Kamis, 01 Oktober 2009

JIKA MENERIMA LAMARANNYA, AKU JUSTRU DIANGGAP GILA

Hampir setiap orang sudah tidak lagi mengenali wajahnya. Hanya ada satu tanda yang barangkali masih bisa membuat orang curiga, kalo yang mereka lihat memang benar-benar dia, yakni tahi lalat sebesar kelereng yang ada di bawah bibir. Dia yang kumaksud di kisah ini adalah teman sebangku ku saat masih SD dahulu.

Kini dia muncul lagi dengan jelmaan yang 100% berbeda. Kemunculannya ini tanpa diduga-duga, setelah berpuluh-puluh tahun lamanya. Bahkan aku menyangka dia sudah tewas dimakan ikan hiu atau piranha, karena terakhir aku dengar dia meninggalkan kotaku dan menyeberang pulau dengan menggunakan kapal laut.

Entah apa yang membuatnya muncul lagi di kotaku. Apakah dia ingin memperlihatkan diri, bahwa dia masih hidup? Masih sehat wal afiat? Entah apa pula yang membuatnya berani menampakkan diri dengan penampilan yang berbeda, dimana penampilannya itu menggundang kontroversi warga di kotaku.

“Ah, biarkan saja orang mengatakan yang kurang baik padaku,” ujarnya. “Yang penting Presiden masih menghormatiku sebagai warga negara yang taat aturan.”

Selama ini Presiden manapun tidak akan pernah usil terhadap warga negara, selama warga negara tidak usil dengan dirinya sebagai Kepala Negara. Artinya, sebagai warga tidak mengancam jabatannya dengan melakukan serangkaian aksi yang mengarah ke subversif, pencemaran nama baik, atau membongkar rahasia negara. Pun sebagai warga juga giat membayar pajak sebelum jatuh tempo. Selama itu semua dijalankan, kita aman. Temanku itu aman.

Lebih dari itu kaum pembela hak azasi manusia, kesetaraan gender, dan aktor intelektual di balik penggagas nilai-nilai maupun budaya-budaya Barat mendukung penuh keputusan dia yang sudah berbeda. Jika ada golongan atau pribadi yang mencoba mempertanyakan eksistensinya, maka kelompok tadi akan membela habis-habisan temanku, karena menurut kelompok pembela hak azasi itu, temanku perlu dibela. Padahal Ibunya sudah tidak lagi mengakui dirinya. Kata Ibunya, dia bukan lagi anaknya. Anaknya sudah dianggap mati. Yang muncul adalah orang lain yang mengaku-aku anak.

Dan sore itu, temanku ini datang padaku dan mengajaknya married. Ajakan itu tentu saja kutolak mentah-mentah. Bukan aku tidak tahu diuntung, sebagaimana teman-temanku yang tidak kenal dengan dia yang sudah lama pergi itu dan berubah 100%. Aku tahu, dia cantik sekali, seperti bintang porno Miyabi alias Maria Ozawa yang akan datang ke Indonesia untuk shooting film Menculik Miyabi. Aku tahu, dengan kecantikan seperti Miyabi yang kedatangannya ini menggundang kontroversi ini akan memperbaiki keturunanku, karena kebetulan wajahku jelek.

Tapi teman-temanku tidak tahu pasti siapa dirinya, dan mengapa aku menolak untuk menjadi suaminya. Dan aku tidak peduli dianggap bodoh, stuppid, tolol, atau lain sebagainya, karena menolak married. Tidak mungkin akan memberbaiki keturunan, pun memiliki keturunan. Terserah apa kata teman-temanku tentang diriku. Satu hal yang pasti, aku masih normal. Mataku masih belum buta, masih bisa membedakan mana wanita dan mana pria. Otakku pun masih waras. Jika aku menerima lamarannya, aku justru dianggap gila.

“Iya aku ini Joko! Joko Priambodo! Masa kamu nggak ingat? Kita kan dulu pernah duduk sebangku waktu SD dulu....”

0 komentar: