Minggu, 20 September 2009

RAZIA KTP

Sehubungan bulan puasa lalu banyak orang Islam nggak puasa, sebuah Organisasi Masa (Ormas) Islam melakukan razia. Kali ini razia mereka cukup simpatik. Nggak main bakar-bakaran kafe atau melakukan kekerasan fisik. Mereka cuma merazia Kartu Tanda Penduduk (KTP).

“Kok razia KTP, Ustadz?” protes salah satu anggota Ormas Islam itu. “Bukankah yang biasa merazia KTP para Pamong Praja dari Pemda?”

“Hi! Tolol! Kita ini nggak sama kayak Pemda,” jawab Kordinator Ormas dengan nada tinggi sekitar 5 oktaf gitu, deh. “Kalo Pemda itu mengusir mereka yang bukan KTP Jakarta ke kampung halaman. Nah, kalo kita merazia si pemilik KTP itu cuma Islam KTP atau Islam beneran...”

“Caranya?”

“Mari aku tunjukan padamu hai Tukang Kayu...”

“Lho, saya bukan Tukang Kayu, Ustadz! Itukan lagu...”

“Oh iya, ane lupa!”

Akhirnya sejumlah anggota Ormas melakukan razia. Tempat-tempat razia di beberapa titik. Ada yang di pusat perbelanjaan, bioskop, restoran, hotel, dan nggak ketinggalan di panti pijit. Mereka sengaja memilih tempat-tempat nggak umum, karena menurut Koordinator ini cara mereka mengetahui secara random mereka yang ber-KTP Islam.

“Coba tunjukan KTP saudara,” kata salah seorang anggota Ormas Islam pada pria muda yang sedang berada di sebuah kamar di tempat panti pijat. Dia nampak sedang siap-siap dipijat, entah dipijat plus-plus atau dipijat minus-minus. Yang pasti dia sudah menggenakan handuk dan di belakang pria itu ada seorang wanita yang mirip Ozzy Osbourne. Kok Ozzy Osbourne ya? Bukannya Ozzy itu pria? Ah, barangkali pria yang diperikasa KTP-nya ini suka sama pria juga...

Pria itu menyerahkan KTP dengan tangan bergetar.

“Karena di KTP Anda mengaku beragama Islam, saya tanya Anda, sebutkan Rukun Islam,” tanya anggota Ormas itu.

“Rukun Islam ada lima perkara. Pertama membaca dua kalimat syahadat. Dua kemanusiaan yang adil dan beradad. Tiga persatuan Indonesia. Empat...”

“STOP! STOP! STOP! Anda salah!”

“Kok saya salah? Salah saya apa, Pak? Bukankah Rukun Islam memang lima perkara?”

“Anda betul! Rukun Islam ada lima perkara. Perkara satu betul, mengucapkan dua kalimat syahadat. Tapi perkara kedua dan ketiga ngawur banget! Masa kemanusiaan yang adil dan beradab? Memangnya pemerintah sekarang sudah adil?”

“Belum.”

“Nah, kenapa kalo belum adil Anda menyebutkan perkara kedua kemanusiaan yang adil dan beradab? Harusnya kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam kebijaksanaan, perwakilan dong, ya nggak? Lalu setelah itu baru deh perkara ketiganya, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia...”

“O begitu ya, Pak. Jadi saya ditangkap, nih, Pak?”

“Yap!”

Pria itu pasrah ditangkap salah satu anggota Ormas Islam. Namun sambil berjalan mengikuti anggota Ormas itu, si pria tertawa dalam diri. Ia merasa berhasil mengelabui si anggota Ormas yang berjenggot panjang itu, karena sebetulnya sebagai orang Islam, ia hafal lima rukun Islam.

“Masa rukum Islam kedua kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan, perwakilan, sih!" katanya dalam hati. "Harusnya berbangsa satu bangsa Indonesia. Baru setelah itu berbahasa satu bahasa Indonesia. Hahahaha...ogut begoin mau aja!”

Ah, dasar! Kalo dua-duanya Islam KTP ya begitu itu jadinya! Belum tentu anggota DPR, MPR, Ormas Islam, dan orang-orang ber-KTP Islam hafal Rukun Islam dan Rukun Iman. Coba aja tes! Jangan-jangan Anda juga nggak hafal. Hayo ngaku!

0 komentar: