Selasa, 15 September 2009

KAMU YA YANG MENGHAMILI?! BUKAN SAYA PAK!

Atas petunjuk Bapak Presiden Republik Ojo Lali Karo Aku Iki, akhirnya aparat kepolisian berhasil memanggil beberapa pria yang dituduh sebagai pria yang bertanggungjawab atas kehamilan Sheilo Morcio. Pria-pria ini dianggap telah menanam benih di perut bintang sinetron cantik dan host itu, sehingga menimbulkan kehamilan hampir 4 bulan.

Terus terang mayoritas warga negara bingung, mengapa seorang Presiden ngurusin masalah kehamilan seorang selebriti yang nggak penting ini. Bukankah urusan negara banyak yang penting? Namun kebingungan beberapa warga negara terjawab, setelah Sekretaris Negara melakukan konferensi pers di depan puluhan wartawan. Inti konfrensi pers tersebut, masalah kehamilan Sheilo bukan sekadar kehamilan seorang selebriti, tapi sudah menjadi isu nasional yang memalukan, ibarat tetangga Malingsia mengakui ploduk-ploduk (bacanya ala Pak Marcus, pemilik Maspion) Indonesia. Masa seorang wanita cantik hamil tanpa ayah? Masa bertepatan dengan kehamilannya ia harus mendekam lagi di dalam penjara? Sebuah contoh yang tidak baik di 10 terakhir menjelang berakhirnya bulan Ramadhan ini. Dan contoh ini tidak boleh menjadi bagian dari jati diri bangsa Ojo Lali Karo Aku Iki.

Itulah mengapa sebagai Kepala Polisi Republik Ojo Lali Karo Aku Iki memanggil pria-pria yang menjadi terdakwa. Polisi berharap akan menemukan pria yang telah menyumbangkan sperma dan harus menjadi Bapak sang jabang bayi. Padahal baik Sheilo dan ibunya Sheilo: Meriah Cecilio Carey, cuek bebek dengan pria yang berhasil menghamili wanita itu. Nggak peduli pria yang menghamili mau mengaku atau enggak, yang penting bumi masih tetap bulat dan berputar. Namun sekali lagi, peristiwa yang dialami Sheilo Morcio adalah peristiwa memalukan tingkat nasional.

”Apakah kamu yang menghamili?” tanya polisi pada pria pertama dalam sebuah sesi introgasi di food court sebuah Mal.

”Bukan! Bukan saya, Pak! Mungkin dia, Pak!” pria itu langsung menunjuk pria yang ada di sampingnya.

”Betul kamu yang mengamili Sheilo?”

”Enak aja! Jangan asal nuduh begitu dong, Pak! Bapak memang udah ngecek jenis sperma yang memasuki perut Sheilo sehingga dia hamil?”

”Belum,” jawab polisi polos.

”Nah, kalo begitu, lebih baik periksa dulu, baru bisa menuduh. Sperma saya golongannya AB, sedang sperma yang hinggap di Sheilo golongan O.”

”O begitu! Jangan-jangan kamu yang menghamili ya?” tanya polisi pada pria yang ada di sebelahnya lagi.

”Ah, Bapak bisa aja,” jawab pria ini sambil cengegesan. ”Masa orang seperti saya bisa menghamili wanita? Saya ini kan nggak suka sama wanita, Pak. Saya ini sukanya minum teh botol. Karena apapun makanannya, ya teh botol minumannya. Dan saya asli pecinta kaum pria, Pak. Masa Bapak nggak tahu sih? Kita kan pernah ketemu dan Bapak pernah nawar...”

”Ih, najis deh!” kata polisi sambil bersumpah serapah agar anak-anak dan keturunannya nggak seperti pria yang guy itu. Cara bersumpahnya, meludah-ludahi wajah pria yang guy itu. Cuih! Cuih! "Semoga anak dan keturunan gw nggak ada yang berprilaku menyimpang, karena bakal masuk neraka! Cuih! Cuih!"



Polisi bingung. Tiga pria yang diintrograsi nggak ada yang mengaku sebagai dalang perbuatan tidak senonoh itu, yakni menghamili orang tapi tidak bertanggung jawab atas jabang bayi yang ada di kandungan Sheilo. Keterlaluan! Sudah ngerasain enak, nggak mau ngaku! Kini tinggal dua pria lagi yang akan diintrograsi. Polisi yakin, salah satu di antara dua pria ini pasti akan mengakui perbuatannya.

”Saya tidak akan menghabiskan waktu kalian berdua. Oleh karena itu, mumpung saya masih muda, ganteng, dan bisa menahan kesabaran, saya bertanya pada kalian berdua, siapa di antara kalian yang berhasil menghalimi, eh maksudnya menghamili Sheilo Morcio?”

”Dia, Pak!” pria satu menunjuk ke pria di sampingnya.

“Enak aja! Dia Pak!” kata pria ini membalas tuduhan pria yang menuduhnya.

Kedua pria itu saling tuduh. Hampir kurang 12 jam, mereka saling berbalas tuduh, bukan berbalas pantun. Oleh karena durasi mereka berbalas tuduh begitu lama, si polisi sempat tertidur pulas, bangun lagi, tidur lagi, ngiler, ngelindur, mimpi basah, mimpi kering, tidur, dan kemudian bangun lagi.

”Sutralah! Ngaku saja, apa susahnya sih ngaku menghamili?” kata salah seorang pria mencoba mengakhiri ronde berbalas tuduh.

”Masalahnya nggak semudah itu, Bro. Gw saat ini lagi diminta jadi Among Tamu salah satu keluarga gw yang mau married minggu depan...”

”Lah, apa hubungannya?”

”Ya jelas ada dong, ah! Among Tamu itu harus fokus. Nggak boleh ada masalah yang bisa memberatkan diri, yang membuat acara resepsi berantakan. Focus is the best!”

”Oh, begitu ya? Kalo begitu, gw juga nggak mudah mengakui soal menghamili Sheilo...”

”Memanya elo yang menghamili?”

”Bukan, bro! Pada saat Sheilo melakukan hal-hal yang dilarang agama, gw sedang nggak ada di tempat. Lagi dinas luar kota. Jadi nggak mungkin dong kalo gw yang menghamili. Memangnya sperma bisa diterbangkan dari luar kota ke perut Sheilo?”

”Gini hari teknologi bisa melakukan apa aja kalee! Nggak cuma kirim SMS, kirim salam, kirim video porno, tapi bisa kirim sperma...”

”Gimana caranya? Aya-aya wae...”

“Gampang! Elo cukup telepon atau SMS dengan handphone, lho ke perusahaan service delivery, sperma loe yang udah ditaro di botol akan dikirim via kurir service delivery itu…”

“Lha, itu mah bukan teknologi kale! Tetap manual!”

“Memangnya elo telepon atau kirim SMS dengan handphone loe bukan teknologi namanya? Teknologi handphone yang bisa mengirim massage dari satu tempat ke tempat yang jauh melalui satelit…”

“STOP! STOP! STIOP! Kalian ini lagi ngomongin apaan sih?” tiba-tiba polisi menghentikan percakapan dua pria terakhir yang dituduh menghamili Sheilo Morcio itu.

“Ngomongin Sheilo Morcio, Pak!”

“Jangan bohong! Sekarang ini bulan puasa, tahu! Nggak boleh bohong! Kalian ini ngomongan handphone kan?”

“Lho kok Bapak tahu?”

“Yaiyalah, polisi gitu loch!”

“Kita berdua sepakat untuk tidak mengakui kalo kami yang menghamili Sheilo Morcio, karena alibi yang menguatkan bahwa kami yang pelaku penghamilan ini, nggak terbukti....”

“Jadi?” tanya polisi seolah ingin memancing jawaban salah satu dari dua pria tertuduh itu.

“Jadi sebaiknya bapak mengaku saja kalo bapaklah yang menghamili...”

“Memangnya boleh?” tanya polisi heran pada tuduhan pria itu.

“Ya bolehlah! Selama Sheilo Morcio nggak mau mengakui siapa otak di balik kehamilannya, ya bapak berhak mendapatkan kesempatan itu. Bapak tinggal mengaku menghamili dan Sheilo menerima pengakui itu, ya selesai deh urusan negara ini...”

“Baiklah kalo begitu,” kata polisi. “Kebetulan sudah lama saya ngefans berat sama Sheilo Morcio. Saya terkagum-kagum pada kecantikannya dan permainannya dalam sinetron....”

“Ya sudah sana jemput Sheilo Morcio di rumah tahanan. Kasihan dia sedang menantikan pria yang mau bertanggung jawab...”

“OK, Sheilo! I’m comming!”

Dan masalah negara Ojo Lali pun akhirnya beres. Polisi mengakui telah menghamili Sheilo dan siap untuk menjadi suami Sheilo. Dengan berakhiranya kasus ini, Presiden Ojo Lali menghadiahkan piala Kalpataro pada polisi.

Congratulation ya Pak!” kata Presiden Ojo Lali Karo Aku Iku pada polisi sambil memberikan piala Kalpataro.

Thx Mr Presiden! I love you full! Hehehehe....” ujar polisi.

0 komentar: