Minggu, 18 Januari 2009

A SMILING OFFICE BOY IS WAITING FOR GENERAL


After retiring early at the age of 65, I went to Neraka. Lebih tepatnya Neraka Jahanam. I was a Office Boy in Negeri Impian. I thought, if I went to Surga, God must be crazy. Masa orang kayak gw masuk surga? But God was right. Now I’m here in Neraka Jahanam.

I didn’t expect to meet a senior Office Boy in Neraka. He called Soeharto, a smiling Office Boy. He wanted to meet me again. Kayak-kayaknya doi seneng banget ketemu sesama Office Boy di Neraka. He wanted to talk to me everything about politics. I was so confuse. Ya, bingung dong!

“Since when Office Boy know abaout politic?” kata gw.

“Please deh ah! Office Boy juga manusia!”

Finally I was agree. Terpaksa agree, karena nggak ada pilihan.

“Ok, what time will you pick me up?”

Tepat pukul 19.45, gw dan Soeharto ketemu di sebuah tempat yang rusak di Neraka Jahanam. He’s 70 years old, but looks 30 years older. He was very charming, because wearing best Designer clothes. Yang kebetulan Designer-nya juga tinggal di Neraka. Maklum, mayoritas Designer kan homo-homo.

“I know what some of you thingking: Soemonggo is negative President,” tiba-tiba si Senior Office Boy nyerocos kayak begitu.

Kenapa tiba-tiba Presiden Soemonggo yang dibawa-bawa? Doi kan udah meninggal? Kata orang Sunda pamali ngomongin orang yang udah meninggal. You can not do that! Impolite! Nanti diomelin sama Sigit Bondowoso, atau Bambang Tukulimo, atau Tommy Polkadot, atau Mbak Trututut, atau mbak Titit Kecil. He shouldn’t talk about President of Soemonggo. Atau mentang-mentang namanya sama dengan Presden ke-2 Republik Indongawur itu?

“To me Soemonggo is the best!” katanya.

“Why do you think so?” tanya gw nggak percaya.

“Of course, it’s complicated to explain. But I’ll try to explain little by little. Are you ready to listen?”

“I think so...”

“Ok, see you tommorrow...”

“What?!”

Gw bingung! Ini Office Boy katanya mau menjelaskan kenapa doi menyimpulkan Soemonggo adalah Presiden yang the best. Kenapa pas gw udah siap mendengarkan ceritanya, doi jadi membubarkan miting kita? Aneh!

Next meeting with a smiling Office Boy. At coffee shop in Neraka Jahanam.

“There are people who want to be President before Soemonggo died,” katanya sambil menyeruput kopi hitam yang diimpor dari nagera mayoritas orang Yahudi.

“I know...”

“But they were affraid! Pengecut! Sok mengabdi pada Soemonggo padahal musuh dalam selimut...”

“Really?”

“Nggak percaya?”

“Iya, don’t believe...”

“Gw juga nggak percaya...”

“Ah, gimana sih Abang ini. So they were enemy or friend sih?”

“Both!”

Katanya, sebelum pensiun jadi Office Boy di jalan Cendanu, a smiling Office Boy ini sempat dibisikin oleh beberapa Jenderal. Ada Jenderal Kancil, Jenderal Guk-Guk, Jenderal Kucing, dan Jenderal Happy Hour. Kata Jenderal-Jenderal itu, lain kali kalo mau makan di warteg, lebih baik ke Warmo aja.

“Because Warmo is one of the best Warteg in this world,” kata salah satu Jenderal yang diceritakan kembali oleh si smiling Office Boy itu.

“Apa hubungannya sama Presiden Soemonggo dan Jenderal-Jenderal itu?” tanya gw.

“Nothing. Nggak ada hubungannya...”

Halah! Kumaha nih senior Office Boy. Gebleg! Ceritanya loncat-loncat. Bego amat sih?! Tapi kalo pintar pasti nggak jadi Office Boy kali ya? Jadi Politikus yang kalo mampus dimasukin ke kardus, trus mahasiswa-mahasiswa meneriakkan: “Biar mampus!”

“Mari kita lanjutkan perbincangan kita..” katanya agak serius.

“Ok. I’m listning...”

“Please describe your life’s journey...”

“Me?”

“Yes! You idiot!”

“My life is interesting, with highs and lows, but the good thin is that I have been able to survive until now, in so many aspects of life...”

“Very nice story...”

“How about you?”

“Me?”

“Yes! You idiot!” kata gw gantian memaki dia. Biar tahu rasa.

“I’ve lost my mom, my best friend, but I survived it all like you. My greatest achievement, nyolong duit rakyat sebanyak 2 trilyun rupiah...”

“Hah?! Office Boy bisa nyolong duit sebanyak itu?”

“Why not?”

“Gimana caranya?”

“Seorang Jenderal yang kebetulan kenal dengan pengusaha menitipkan uang ke gw. Gw nggak tahu jumlahnya berapa. Tapi banyak banget. Gw baru tahu kalo uang itu adalah uang hasil korupsi..”

“Kenapa mereka menitipkan ke elo?”

“Because mereka takut ada pemeriksaan KPK. You know what?”

“What?”

“Duit itu mereka kumpulkan semasa Presiden Soemonggo masih hidup. Di hadapan Presiden Jendral dan Pengusaha itu sok alim, padahal mereka tikus...”

“Ada buntutnya nggak?”

“Nggak tahu deh! Yang pasti sekarang mereka lagi mau melakukan kampanye buat jadi calon Presiden. Slogannya mereka: mari kita sukseskan Wong Cilik buat menjadi Wong Besar, sehingga Wong Pitoe bisa menjadi band parodi ternama, kecuali Anda menjadi Wong Edan....”

“Slogannya panjang amat?”

“Ya begitu deh! Lihat aja sekarang di bumi. Caleg-caleg pada narsis. Slogannya ngawur. Sok bersih, sok profesional, sok pembela rakyat, sok berkarya demi bangsa. Padahal mereka itu tikus. Tikus yang tukang gragotin duit rakyat...”

“Ah, masa sih?!”

Tiba-tiba.

“Sssst! Jangan berisik! Jenderal dan Pengusaha yang gw ceritain tadi baru aja tewas ditembak...”

“Sama siapa?”

“Nggak tahu sama siapa. Gimana kalo kita kabur?”

“Runaway maksudnya?”

“Iya, runway. Karena gw yakin, si Jenderal dan Pengusaha itu akan cari gw. Mereka pasti tanya, duit 2 triliyun-nya ada dimana?”

“Mana bisa runaway? Kita kabur juga ngider-ngider di sini-sini juga, di Neraka.”

“Iya ya...”

“Tapi gimana kita tunggu dulu di sini. Kita lihat si Jenderal dan Pengusaha itu masuk ke Neraka Jahanam atau malah masuk ke Surga...”

“Ah, I don’t believe they go to Surga. They come here ke Neraka. Pastilah!”

“Jangan sok yakin, Bro! Kalo mereka punya uang buat nyogok? Bisa jadi masuk Surga...”

“What?!!!!”

0 komentar: