Sabtu, 29 November 2008

PERAWAN TUA = OG + TM + NL

Entah apa yang menyebabkan Tessa masih tetap sendirian. Bahasa Inggris-nya, tetap alone. Di usianya yang sudah menginjak 37 tahun, ia belum meyebarkan undangan married. Boro-boro undangan married, melihat siapa pria yang menjadi teman dekatnya aja juga belum menampakkan tanda-tanda. Tak heran, selain gelar Sarjana S2 yang sdh lebih dulu melekat di depan namanya, Tessa jg mendapat gelar honorus causa: perawan tua.

"Padahal Tessa itu cantik, lho. Wajahnya mirip2 sama Gong Li," papar Riza, pria yang sampai saat ini masih suka sama Tessa, tp terlalu minder utk ngajak dating krn Riza terlalu blo'on.

"Tessa baik budi dan tidak sombong," ungkap Toto, pria yg jg menaruh hati pd Tessa, tp nggak berani menyatakan cinta gara2 sering makan pete. Sekedar info, Tessa paling sebel sama cowok yg doyan pete, krn nanti kalo ciuman Tessa bisa muntah.

"Sebenarnya aku hampir jadian dengan Tessa," aku Rahman. "Tapi sayang, kata Tessa aku bau ketek. Aku menyesal sekali. Harusnya dari dulu setiap kali jalan bareng sama Tessa, aku pakai deodoran".

Seluruh keluarga besarnya selalu bertanya-tanya kapan Tessa married. Awalnya, Tessa masih bisa berbasa-basi, menutupi “kekurangan”-nya itu. Tapi pertanyaan itu selalu muncul selama bertahun-tahun, dan itu membuat gerah Tessa. “Emang gak ada pertanyaan lain apa?” begitu ungkap Tessa dengan nada kesal, tapi dalam hati. Sebenarnya ada sih pertanyaan lain, pertanyaannya begini: "Siapa nih pria yg jd suami kamu?" kayaknya sama ajah ya...

Gara-gara pertanyaan itu, Tessa jadi malas untuk berkumpul dengan keluarga besar. Tiap ada acara keluarga, Tessa selalu menolak hadir. Alasannya, kalau gak ada tugas mendadak dari kantor, sudah terlanjur janji dengan teman, atau lagi gak enak body. Selain ketiga alasan itu, Tessa sudah menyiapkan seribu alasan lain yang sudah siap dikeluarkannya jika kebetulan ada acara-acara keluarga. Ketidakhadiran Tessa itu membuat hubungan Tessa dengan keluarga besar, menjadi berjarak.

Gara-gara Tessa tak hadir di acara keluarga, yang ketumpuan pertanyaan giliran orangtuanya. Sebagai orangtua, tentu selalu membela putri tercinta. Mereka selalu berusaha menjaga agar citra Tessa tetap baik. Setiap pertanyaan, selalu dijawab dengan bijaksana.

“Mungkin belum ada pria yang cocok,” bela orangtua Tessa. “Dalam waktu dekat, Tessa pasti akan married, kok”.

Namun kebijaksanaan orangtuanya rupanya ada batasnya, sebagaimana kesabaran mereka. Berbulan-bulan, bertahun-tahun ditanya dengan pertanyaan yang sama, membuat mereka gerah. Walhasil, orangtua Tessa juga tak pernah datang lagi ke acara keluarga, sebagaimana Tessa. Gara-gara tak hadir lagi, akhirnya mereka jadi jauh dari keluarga besar.

“Si Perawan Tua” tetap acuh. Dia tak peduli lagi pertanyaan-pertanyaan “basi” yang diajukannya, kapan married, mana calonnya, pria mana yang jadi pacarnya, dan lain sebagainya. Tessa tetap menjalani hidupnya, dengan menjadi seorang wanita picky, pemilih. Dia selalu memilih pria yang mendekatinya harus pintar, tampan, jangkung, sixs packs, dewasa, mapan, sabar, dan sifat-sifat sempurna lainnya. Siapakah kira-kira pria yang cocok untuk Tessa? Masih belum jelas!

Dari hasil survey lembaga (yang katanya) independen Survey Research Indonesia (SRI), ada beberapa penyebab wanita jadi perawan tua. Penyebab itu dirumuskan secara ilmiah: Perawan Tua = OM + TM + NL.Dibacanya, perawan tua terjadi gara2 Ogah Married, karena Terlalu Memilih, plus Nggak Laku.

Kenapa sih perawan Ogah Married (selanjutnya disingkat OM)? Banyak faktor. Ada yg "kalah sebelum berperang'. Maksudnya si perawan selalu dihantui, bahwa married itu nggak menyenangkan. Bahwa married itu merusak kebebasan individu. Privacy yg sebelumnya dijaga, jd hrs di-sharing berdua dg suami. Terlalu banyak contoh2 kasus perceraian, sehingga si perawan takut perceraian.

Namun OM jg krn alasan keluarga. Maksudnya, si perawan tua kasihan sama ortunya yg hrs ditinggal sendirian kalo dia married. OM jg karena terlalu sayang sama Papa-nya yg sakit2an & hrs diurus. Nggak enak kan kalo married, masa lbh menyibukkan diri sama ortu ketimbang sama istri. Percuma married kalo begitu, tul gak?

Terlalu memilih jg jd alasan knp wanita2 zaman sekarang jd perawan tua. Mentang2 sdh menduduki posisi okeh, gaji sdh tinggi, sering keluar negeri, milihnya bukan "suami", tp pria yg derajatnya lebih tinggi. Padahal, pendamping hidup itu harusnya bkan soal jabatan, bukan soal ganteng apa nggak. Pendamping hidup adalah masalah kejujuran, tanggung jawab, dan mengerti bahasa cinta. Tentu financial jga jd pertimbangan dong, meski bkn jd tolak ukur utama.

Elo yakin seorang CEO bs membahagiakan elo lahir maupun bathin? Uang banyak, harta melimpah, mobil bertumpuk, mo belanja kesana-kemari tinggal tunjuk, tapi ternyata hati loe sepi. Kosong. Punya suami tp seperti nggak punya suami.

Elo yakin, pria seganteng Torra Sudiro bs menghangatkan hari-hari loe? Dg fisik yg okeh, main film dimana2, uang melimpah, tp ternyata bnyk fans yg mengidolakannya. Fans yg mungkin siap dikawinan kapan aja tanpa syarat. Gokil abis! Ato ganteng kayak gw yg mirip Sandra Bullock, lho kok?

Nggak laku adalah alasan terakhir perawan ttp menjadi tua. Padahal perawan yg nggak laku blm tentu pemilih. Malahan terkadang perawan yg ada di posisi ini sdh melakukan berbagai cara spy laku keras, mulai dari operasi plastik, mencoba membeli produk make up mahal spy mirip bintang film, membeli wardrobe2 branded, sampe memasang aksi seksi. Maksud aksi seksi, sang perawan pakai baju yg agak2 terbuka, tank top, rok mini, ato baju transparan. Seolah2 ia "mengobral diri" spy laku. Tp sayang, aksi seksi sept itu blm tentu menghasilkan calon suami. Yg ada kena grebek UU pornoaksi.

Di usia gw yg sdh hampir kepala 6, pny anak yg br masuk kuliah, ternyata msh banyak tmn2 gw yg jg belum merasakan kenikmatan hidup bersama seorang suami. Dimana kalo tiap hari bisa pergi dan pulang kerja bareng. Malam2 bisa bercanda di ranjang sambil nonton televisi ato DVD. Kalo kebetulan lagi nafsu, langsung melakukan pelampiasan. Giliran malam Jumat, siap2 pasang aksi utk melakukan keramas bareng. Wah, pokoknya seru banget. Semakin seru kalo pas lg keramas, samponya masih banyak, eh air showernya mati. Pedih!

2 komentar:

Lili mengatakan...

Cerita lo bagus kok, kagak garing. Gue enjoy banget bacanya. Bahasa lo enak.

Duh, sama nih masalahnya. Gue juga NGGA LAKU. Sama sekali gue gak pasang kriteria muluk. Malah orang pincang, jelek, gak lulus2 kuliahpun gue mau terima. Orang pas2an jg gak papa. Gue rela makan tahu, tempe, oncom.

Hanya, sekalipun standard gue dah gue turunin, tetep aja semua cowok pas ketemu gue pada pasang ekspresi kaget,jijik, trus mereka buru2 pamit. Abis itu mereka gak mau hub aku lagi.

Gini, gue sih gak masalahin kalo seumur hidup gue jomblo. Cuma, masalahnya gue gajinya cuma sekitar UMR dan terpaksa gue masih tinggal dng org tua, yg sering beda pendapat sama gue. Bentrok jadinya dan gue malu jg udh umur segini masih serumah mereka. Cuma, mana bisa ngekos dng gaji sekecil itu. Apalagi beli rumah. Seandainya gue punya suami, kan dia bisa beliin rumah, atau plg gak ya bayarin kontrakan. Itu aja masalahnya.

Mau tanggapin aku? silakan e-mail aku di: tarutu7@yahoo.com

diary si tukang gowes mengatakan...

Li, jgn berkecil hati. Pasti ada yg ingin Tuhan tunjukan ke kamu, mengapa kamu 'dibuat susah' dg nggak berjodoh2.

Barangkali satu hal yg kudu kamu lakukan, yakni jgn pernah berdebat, berantem, marah, dan sebel sampai di bawa ke hati pada orangtuamu, terutama Ibumu. Tuhan marah kalo kamu marah dg Ibumu. Minta maaf dg tulus pd Ibu dan berdoa terus.

Anyway, thx atas pujiannya. Baca terus ya note-note di blog ini atau di http://www.notenggakpenting.blogspot.com. Salam kenal!