Senin, 09 Februari 2009

PRESIDEN FRUSTRASI

Presiden Sugeng akhirnya frustrasi juga. Bapak Pembangunan Nasional ini benar-benar nggak nyangka kalo menjadi Presiden susah juga. Nggak kepikiran, mengatur Negara sama susahnya kayak Tuhan mengatur manusia buat masuk ke Surga. Sama beratnya kayak ngajarin Mahasiswa atau LSM supaya aksi demonstrasi yang mereka lakukan nggak anarkis.

Ketika awal-awal sebelum menjadi Presiden, Sugeng memiliki hasrat luar biasa untuk memimpin Negara. Dia sudah punya blue print bentuk Negera seperti apa yang akan dijalankan jika kelak jadi Presiden. Begitu visoner-nya Sugeng, sampai-sampai dalam blue print-nya itu, dia membuat sebuah prototipe warga negara yang akan mengisi negaranya kelak.

”Saya nggak mau ada warga negara saya yang menjadi Koruptor,” tegasnya. ”Warga negara yang saya pimpin harus bersih sebersih-bersihnya. Kayak tagline sebuah iklan: bersih bersinar, Sunlight!”



Sugeng sudah merancang alat yang membuat bersih warga negara agar terbebas dari virus korup. Alat tersebut mirip Detector yang seringkali ada di gedung-gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan. Alat itu akan bunyi kalo ada warga yang tertangkap memiliki hati yang korup. Detector itu bernama Detector of Hati Nurani.

Begitu canggihnya kah Detector itu?

Itulah kehebatan blue print Sugeng. Otaknya mirip Habibie. Badannya mirip Ade Rae. Klop! Namun terus terang, alat canggih itu pasti supermahal, karena supersensitif. Mana ada alat yang bisa mendeteksi hati nurani manusia? Lie Detector pun cuma sanggup mendeteksi kebohongan, bukan hati yang jelas-jelas nggak bisa diajak berbicara.

Perjalanan karir Sugeng sampai akhirnya menjadi Presiden berawal dari Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. Beberapa tahun lalu, Sugeng bersama pasangannya Mudjiono mengikuti pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat. Media masa menyingkat pasangan ini sebagai pasangan Sugmud. Saingan mereka cuma pasangan Muzani dan Charles (Muzchar).

Dalam pemilihan pertama, Muzchar berhasil menang tipis. Kemenangan Muzchar menimbulkan protes pasangan Sugmud. Menurut Sugeng, ada kecurangan di satu daerah. Kecurangan itu adalah pengelembungan suara.




“Harus diadakan pemilihan ulang!” Protes Sugeng.

Awalnya Organisasi Pemilihan Umum Kampung (OPUK) nggak setuju melakukan pemilihan ulang. Kenapa? Ngabis-ngabisin duit kali! Mending uang pemilihan itu diberikan ke rakyat miskin atau buat rakyat yang kelaparan. Tapi Sugeng nekad. Dia tetap ingin pemilihan ulang.

“Sekali merdeka tetap merdeka! Sekali ulang tetap ulang!”

Akhirnya OPUK melakukan pemilihan ulang di satu daerah yang dianggap angka pemilihnya digelembungkan oknum. Eh, pemilihan ulang itu ternyata memenangkan kembali pasangan Muzchar. Angkanya 216.293 suara untuk Muzchar dan 195.115 untuk pasangan Sugmud.

Kalo Sugeng memiliki hati yang lapang, kekalahan itu pasti akan diterima dengan rasa hormat. Dala sebuah pemilihan, pasti ada yang kalah ada yang menang. Ada yang dianggap curang ada yang dianggap jujur. Kalo di dunia jujur dikalahkan oleh curang, itu memang takdirnya. Kalo di dunia ada kejujuran, bisa-bisa Pedagang nggak laku, Politisi nggak akan dipilih Rakyat, bisa-bisa Pemilik SIM nggak akan mudah punya SIM.

“Tapi di negara hukum, kekalahan ini harus dihadapi dengan hukum juga!” kata Sugeng berapi-api. “Saya akan gugat perkara ini sampai titik darah penghabisan dan saya akan minta pemilihan ulang lagi...”

Pemilihan ulang berlangsung lagi untuk kedua kalinya. Kali ini di daerah lain yang konon juga diragukan keabsahan suarannya. Sayang, lagi-lagi pasangan Muzchar menang. Kalo Sugmud cuma mendapat 144.238 suara, Muzchar mendapat 253.981 suara. Dalam pemilihan ulang itu, ada suara nggak sah, yakni 8.862 suara.

Seperti sebelumnya, Sugeng nggak puas dengan hasil penghitungan itu. Akan terlihat tolol kalo dia minta diulang untuk ketigakalinya. Mending kalo menang, kalo kalah lagi? Wajahnya yang sudah tebal kayak tembok gara-gara nggak tahu diri dan nggak besar hati ini akan semakin tebal. Kekesalan itu mengakibatkan Sugeng akhirnya memutuskan keluar dari pulau yang melahirkannya. Pulau tempat dimana ia pernah pacaran, kawin, cerai, kawin lagi, cerai lagi, lagi-lagi kawin, lagi-lagi cerai, dan memutuskan diri bujangan again. Nggak cuma pulau. Ia juga keluar dari kewarganegaraan yang pegangnya selama ini.




I’m quit!” katanya. “Saya sudah muak diperlakukan nggak adil oleh Pemerintah. Silahkan ambil KTP saya, SIM saya, STNK mobil saya, dan Paspor saya. I’m out of here!”

Sugeng berkelana keluar pulau dan akhirnya terdampar di sebuah pulau yang indah jelita. Di pulau yang masih perawan ini, Sugeng akhirnya mendirikan sebuah negara kecil. Nama negara itu United State of Sugeng (USS) atau bahasa Indonesia yang sudah melalui ejaan yang disempuranakan bernama Sugeng Serikat. Sugeng pun sekarang layak dipanggil Presiden Sugeng.

Pada saat Sugeng Serikat berdiri, belum ada satu orang pun di pulau itu. Cuma Presiden Sugeng seorang. Tapi dia nggak peduli. Dia tetap menciptakan lagu kebangsaan dan bendera negara. Oleh karena Presiden Sugeng nggak bisa menciptakan lagu, maka lagu kebangsaan Sugeng Serikat dicomot dari lagu Project Pop, dimana hak royaltinya nanti akan diberikan setelah perekonomia Sugeng Serikat maju.

Andai aku Pasha Ungu
semua wanita kan memburuku
Bila aku Ariel Peterpan
kau yakin ngefans karena urang keren

Sexy badannya.. Mulan Jameela
cantiknya dia seperti aku
Giring Nidji sahabat aku
dekat denganku.. dialah aku..

Tapi kenyataan aku bukan siapa-siapa
kuingin engkau mencintaiku apa adanya

Reff:
Ku bukan superstar kaya dan terkenal
Ku bukan saudagar yang punya banyak kapal
Ku bukan bangsawan, ku bukan priyayi
Ku hanyalah orang yang ingin dicintai

Haa haa haaa… Haa haa haaa…

Andai ku Letto wis pasti aku wong jowo
Tapi kenyataan aku bukan siapa-siapa
kuingin engkau mencintaiku apa adanya

Back to reff

Kata orang ku mirip Glenn Fredly
suara merdu, wanita jatuh hati
Namun semua itu hanya mimpi bagimu woohoo~

Jadi… semua itu hanya mimpi?
Ya iya laah… masya ya iya dong
duren aja dibelah bukan dibedong

Back to reff

Kamu bukan super, kamu bukan setar
Kalo digabungin kamu bukan supersetarr..
Ku bukan bangsawan, ku bukan priyayi
Ku hanyalah orang yang ingin dicintai
Haa haa haaa… Haa haa haaa…





Lagu kebangsan ini nantinya harus dinyanyikan setiap kali warga negara Sugeng State melakukan aktivitas apa saja. Misalnya naik angkot. Sebelum naik angkot, Penumpang harus menyanyikan lagu kebangsaan ini dihadapan Supir dan Penumpang lain. Begitu pula pada saat makan bakso, si Customer harus menyanyikan ke Tukang Bakso. Ini dilakukan supaya jiwa patriotik tetap bersemi.

Satu per satu orang masuk ke pulau itu. Setiap kali masuk, Presiden Sugeng selalu mengintrograsi orang-orang itu. Kalo setuju dengan peraturan yang diterapkan Presiden Sugeng, orang itu boleh tinggal di pulau yang kini kita sebut sebagai negara Sugeng Serikat. Kalo yang nggak setuju, orang tersebut harus segera angkat kaki meninggalkan pulau. Sebelum diusir, biasanya orang tersebut dikasih tato terlebih dahulu. Tulisan di tato itu adalah: Endangered Species.

Kini jumlah warga Sugeng Serikat sudah 2.000 orang. Mereka hidup berpasang-pasangan. Tapi ada juga yang masih Bujangan dan Perawan. Buat mereka yang belum married, dipaksa buat married. Di Sugeng State, nggak boleh ada yang berzinah atau selingkuh. Pasangan harus melakukan hubungan intim dengan pasangannya. Yang bukan pasangannya akan dicambuk pakai ular kobra. Selain itu, mereka yang tertangkap basah homo atau lesbian akan disiksa. Tangannya akan diikat lalu dijatuhkan dari halikopter dengan ketinggian 2.000 mil dari atas laut.
“Semua harus mematuhi peraturan yang saya buat. Ingat! Saya mendewakan hukum. Saya membuat negara ini menjadi negara hukum gara-gara dahulu saya diperlakukan tidak adil oleh hukum negara saya terdahulu.”

Menurut Presiden Sugeng, dia nggak mau lagi mengulangi kesalahan negaranya terdahulu. Bahwa hukum selalu dipermainkan. Bisa dibeli dengan uang. Ada uang hakim sayang, nggak ada uang hakim marah-marah. Semua Keputusan Hakim bisa berlandaskan uang. Masa Pencuri ayam waktu tahanannya lebih lama sama Koruptor yang mengambil uang rakyat sebanyak trilyunan?

Hukum di negaranya terdahulu bullshit! Masa ada Menteri Hukum bisa bebas dari jeratan hukum? Padahal jelas-jelas Korup. Padahal jelas-jelas nilep uang. Masa ada mantan Presiden yang terlilit kasus Korupsi trilyunan masih bisa cuap-cuap seenak udelnya? Aneh!

Itulah kenapa Presiden Sugeng ingin membuat negara Sugeng State ini menjadi negara jujur. Negara hukum yang bebas korupsi. Bebas kemaksiatan. Bebas asap rokok. Dan bebas dari perselingkuhan. Untuk hal yang terakhir, Sugeng State menjamin para Istri nggak akan menemukan suami tidur dengan Istri orang. Menjamin pula, suami nggak akan melakukan poligami. Sementara buat Suami, UU Sugeng State menjamin Istri akan selalu menjadi Bidadari selama menjalin rumah tangga. Menjamin Istri jago di ranjang sebelum bertarung dengan Suami, sehingga Suami akan merasa puas.

Dalam tatanan ekonomi, UU Sugeng State menjamin seluruh anak sekolah. Nggak boleh ada anak yang nggak sekolah. Kalo ketahuan anak nggak sekolah, orangtuanya akan dipanggil ke Pengadilan SIM. Kenapa Pengadilan SIM? Karena SIM adalah singkatan dari Surat Izin Mengemudi. Lho itu kan sama saja dengan negara tetangga? Apa hubungan SIM dengan anak sekolah?

“Mengemudi itu sama saja mengendalikan,” jelas Presiden Sugeng. “Mengendalikan berarti kita harus sadar apa yang akan kita kendalikan. Kalo kita sadar, kenapa kita nggak bisa mengendalikan diri untuk menjaga anak-anak agar bisa sekolah. Harusnya sebagai orangtua mereka harus bisa menggendalikan anak-anak?”

Sayang seribu kali sayang. Visi Presiden Sugeng untuk menjadikan negara Sugeng Serikat menjadi negara bebas korupsi, bebas polusi, dan bebas perselingkuhan, nggak sesuai kenyataan. Praktek di lapangan, Korupsi merajalela. Asap rokok mengepul dimana-mana sehingga menyebabkan polusi. Perselingkuhan di sana-sini, karena Suami nggak tahan melihat Istri orang yang lebih seksi.



Ekonomi morat-marit. Warga Negara banyak yang nggak patuh akan UU. Penyogokan pada Hakim terjadi. Bahkan lebih dahsyat dari negara tetangga. Anak-anak yang nggak sekolah makin banyak. Polisi kewalahan menyidangkan orangtua anak-anak yang nggak sekolah itu. Warga jadi malas menyanyikan lagu kebangsaan “Bukan Superstar”. Padahal Project Pop belum menerima royalti barang seperak pun.

“Aku frustrasi!”

Nggak adanya instansi yang mengawasi roda pemerintahan Sugeng Serikat, membuat Presiden Sugeng frustrasi. Dia merasa orang yang sudah melewati Detector-nya akan jujur dengan hatinya, ternyata asumsinya salah. Hati ditambah nurani belum tentu sama dengan ucapan. People change! Nggak ada yang absolut.

Perjalanan karir Presiden Sugeng berakhir di sebuah iklan print ad. Setelah berkonsultasi dengan beberapa Menteri, Presiden Sugeng memutuskan untuk menjual Negara Sugeng Serikat. Seperti apa bunyi iklannya itu?

Dijual sebuah Negara berdaulat beserta 2.000-an Warga Negara. Peminat diutamakan mereka yang belum memiliki Negara, tapi ingin sekali menjadi Presiden. Negara ini cocok untuk Anda yang tersingkir menjadi Presiden atau mantan Presiden yang masih ingin jadi Presiden. Segera hubungi no 0819-0809XXXX karena butuh uang cepat.


all photos by Brillianto K. Jaya

0 komentar: