Senin, 10 Agustus 2009

KISAH PEMBURU TERORIS: "BENTAR DULU SAYA LAGI BOKER!"

Sejak dini hari, Pasukan Pengrebek Teroris (Subekris) 99 sudah mengepung sebuah rumah gubuk yang berada di tengah sawah. Menurut rencana, hari ini mereka ingin menangkap seorang gembong teroris yang most wanted di negeri Kucing Garong ini. Gembong tersebut kabarnya berada di rumah gubuk reot itu.

”Kalian sudah siap semua?” kata Komandan Subekris berbisik ke beberapa anggota pasukan.

”Apa Komandan?” tanya salah seorang anggota Subekris yang nggak mendengar pertanyaan Komandannya.

”Saya bilang sudah siap belum?” kata Komandan mengulangi, tapi tetap dengan cara berbisik.

”Duh! Ngomongnya yang keras dong Komandan. Ngapain sih bisik-bisik?” protes anak buah Komandan itu.

”KALIAN SUDAH SIAP BELUM?! Ucap sang Komandan dengan nada suara vokalis heavy metal. ”Sudah jelas? Kendengaran?!”

”Ssssssstttttt!!!! Jangan berisik dong Komandan. Bicaranya pelan aja. Kita kan lagi bersembunyi....”

”Tadi saya disuruh bicara lebih keras. Eh, sekarang malah diomelin. Mau kalian apa sih?” ujar Komandan yang kali ini mencoba merendahkan suara lagi, lebih tepatnya berbisik.

”Mau kami, Komandan masuk duluan ke dalam rumah itu. Komandan periksa isi rumahnya. Benar nggak ada orang di dalam. Kalo benar ada, pertanyaan selanjutnya benar nggak yang di dalam itu Noordin M. Top....”

”Kenapa saya? Saya kan Komandan kalian?”

”Pemimpin kudu maju duluan di depan. Masa pemimpin mau enaknya aja di belakang? Sementara anak buah di depan tembak-tembakan, eh Komandan nonton di belakang. Nggak usye yee....”

”Iya juga sih. Yasudah, saya yang maju ke depan....”

Dengan cara bertiarap, sang Komandan Subekris 99 kemudian bergerak menuju ke rumah gubuk itu. Ini dilakukan agar orang yang ada di dalam rumah itu nggak mengetahui kedatangannya. Oleh karena body sang Komandan terlalu besar, dia perlu enerji ekstra buat menyeret badannya. Nggak heran, baru bergerak limapuluh meter, nafas sang Komandan sudah ngos-ngosan.

Finally, sang Komandan sampai juga di depan pintu rumah gubuk itu. Sambil mencari lubang yang bisa diintip, sang Komandan berjinjit. Sekali lagi, aksi jinjit itu agar suara kedatangannya nggak terdengar oleh orang yang ada di dalamnya. Orang yang katanya gembong teroris yang dicari-cari itu. Tapi sang Komandan kaget bukan kepalang.


Orang ini lagi boker di tempat boker yang dikenal dengan istilah "helikopter". Kenapa "helikopter"? Ya, karena bokernya di atas kali. Kita serasa lagi terbang, padahal lagi boker. But yang boker bukan Noordin M. Top atau Noordin M. Tip. Yang boker seorang Pemulung yang rumahnya di pinggir jalan tol Cempaka Putih. Mau kenalan?

”Siapa di luar? Orang apa kucing?” tanya suara dari dalam rumah.

”Kuciiiiingggg....” kata Komandan.

”Kucing apa orang?” kata orang dari dalam itu lagi bertanya.

”Oraaaaangggg....” kata Komandan.

”Bentar ya, saya mau boker dulu!”

Sang Komandan bingung. Bisa-bisanya Teroris tawar-menawar dengan dirinya. Padahal selama ini, nggak ada dalam kamus, Komandan Subekris melakukan kompromi kayak begitu. Dia selalu tegas, tapi sopan dan santun. Namun kali ini, dia ternyata harus melakukan kompromi. Kasihan juga kan orang mau boker digerebek? Itu namanya melanggar pri-kebokeran.

”Udah selesai belom bokernya?”

”Belum!”

Tigapuluh menit berlalu. Komandan sudah salah tingkah. Sudah berkali-kali ganti posisi. Dari posisi berdiri, setengah berdiri, dan jongkok. Sempat pula Komandan nongkrong, nungging, dan koprol. Pokoknya sudah nggak tahu lagi mau ngapain.

“Udah belum?”

“SUDAH!”

“Sebelum saya menggrebek, saya mau tanya dulu apakah kamu bernama Noordin?”

“Yap!”

“Noordin M. Top?”

“Sayang sekali! SALAH! Saya bukan Noordin M. Top!”

“Noordin apa dong? Bukan Noordin Purchasing juga kan?”

“BUKAN!”

“Saya nyerah deh….”

“Saya adalah Noordin M. Tip!”

“Lho, kenapa belakangnya M. Tip?”

”Sebab, saya bukan teroris, tapi orang yang selalu berbaik hati memberikan tip. Uang tip yang saya berikan selalu gede. Makanya saya dikenal sebagai Noordin M. Tip!”

Komandan akhirnya kembali ke lokasi semula, dimana terdapat beberapa anak buahnya yang sudah siap menyergap rumah gubuk itu. Seluruh anak buahnya bingung, mengapa Komandan mereka kembali ke tempat semula dengan wajah lesu.

”Komandan, kenapa wajah Anda bemuram durja?” tanya sang anak buah.

”Apakah Komandan kena darah rendah?” tanya anak buahnya lagi. ”Kalo darah rendah, sebaiknya minum vitamin penambah darah...”

Komandan duduk di sebuah gundukan tanah di sawah. Seluruh anak buahnya mengitari sang Komandan. Mereka menunggu apa pernyataan yang diutaran sang Komandan.

”Saudara-saudara sekalian, kita salah sasaran. Yang kita mau tembak di rumah gubuk itu bukan Noordin M. Top, tapi Noordin M. Tip. Lagipula, nggak mungkin Noordin M. Top sendirian ada di rumah itu. Kalo pun terkepung, ngapain juga menjawab pertanyaan-pertanyaan saya soal siapa dirinya. Sebagai gembong teroris, tentu dia akan lebih baik menggunakan bom bunuh diri, sehingga mati secara terhormat. Terlalu bodoh bagi seorang gembong ditembaki oleh Pasukan kita tanpa ada perlawan, ya nggak? Jadi, operasi kita cukup sampai di sini. Saya sakit perut…”

“Bapak ingin boker?”

“Yap! Tadi saya menunggu terlalu lama Noordin M. Tip boker. Gara-gara kelamaan, saya masuk angin. Sekarang kentut-kentut terus...”

“Pantesan bau, Komandan!” kata salah seorang anak buahnya sambil menutup hidung.

”Maaf ya. Maka dari itu, izinkan saya untuk boker sejenak. Kalian boleh santai-santai dulu...”

”SIIIIIAAAAPPP KOMANDAN!!!!”

Seluruh anggota Pasukan Subekris 99 pun bersorak kegirangan. Mereka langsung berlarian kayak anak SD yang riang gembira, gara-gara nggak ada Guru yang mengajar di kelas. Sementara sang Komandan menuju sungai buat boker.

0 komentar: