Jumat, 23 Oktober 2009

YANG SALAH BUKAN FESBUK-NYA!

Arvida manyun. Ia mendapat hukuman dari Babe-nya. Selama seminggu ini nggak boleh main fesbuk. Sebenarnya Sharmila nggak masalah soal hukuman. Yang bikin manyun alasan yang diutaran Babenya nggak make sense. Nggak masuk akal.

“Memangnya kenapa Vida gak boleh main fesbuk, Be?”

“Haram!”

“Apa sih ukuran haram?”

“Pokoknya haram! Haram!”

Begitulah sore itu. Ibarat geledek yang menggelegar, menghantam kepala Arvida. Tanpa pengelasan yang menentramkan hati, terpaksa Arvida menjalankan hukuman Babe-nya. Padahal ia tahu, bukan Fesbuk yang patut dipersalahkan, tapi para member-nya lah yang memperlakukan Fesbuk dengan kurang layak. Fesbuk dikultuskanlah dan yang paling parah cuma buat ajang selingkuh. Padahal Fesbuk bisa dimanfaatkan apa saja.

“Apakah salah kalo gue menjadikan Fesbuk sebagai media unjuk diri?” tanya Arvida pada sahabatnya, Hana.

“Enggak. Elo nggak salah, kok, Vid, asal jangan terlalu narsis.”

“Apakah salah kalo gue jadikan Fesbuk sebagai media kritik buat pemerintah atau warga negara?”

“Enggak. Elo sama sekali nggak salah, Vid. Bahkan elo bisa jadikan Fesbuk sebagai media dakwah. Bukan cuma sebagai media jejaring sosial yang nggak punya makna…”

“Tapi kenapa gue nggak boleh main Fesbuk sama Babe gue? Alasan haram menurut gue nggak make sense!”

Selama ini Arvida memang cukup cerdas. Ia nggak seperti mayoritas orang yang menjadi Fesbuk sebagai ajang iseng-iseng, fun-fun doang, menghilangkan stres, buat jawab-jawabin status biar nggak garing, cari teman, menambah teman, selingkuhin teman, atau men-tag foto-foto yang nggak penting.

Buat Arvida, Fesbuk justru luar biasa manfaatnya. Menurutnya Mark Zuckerberg, penemu sekaligus pemilik Fesbuk kelahiran 14 Mei 1984 ini, sangatlah jenius. Sebagai orang terkaya di dunia di urutan 321 versi majalah Forbes -hartanya diperkirakan US$ 1,5 miliar (Rp 17,4 triliun)-, Zuckerman pasti nggak cuma ingin menjadikan Fesbuk sebagai ajang fun-fun doang. Member yang serius nggak patut tergabung dalam Fesbuk. Padahal salah!

Arvida seringkali mengritik kebijakan-kebijanan pemerintah dengan tujuan agar Indonesia lebih baik. Ia juga nggak segan-segan mengkritik teman-temannya sendiri agar berjalan sesuai dengan “rel”, entah itu “rel” yang sudah diatur pemerintah maupun agama dan kepercayaan mereka.

Pernah Arvida dikritik oleh satu-dua temannya, yang menganggapnya terlalu serius dengan Fesbuk. Maksudnya bukan menjadikan Fesbuk sebagai “berhala”, tapi tanggapan-tanggapan Arvida terhadap status atau foto yang di-tag temannya terlalu serius, sehingga ia dianggap kayak anak SMU yang sirik dan nggak ada kerjaan. Idiih! Aneh? Masa serius dianggap sirik dan nggak ada kerjaan? Padahal, balas Arvida, yang nggak ada kerjaan justru member Fesbuk yang kerjanya cuma menanggapi status teman-temannya atau men-tag foto yang nggak penting. Bukankah aktivitas fun kayak gitu lebih tepat dibilang nggak ada kerjaan?

“Jadi, aye pikir, kesimpulan Babe soal Fasbuk itu haram, nggak bener!” jelas Arvida pada Babenya yang kumisnya melintang itu.

Babenya kaget berats. Sejak kapan anak semata wayang ini berani membantah? Padahal selama ini, Vida baik-baik aja. Nggak banyak omong. Nggak banyak cing-cong. Tapi pelarangan Fesbuk ini membuat Vida beda.

“Babe emang pernah melihat aye selingkuh selama main Fesbuk?”

“Enggak!”

“Pernah nggak aye meninggalkan kewajiban sholat?”

“Enggak!”

“Setiap adzan, aye nggak pernah ngutak-ngatik Fesbuk lagi. Aye tinggalkan Fesbuk, trus langsung sholat, ya nggak?”

“Bener!”

“Pernah nggak Babe liat aye bolos kerja atau kerja nggak bener gara-gara Fesbuk?”

“Enggak!”

“Pernah nggak Babe lihat aye nge-tag foto nggak penting?”

“Nge-tag itu ape sih, Vid?”

“Mengirimkan foto gitu, lho...”

“Oh begitu....Beba rasa elu nggak pernah deh melakukan itu...apa namanye...tag-tag foto.”

“Nah, kalo begitu, kenapa Babe melarang aye main Fesbuk? Kenapa Babe menganggap Fesbuk itu haram?”

“Iye-ye, kenape ye?”

“Babe, yang salah itu bukan Fesbuknya, tapi para membernya. Kalo para member itu memperlakukan Fesbuk cuma buat fun-fun aja, ya silahkan aja. Tapi buat aye, selain buat fun, Fesbuk itu justru bisa dijadikan media penyeimbang dunia dan akhirat...”

“Wah, betul juga, tuh! Semacam dakwah via Fesbuk gitu ya?”

“Nah, tuh! Babe dah ngerti, kan?! Makanya jadi jangan larang aye main Fesbuk ya?”

“Baiklah kalo begitu. Tapi Babe boleh minta tolong nggak?”

“Minta tolong apa, Be?”

“Tolong bikinin Fasbuk buat Babe dong...hehehehe”

Tiba-tiba Emaknya Arvida muncul tanpa dirinya dan Babenya tahu. Rupanya percakapan antara Arvida dan Babenya didengar oleh sang Emak.

“Emak juga mau dong dibuatkan Fesbuk!”

“Hah?! Emak juga mau main Fesbuk?!”

“Sekalian bikinin Twitter-nya juga ya...” ucap Emak tanpa beban.

Tet-tot!

0 komentar: