mbak,” pinta Vita.

“Mbak selalu berdoa buat kamu, Vit,” ucap Riri, sambil membelai rambut adiknya. “Ngomong-ngomong Desta itu gak ngatur-ngatur kayak Angga dulu, kan, Vit?”

“Alhamdulillah, enggak, Mbak...”

“Syukurlah. Matanya gak jelalatan kayak Dino, kan? ”

“Alhamdulillah, nggak, Mbak...”

Memang Desta gak suka ngatur-ngatur kayak Angga. Ia juga gak dicap ‘si mata jelalatan’ kayak Dino. Tapi Desta bikin pusing Vita lagi, khususnya dalam hal kebiasaan sang pacar. Kenapa lagi ya?

Belum juga sebulan, Desta sudah gak membuat nyaman Vita. Bayangin aja, kemana-mana, Desta selalu ngikut. Memang sih, sebagai pacar, pasangan selalu suka kalo diantar, atau dijemput, atau jalan berduaan, makan berdua, dan berdua-duaan lainnya. Tapi gak setiap waktu, setiap jam, setiap detik, pacar ngikut terus. Ngintil terus. Kita pasti punya momen, yang pengen dilalui sama sobat-sobat kita. Nah, momen kayak gitu, gak didapatin Vita.

Selain nguntilin, yang bikin Vita gerah, sejak pacaran, Desta suka periksa-periksa semua SMS Vita. Maksud hati, mau jaga Vita dari cowok-cowok yang gak jelas. Desta bakal cemburu berat, kalo tahu ada cowok kirim SMS, yang isinya ngerayu-ngerayu pacarnya. Tapi bukan begitu caranya kan? Bukan dengan cara lihat semua SMS. Kesannya Desta gak percaya Vita, dan Vita jadi gak punya privacy lagi. Gak pentingnya lagi, Desta juga sering ngecek SMS teman-temannya Vita. Duh, gak ada kerjaan baget sih?

“Jadi lebih baik kita putus aja, Des...”

***

Malam itu, di rumah Annisa, sekitar sepuluh orang sudah siap-siap melakukan ‘upacara’ penyambutan anggota baru. Kali ini yang mendapatkan kehormatan mengucapkan kalimat ‘sakral’ adalah Vita.

“Di sini, kamu akan merasakan kenikmatan, yang gak pernah kamu rasakan semasa pacaran dulu. Kalo sebelumnya kamu merasa dikekang, diatur-atur, diinjak-injak, di sini kamu akan free, free like a bird.”

0 komentar: