Rabu, 10 Desember 2008

HOTPANTS MAKIN HOT

Betapa ngilernya gw begitu sampai di Mal. Keinginan gw beli sepatu Adidas hilang seketika. Bukan karena gw pindah jurusan alias dari pingin beli sepatu jadi pengen es krim. Bukan, bukan itu! Gw ngiler gara-gara pantat gadis-gadis yang berseliweran pake hotpants. Saking ngiler, air liur gw menetes dengan deras.

Belakangan, hotpants makin menggila. Makin hot! Wanita-wanita dari berbagai usia banyak yang berani pake hotpants. Ngomong-ngomong elo tahu kan hotpants itu apa? Mungkin sebagaian besar udah tahu. Bagi yang belum tahu, nih gw kasih tahu!

Sejarah hotpants (ingat! Nulis hot pants kudu disambung) dimulai abad 19 dan awal abad 20. Dari dulu hotpants ini adalah celana super pendek. Perkembangan selanjutnya, hotpants dipakai sama wanita yang karakternya ke-pria-pria-an alias tomboy. Tapi waktu itu, hotpants cuma digunakan oleh anak laki-laki sampai dia mencapai umur tertentu. Belakangan, semua jenis kelamin menggunakan.

Begitu hotpants dipakai oleh para wanita juga, pria-pria ngga mo lagi pake. Malu lah yau, masa laki disamain sama wanita? Emang kita apaan? Nah, sejak hotpants ditakdirkan dipakai wanita, hotpants mulai dipakai oleh para Pekerja seks komersial (awas jangan salah sebut jadi PKS, tapi PSK ya! Ntar diomelin salah satu Partai, lho!). Tepatnya di awal tahun 70-an, Pelacur-Pelacur pakai hotpants sebagai pengganti miniskirt.

Wajarlah kalo yang pake hotpants itu para Pelacur. Sebab, hotpants jadi terlihat seksi. Paha jadi terlihat lebih menerawang. Pantat jadi terlihat aduhai: bulet-buletannya kadang ngintip, kadang bersembunyi, tergatung cara jalannya. Di Amrik sana, hotpants dipopulerkan oleh klab baseball Philadelphia Phillies dengan Hot Pants Patrol-nya.

Di Indonesia, hotpants juga dipopulerkan oleh para Palacur. Nggak cuma Pelacur di gang Dolly atau Keramat Tunggak (dua tempat ini sudah almarhum), tapi para Pelacur kelas rel kereta api Manggarai juga pake hotpants. Sedikitnya ada tiga alasan kenapa Pelacur-Pelacur ini pake hotpants. Pertama, gara-gara alasan cuaca.
”Habis gerah mas kalo kita pake jins ato rok,” jelas seorang Pelacur berinisial X yang gw temui di stasiun Manggarai.

”Kalo kegerahan kenapa nggak dikipas aja Mbak?” tanya saya sok memberi usul.

”Gimana ngipasnya Mas? Entar ’barang’ saya jadi ketahuan dong?”

Iklim tropis Indonesia memang memberikan harapan bagi para Hotpantser (istilah untuk mereka yang pakai hotpants). Malam yang seharusnya udaranya dingin, tetap aja hawanya panas, apalagi di siang hari. Buat mereka yang nggak terlalu sering mengeluarkan keringat, mungkin nggak masalah soal udara panas. Namun buat mereka yang mudah berkeringat, wah cuaca panas sangat mengganggu. Bayangin kalo Pelacur yang mudah berkeringat, belum juga ”diapa-apain” udah keringetan, ya males lah Pelanggan untuk melakukan ”pergerakan nasional”.

Alasan kedua pakai hotpants bekaitan dengan nilai jual. Seorang Pelacur jelas akan menarik jika memiliki nilai jual tinggi. Tampang cantik aja nggak cukup, kudu dipermak. Misalnya payudara dibesar-besarkan (ini beda dengan istilah masalah kecil dibesar-besarkan, Bro). Begitu udah besar, pake tank top sehingga payudara terlihat ”luber” dan terarah. Tank top-nya cari yang super ketat dan kekecilan, sehingga struktur body terekspos dan juga memperlihatkan bodong. Selain treatment terhadap payudara, pantat juga kudu diperhatikan. Supaya nggak tepos, pantat disuntikin supaya moleh. Supaya kemolehan itu dilihat banyak orang, dipakailah hotpants. Hot, kan?

Para Pelacur menggunakan hotpants supaya cepat membuka celana. Nah, ini menjadi alasan terakhir. Kalo pake jins, menurut mereka rada ribet bukanya, apalagi kalo pake jins ketat. Kadang sering ada masalah sama resleting yang macet terus. Kebayang dong, si Pelanggan sudah nafsu, eh Pelacurnya sibuk dengan resleting yang macet itu. Walhasil, Konsumen menunggu dengan sabar plus sebel si Pelacur memakaikan ’gemuk’ (cairan padat tapi lembek untuk membuat sesuatu jadi lancar). Sayang, begitu resleting sudah lancar, Pelanggan keburu kabur.

Pake long dress juga ribet. Namanya juga dress yang long, jadinya sangat panjang kainnya. Merumbai-rumbai kalo angin lagi puyuh. Kalo lagi nunggu Pelanggan, si Pelacur seringkali masuk angin, kadang-kadang pula masuk anjing. Nah, karena serba salah, pake jins nggak enak pake long dress juga nggak nikmat, si Pelacur memutuskan pake hotpants.

Trend pake hotpants sekarag sudah menjamur di negeri kita tercinta ini. Nggak cuma di Mal, tapi di gedung bioskop, dan tempat dugem. Sulit membedakan apakah wanita-wanita yang pake hotpants itu Pelacur apa bukan. Soalnya (maaf!) belakangan wanita yang nggak berprofesi sebagai Pelacur, tapi kelakuannya kayak Pelacur. Mereka marah kalo dibilang Pelacur. Pas lagi marah, jambak-jambak rambut orang, banting-banting pintu. Padahal (sekali lagi) attitute-nya, how to dress, look-nya, percaya nggak percaya mirip seperti hooker.

”Enak aja ngatain Pelacur! Gw ini pake hotpants karena udara di luar panas tau?!” kata wanita berinisial ”Y” yang mau disebutkan namanya, tapi nggak mau ditulis namanya, agak sedikit ngotot.

Buat gw, udara panas boleh jadi alasan. Tapi seinget gw, para pemakai hotpants adalah mereka yang turun-naik mobil, yang jelas-jelas mobil pakai penyejuk udara. At least pake taksi. Udah gitu, perginya ke Mal, pusat perbelanjaan, bioskop, yang semua tempat itu jelas-jelas pakai penyejuk ruang. Lha, berarti mereka ini nggak berjumpa atau lebih tepatnya merasakan panasnya matahari (udara panas maksudnya) dong? Wong turun-naik ke tempat-tempat sejuk. Coba tunjukin ada Mal yang cuma pake kipas angin? Coba ajak gw ke bioskop yang para Penonton-nya dikasih kipas dari kayu?

Beda kalo si wanita pemakai hotpants itu naik bus Mayasari Bakti 300 jurusan Rawamangun-Blok M yang penuh orang plus copet itu, atau naik Metromini 47 jurusan Pondok Bambu-Senen, ato naik bemo jurusan RSCM-Manggarai. Kalo memang itu alasan memakai hotpants, ya make sense, Bro! Kenapa? Karena wanita itu melewati jalur-jalur berhawa panas dan kendaraan yang ditumpanginya pun nggak ada penyejuk udaranya.

Tiba-tiba pacar gw muncul dengan pakaian yang seksi abis! Pake tank top dan hotpants. ”Oh, my God!!” kata gw agak kaget, tapi dalam hati. Padahal pacar gw nggak perlu pake hotpants udah hot kok. Dengan hidung yang mancung bak Petruk. Dengan body yang seksi bak Minanti Atmanegara. Dengan tinggi semampai bak Charles Jourdan. Pacar gw memang sudah sempurna. Bahasa Jawa-nya: perfect!

”Kenapa sih kamu pakai tank top? Pake hotpants pula?” tanya saya agak marah.

”Habis di luar gerah,” jawab Pacar saya enteng.

”Kamu tuh menjual diri cuma sama saya aja, bukan sama khalayak ramai...”

”Tapi di luar itu kan panas sayang. Kamu mau Pacar kamu ini kegerahan?”

”Lha, kan kita pergi naik mobil? Lha, kan kita mau ke Mal? Bukan ke pasar tradisonal. Kamu mau disamain sama Pelacur?”

Pacar saya diam. Dia agak sedih, karena pemampilannya nggak direspek oleh saya. Dia kemudian meninggalkan saya sedih-sedih. Jalannya jental-jentul (maksudnya megal-megol ke kiri-kanan). Gw melihat hotpants yang dikenakannya, antara celana dalam dan celana luar (hotpants) balapan. ”Mungkin begitu kali ya kalo wanita baru pertama kali pake hotpants,” pikir gw. Bukankah kalo pake hotpants lebih baik pake jistring? Ato enakkan nggak pake kolor sekalian?

Sepeninggal Pacar, gw dikejutkan lagi.

”Cu, Nenek pantes nggak pake ini?” tanya Nenek gw yang minta pendapat gw. Sambil menunggu pertanyaan, Nenek gw memutar-mutarkan badannya bak boneka dari India. Kondenya yang sebesar speaker salon bergoyang-goyang. Selain kelakuan anehnya yang nggak biasa-biasanya, penampilannya bikin gw pusing. Nenek gw pake hotpants! ”Alamak!” gw langsung menepuk jidat. Plok!

0 komentar: