Rabu, 18 Februari 2009

WANITA PILIHAN SERIBU PRIA

Presiden tiba-tiba mengeluarkan kebijakan gokil. Kebijakan ini seperti menyulut api kemarahan rakyat. Kebijakan sang Presiden itu adalah memerintahkan kepada rakyat agar menekan angka kelahiran. Caranya: mengalakkan kembali program yang sudah sukses di zaman Soeharto, yakni melakukan Keluarga Berencana.

Setiap pasangan wajib hukumnya melakukan KB. Bagi yang belum hamil, boleh hamil asal perkembangan kehamilan harus dicatatkan di Ketua RT masing-masing secara rutin on paper. Buat yang sudah punya dua anak, harus menggunakan alat kontrasepsi, baik spirat atau suntikan. Alat kontrasepsi itu harus yang cespleng, kelas satu. Hal itu supaya sperma gak bocor mengenai indung telur. Nah, bagi wanita ternyata ketahuan atau tertangkap basah hamil anak ketiga, dipaksa untuk melakukan aborsi.

Gokilnya, Pemerintah akan mengerahkan ribuan aparat keamanan untuk mengawasi perkembangan KB ini. Ada satuan khusus yang akan mengawasi. Namanya FBKB: Federasi Biro Keluarga Berencana. Satuan ini sama job description-nya dengan FBI di Amrik sana. Kalo di dalam negeri, satuan yang memiliki keahlian menembak jidat jitu ini sederajat dengan Tentara-Tentara bermobil. Jadi, otoritasnya tinggi dan jangan harap, rakyat bisa memberontak.

“No way for Pemberontak! Pemberontak go to hell!”

Kebijakan baru tadi itu, ternyata masih ada lanjutan kebijakan berikutnya. Bagi mereka yang hamil, harus dipastikan memiliki anak berjenis kelamin Pria. Presiden yang ngaku sayang sama Wong Cilik ini memang gender banget. Sok megangkat derajat kaum wanita, padahal di parlemen sendiri gak banyak wanitanya.

Ada alasan kenapa Presiden mengeluarkan kebijakan edan tenan ini. Menurutnya, pria adalah kepala keluarga. Yang namanya kepala keluarga ya harus mencari nafkah. Jangan sampai kayak wanita yang kerja, bapak-bapaknya cuma nongkrong doang, cuma ngopi-ngopi.

Kalo lihat visinya Presiden seperti itu, cukup wise juga sih. Ya, gak? Wanita harus menjadi ibu rumah tangga, karena anak-anak sekarang sudah banyak kehilangan waktu berkualitas dengan para ibu. Ibu lebih banyak keluar rumah, menjadi wanita karir yang katanya dilakukan untuk anaknya juga, dan banyak lagi.

Meski visinya relatif wise, ada hal sadis yang akan Presiden lakukan. Wanita yang tertangkap basah melahirkan bayi Wanita, terpaksa dibunuh. Oleh karena itu, pada saat ada Wanita hamil, kudu di-USG agar tahu apakah bayi yang akan lahir Pria atau Wanita. Kalo Wanita, janin yang dikandung Wanita itu kudu diaborsi.

Suatu hari di malam hari, seorang wanita terpaksa kabur. Wanita itu sedang mengandung anak yang sudah dipastikan anak wanita. Dia bernama Ibu Brindil. Itu diketahui setelah Dokter Kandungan melihat di-USG Ibu Brindil itu. Detik pertama ketahuan anak yang dikandung berjenis kelamin wanita, baik Bu Brindil dan Dokter Kandungan kaget tujuh keliling. Mereka saling berpandangan. Freeze. Awalnya gak tahu harus berbuat apa. Tapi begitu sadar, Dokter itu langsung menghubungi aparat FBKB untuk melaporkan ada pasiennya yang akan melahirkan anak wanita.

“Cepat datang kemari, Pak! Ada yang melahirkan bayi wanita!”

“Siapa? Kok Bapak melahirkan?! Sejak kapan Laki bisa melahirkan?”

“Bukan saya goblok! Yang melahirkan Ibu-Ibu. Makanya cepat kemari! Ditunggu ya kehadirannya...”

Sayang, selagi Dokter melapor, Bu Brindil sudah lebih dulu cabut dari ruang praktek. Sambil mengendap-endap dan membawa bayinya, Bu Brindil cabut. Supaya anaknya nggak berisik, ia menyumpal mulut sang bayi.

“Maaf ya Nak, Ibu harus menyumpal mulut kamu pake BH ibu. Habis nggak ada bahan yang cocok buat menyumpal mulutmu,” kata Bu Brindil sambil mengeluarkan air mata, karena merasa bersalah menyumpal anaknya dengan BH-nya. Padahal seharusnya bisa disumpal pakai celana dalamnya kek, atau taplak meja yang ada di depat situ.

Beberapa hari berikutnya...

Seluruh aparat FBKB seperti kebakaran jenggot. Tim taktis yang sudah biasa melakukan latihan perang di daerah operasi militer ini ternyata gak bisa menemukan Bu Brindil. Ibu yang rambutnya kriting brindil-brindil ini sudah lebih dulu lolos melewati gerbang perbatasan. Padahal mudah sekali menemukan Bu Brindil kalo aparatnya punya niat menangkap. Cukup bersiul enampuluh kali, rambutnya brindilnya pasti akan berdiri dengan sendiri. Jika sudah berdiri, aromannya akan tercium oleh anjing pelacak. Dengan begitu, bukan tak mungkin bersama anjing para aparat akan mampu menangkap Bu Brindil.

“Kalian semua tolol!” Itu kata Komandan FBKB dengan nada mengelegar kayak gluduk di siang hari. “Kenapa nangkap Ibu-Ibu aja gak becus! Gimana mau menangkap Koruptor?”

Cerita di atas adalah cerita beberapa tahun lalu. Negara ini sudah beberapa ini kena karma. Tuhan nggak mau lagi menurunkan bayi berjenis kelamin Wanita. Ini akibat kemarahan Tuhan. Masa kalo lahir Wanita, dibunuh? Masa kelihatan di-USG janinnya berjenis kelamin Wanita, dipaksa aborsi? Ini gokil! Daripada dibunuh atau diaborsi, mending Tuhan nggak menciptakan bayi Wanita.

Presiden sudah berkali-kali ganti. Seperti biasa, tiap ganti Presiden pasti ganti kebijakan. Meski kebijakan KB sudah dihilangkan, semua orang bisa seenaknya hamil dan melahirkan, namun angka kelahiran tetap saja sepi sepoi. Kalau pun ada yang hamil, pasti yang brojol laki lagi laki lagi. Padahal para suami istri sudah ditraining bagaimana cara mendapatkan bayi wanita, tetap saja gak ada bocah wanita yang lahir. Training maupun seminar gak ngaruh.

“Apa yang salah ya?” tanya Presiden.

“Salah nungging kali, Pak!” kata Penasehat senior yang berwajah dan berotak mesum.

“Udah ditraining kok! Warga kita udah hafal mati gaya yang ada di buku Kamasutra.”

Para Motivator sudah memberikan motivasi-motivasi prima pada pasangan, bahwa mereka pasti bisa. Ya bisa punya anak wanita tentunya. Sampai berbusa-busa Motivator sekelas Tung Desem atau Mario Teguh sudah memberikan apa yang dia punya ke peserta seminar. Bahkan Motivator ini bisa-bisanya memberikan praktek eksklusif bagaimana mendapatkan anak wanita secara instan.

Beberapa tahun kemudian...

Tanpa diketahui Presiden, Ibu Brindil tiba di airport dengan pesawat Adam Air. Kedatangan Ibu Brindil ini karena kekangenannya pada tanah air yang sudah ditinggalkan beberapa tahun lalu. Yang spesial dari kedatangan Bu Brindil adalah seorang wanita cantik yang tak lain adalah anaknya. Wanita cantik itu bernama Ika.

Melihat Ika sama saja melihat Luna Latjuba. Model kondang dari negeri ini yang selalu laris manis tanjung kimpul. Laris sebagai model telepon selular, model portal, sampai model pompa air. Rambutnya yang panjang terurai memang bikin gemas untuk menjambak. Bibirnya yang tipis, mirip buku tulis tipis tebal, dan matanya yang jalang membuat jantung para pria dag dig dug dor.

Begitu menginjakkan kaki di airport, mata-mata laki langsung melihat Ika. Nggak cuma laki hidung belang, atau hidung pesek, tapi laki yang sudah beristri dan tentu saja laki yang belum married. Tahu dong kenapa begitu? Yaiyalah! Sejarah mencatat, negeri ini nggak punya lagi Wanita single yang siap dijadikan Istri dan diharapkan punya anak Wanita.

Mirip kayak selebriti papan atas, Ika menjadi pusat perhatian. Dimana pun dia berada, terjadi kehebohan. Mobil banyak yang saling bertabrakan. Gara-gara para Pengemudi terlalu takjub memandang Ika. Mereka lupa kendaraan di depan atau di belakang. Telepon di beberapa kantor berdering-dering tak ada Pegawai-Pegawai yang mau angkat. Mereka tak mau melewatkan momentum Ika lewat di depan kantor mereka itu. Yang paling menyesakkan, beberapa Tentara yang sedang melakukan latihan menembak, berhasil membunuh beberapa warga. Mereka lebih peduli melihat Ika dibanding sasaran tembak mereka.

Ibarat pepatah: bau busuk pasti akan tercium juga. Kehebohan atas kedatangan Luna Latjuba akhirnya sampai ke kuping Presiden. Gara-gara Luna, Presiden langsung membuat kebijakan baru. Kebijakan ini diangap akan menguntungkan para pria, khususnya pria yang masih membujang. Isi kebijakannya begini: Barangsiapa lelaki yang berhasil menjadikan Luna suami dan membuahkan anak wanita, lelaki itu akan diberikan kursi di majelis tertinggi di negeri ini. Jika suami Luna gak berhasil memiliki anak wanita, suami itu harus dibunuh. Untuk cara pembunuhannya pun silahkan dipilih, mau ditembak mati, dikursi listrik, atau dikelitiki sampai lemes.

Hari cerah. Luna duduk berdampingan dengan Presiden. Sudah diinfokan ke seluruh negeri kalo hari ini adalah hari, dimana para pria bisa melamar Luna. Presiden membebaskan cara melamarnya. Yang penting, Luna mau dan tertarik dengan salah seorang pria sehingga pria itu akan menjadi suaminya kelak.

“Silahkan Dik Luna pilih cara melamarnya,” kata Presiden.

“Aku mau dicium! Soalnya kalo dicium, rasanya gimana gitu...” kata Luna sambil memonyongkan bibirnya yang seksi itu.

Sayang seribu kali sayang. Akhir dari kisahnya tragis. Luna meninggal. Gara-gara ia terlalu lelah meladenin para pria yang hendak melamarnya. Bayangkan, pagi itu yang sudah ngantri hendak melamar ada sekitar limaratus orang. Sampai dengan sore menjelang malam, masih ada limaratus lagi yang baru datang dari desa. Dan sudah dari pagi, Luna diciumi pria-pria itu, baik dicium di pipi maupun di bibir. Ia kehabisan oksigen. Terlalu banyak virus yang masuk ke mulutnya.

“Apa yang harus kita lakukan lagi, Pak?” tanya Menteri Kesehatan urusan Kesehatan Mulut pada sang Presiden.

“No comment!”

“Ah, Pak Presiden kayak Dessy Ratnasari aja,”

Presiden loyo. Sampai saat ini belum ada lagi wanita cantik yang memasuki negerinya. Ketika tulisan ini diturunkan, Presiden sedang ada rapat kabinet, dimana agendanya membuat publikasi di media cetak maupun elektronik untuk mengundang para wanita hadir di negerinya. Menteri Pariwisata sampai membuat slogan: Visit Female Year!

0 komentar: