Rabu, 04 Februari 2009

BB-KU, BB-MU, BB KITA SEMUA

Menjangkitnya wabah Blackbarry menjadikan Antariksa tersiksa. Doi jadi merasa minder gara-gara nggak punya piranti kecil mungil canggih yang biasa disingkat BB ini. Maklum, di lingkungan kantornya, udah pada punya BB. Bos-nya punya BB. Teman dekatnya, juga punya BB. Even bawahannya yang gajinya jauh lebih kecil dari Antariksa, juga punya BB.

"Gw kudu punya BB sebelum kesabaran gw habis?" kata Antariksa.



Sebenarnya nggak nyambung banget ngomongin "BB" dan ngomongin "kesabaran". Dua hal yang berbeda. Tapi buat doi, maksudnya Antariksa, "BB" dan "kesabaran" tetap nyambung. Persis lagu yang liriknya berbunyi: "Sambung-menyambung menjadi satu, itulah Indonesia. Indonesia tanah airku. Aku berjanji padamu. Menjunjung tanah airku. Tanah airku Indonesia..."

"Lihat dong BB-ku keren," pamer Rokayah memperlihatkan BB-nya yang dibungkus dengan penutup terbuat dari karet warna pink dan dikasih pita warna merah. Persis kayak kado ulangtahun.

"Kemarin gw juga ikut acara BB-ku," kata Robert yang punya kuping budeg kayak si Bolot. Orang ngomong apa, jawabannya apa. Orang ngomong soal BB yang Blackbarry, eh si Robert ngomong soal lain.

"Maksud loe Bet?"

"BB yang dipanggang itu kan? Yang binatangnya kalo nggak kambing atau babi kan?"

"Yang loe maksud BB-ku itu Barbeque kalee. Ah, tolol amat, loe, Bet!"


Robert memang tolol. Kalo nggak tolol, pastilah orang itu nggak bernama Robert, tapi Bill Gates. Mari kita tinggalkan Robert yang tolol untuk beralih ke Antariksa yang sekarang makin rewel minta dibelikan BB.



Lihatlah Antariksa yang umurnya udah tua, tapi kelakukannya masih minus. Masa minta dibelikan BB sampai nangis meraung-raung begitu? Duduk di lantai sambil menendang-nendangkan kaki kayak anak kecil? Mintanya sama Ibunya pula. Dasar anak Mami! Padahal si Antariksa udah punya gaji. Gajinya cukup buat nyicil kulkas dua pintu. Harusnya doi beli BB sendiri dong? What's happend kalo gitu? Aya wae?

"Gaji kamu buat operasional rumah tangga kita udah habis, Pap. Masa kamu tega mau cicil BB lagi?" Itu istri Antariksa menasehati dengan tulus iklas tanpa pamrih. "Sutralah! BB itu cuma untuk konsumsi gadget mania. Cuma untuk konsumsi manusia-manusia dunia yang mau berlaku autis. Lebih baik kamu tobat deh, Pap!"

"Tapi aku butuh BB. Mobilitasku tinggi, nih! Aku harus ngecek email setiap detik. Upload foto-foto tiap jam. Gonta-ganti status di Facebook tiap melakukan pergerakan-pergerakan..."

"Emang penting ubah status di Facebook? Nggak penting tahu! Emang seluruh dunia harus tahu kamu mau sedang apa, makan apa, isi hatimu sedang gimana, lagi nonton film apa. Emang penting? Pap, kita ini manusia-manusia modern. Mereka itu manusia-manusia norak. Nggak usah ikut-ikut mereka. Kita harus punya prinsip! Ngerti?!"

"Tapi aku butuh BB, Ma..." Antariksa tetap mengiba. Minta uang operasional rumah tangganya diberikan sedikit buat nyicil BB. "Jangan buat aku tersiksa begini. Malu kan sama Bos-ku. Anak buahku. teman-teman seperjuanganku. Mereka semua udah punya BB. Masa aku nggak punya?"

"Begini deh, Pap. Kamu nggak usah beli BB, karena selama ini kamu udah punya BB?"

"BB? Papa punya BB? Mama ngaco!"



"Papa udah punya BB. BB Papa juga banyak mempengarhui hidup orang-orang di sekitar. Mereka jadi mabuk dan mau muntah....."

"Papa nggak ngerti!"

"Apa Papa selama ini nggak sadar punya BB?"

"Enggak!"

"Ya beginilah manusia. Kalo mempunyai sesuatu yang jelek, sok nggak sadarkan diri. Pap, mending sekarang ikut Mama ke warung..."

"Ngapain, Ma?"

"Kita beli deodoran..."

"Deodoran?"

"Iya. Buat menghilangkan BB Papa yang bau busuk itu..."

Begitulah Antariksa. Doi sama dengan teman gw yang ada di kantor yang nggak pernah sadar-sadar kalo udah punya BB. Nggak tahu apa yang menyebabkan teman sekantor gw nggak sadar-sadar. Padahal BB-nya mengganggu seisi kantor. Tiap kali berkeringat, BB pria berwujud gendut dan berperut buncit ini selalu muncul. Mau gw kasih deodoran, kayaknya nggak mempan. Apa kita semprot pake baygon aja kali ya?

all photos by Brillianto K. Jaya

0 komentar: