Minggu, 09 Agustus 2009

KISAH EMPAT ANAK NAKAL

Di sebuah kawasan industri yang sejuk dan segar terdapat sebuah kampung. Kampung itu bernama Kampung Buncit. Menurut sejarah, penamaan kampung tersebut gara-gara penghuni kampung itu yang mayoritas berperut buncit.

Mata pencaharian warga Kampung Buncit adalah mencuri. Tapi bukan sembarangan mencuri. Mereka mencuri cuma pada orang-orang kaya atau pemerintah. Hasil curiannya pun bukan digunakan buat kepentingan pribadi, tapi kepentingan warga sekitar. Kata Tokoh Masyarakat setempat, mencuri model begini nggak dosa, bahkan masuk surga.

“Kecuali kalo mecuri untuk kepentingan pribadi, itu baru dosa namanya,” jelas Tokoh Masyarakat yang rajin beibadah ini.

Aturan aneh Kampung Buncit ini mengingatkan kita pada kisah Robin Hood, dimana Robin Hood and the Gang kerap mencuri barang-barang kerajaan buat keperluan pengikutnya. Kebiasaan mencuri kayak ini juga terjadi di salah satu daerah di Indonesia. Lebih tepatnya bukan mencuri, tapi merompak.

“Yang namanya mencuri tetap aja dosa kalee!”

“Ah, enggak dong! Kan buat kepentingan orang banyak?”

“Sama aja! Memindahkan barang yang bukan hak kita dari orang yang memang pemiliknya ke orang yang bukan pemilik itu tetap berdosa. Kalo dilakukan terus menerus dan nggak bertobat, bakal masuk neraka!”

“Ah, enggak lah. Mencuri dengan etika beda dengan mencuri buat diri sendiri...”

Barangkali itulah yang membuat perut warga Kampung Buncit membuncit semua. Apa yang dimakan, tidak halal. Uang yang dibelikan makanan, berasal dari hasil curian. Bukankah Tuhan berkata, sesuatu yang kamu makan atau kamu pakai yang berasal dari curian menjadi tidak halal?


Inilah empat anak nakal yang sok berolahraga, padahal baru jalan sedikit udah ngeluh. Nggak heran kalo perut mereka buncit.

Tuhan mengutuk Kampung Buncit. Mayoritas warga Kampung menjadi buncit, termasuk bayi yang baru lahir pun membuncit, Nenek-Nenek yang pipinya sudah peot pun perutnya membuncit, apalagi mereka yang nggak pernah berolahraga, buncit abis! Nah, soal kemalasan berolahraga dengan jarak jauh inilah yang membuat empat anak menjadi buncit forever. Mereka adalah Gigan, Dicky Kewoy, Mame, dan Adi.

Sebelum seperti sekarang ini, keempat anak ini buncitnya parah. Selain perut yang menjorok ke depan, udel mereka pun ikut-ikutan menjorok. Ya, kayak balapan gitu deh antara perut dan udel. Beruntung, Mame dan Adi sempat ikut fitness mengangkat besi-besi milik Madura di sekitar Pulomas, sehingga perut buncit mereka berhasil mengecil dan lama-lama kempes. Sedengkan Gigan dan Dicky, perut mereka tetap buncit sempurna.

Gigan dan Dicky sudah berusaha untuk tidak membuncitkan perut mereka. Aneka resep jamu sudah dicoba, termasuk jamu antijerawat dan antimabok. Aneka jus pun sempat diminum secara rutin, mulai dari jus jambu bol, jus kepiting rebus, jus orang muntah, sampai jus tokai bayi. Namun rupanya Tuhan memang sudah mengutup mereka berdua untuk tetap buncit.

Someday ada acara jalan sehat di sekitar kawasan di dekat kampung mereka. Acara ini dalam rangka mengkompakkan warga, juga dalam rangka HUT Republik Indonesia yang ke-64. Eh, dasar nakal, mereka datang telat. Sudah datang telat, mereka masih menikmati Soto Cholik yang lezat itu. Walhasil, ketika warga kampung sudah melakukan napak tilas berramai-ramai, keempat anak nakal ini masih menyeruput soto.

“Habis enak sih...”

“Yaiyalah enak! Siapa bilang Soto Cholik nggak enak? Masalahnya elo ini nggak ikut barisan warga kampung yang udah jalan itu...”

“Ah, nanti kita nyusul kan bisa, ya nggak friends?”

“YESSSS!!!”

Akhirnya mereka pun berjalan jauh di belakang seluruh warga kampung. Mereka berjalan dengan penuh kemalasan. Maklum, perut buncit mereka mengganggu kelincahan dalam berjalan. Gara-gara ingin cepat sampai, mereka punya akal bulus. Akal bulus yang asalnya dari Lebak Bulus.

“Bagaimana kalo kita ambil short cut?” kata Dicky, pria yang dituakan di antara keempat anak nakal ini.

Short cut itu sama kayak cut to cut ya? Kalo sama, gw males ah! Baru kemarin gw ngedit sama Kang Ade. Masa harus ngedit lagi?” protes Mame.

Short cut itu bukan kita disuruh ngedit kale! Short cut semacam masakan Bu Brindil. Betul kan Dic?” tanya Gigan.

“Ah, bego baget sih loe pade! Short cut itu terjemahan bebasnya ambil jalan tikus, ngerti?”

“Kita jangan disuruh makan tikus dong, Bos...” kata Adi, pria jangkung mantan pemain basket tingkat SD.

“Udah ah becandanya, ikutin gw aja!”



Dengan mengendap-ngendap, mereka mereka melihat suasana di sekitar. Mereka nggak ingin terlihat curang dalam rangka napak tilas kali ini. Nggak heran, begitu melihat seluruh warga melintas di jalan, mereka berempat langsung bersembunyi di balik gerobak Tukang Rokok. Aksi tolol ini tentu saja nggak efektif. Bayangkan, lebar gerobak rokok yang kecil itu kudu disusupi oleh tubuh empat orang pria yang segede pohon beringin. Nggak heran, Polisi yang melihat aksi mereka langsung menghampiri.

“You are under arrest!”

“Lho, apa salah kita Pak?”

“Udah jangan banyak cing-cong! Keluarkan celana dalam kalian?”

“Kok celana dalam?” protes Gigan.

“Iya, karena aku kan bukan pria biasa...”

“Maksud Bapak?” tanya Dicky.

“Aku kan suka kalian semua...” kata Polisi itu sambil mesem-mesem.

Keempat anak nakal itu pun kabur. Tanpa mereka sadar, lari mereka secepat Steve Austeen, The Six Million Dolar Man itu. Mereka berhasil mendahului seluruh warga kampung yang masih melakukan napak tilas keliling kampung. Tinggal Polisi yang terbengong-bengong melihat Gigan, Dicky, Adi, dan Mame yang kocar-kacir dengan sempurna.

“Mereka memang lelaki luar biasa. Nggak salah kalo saya ingin memilih satu di antara mereka,” kata Polisi itu sambil ngiler.


all photos copyright by Jaya

0 komentar: