Selasa, 10 Maret 2009

COBA GW NURUT KATA EMAK....

Akhirnya gw bisa bangga pada Emak. Padahal sebelum-sebelumnya, boro-boro bilang “I’m so proud of you, Mak!”, gw selalu ucap “I hate you, Mak!”. Why? Because Emak gw nggak beda sama Emak-Emak lain. Ibu Rumah Tangga yang pake daster dan kerjaannya gosip sana gosip sini.

“Habis nggak ada kerjaan lain? Kalo nggak ngegosip ngapain dong?”

Kata-kata Emak itu seolah menutup pintu dan jendela-jendela bahwa yang namanya Ibu Rumah Tangga kerjaannya ya ngegosip. Ada juga sih kerjaan yang lain, yakni nonton TV. Tapi program yang ditonton dan digemari, ya gosip alias infotainment. Ada juga kerjaan lain, yakni membaca. Tapi bacaannya tabloid yang berisi gosip-gosip selebritis. Gosip again! Gosip again!

Begitulah Emak gw. Nggak bisa pisah ranjang sama yang namanya gosip. Jadi kalo udah waktunya program gosip menyudara, remote control beralih ke tangan Emak. Remote itu digenggam erat. Nggak ada yang boleh sentuh, baik remote maupun TV. Kalo udah begitu, gw dan adik-adik gw langsung menyingkir dari ruang tamu. Di ruang itu tinggal Emak dan Pembokat.

“Kasihan ya Aldi Taher?” kata Emak.

“Kenapa, Nyah? Bukannya enak bisa kawin sama Dewi Persik?” Itu kata Pembokat. “Dewi itu kan ngetop berat, Nyah? Saking ngetopnya tiap mau show selalu dicekal...”

Pembokat gw memang faseh baget kalo ngomong gosip terkini, khususnya masalah idolanya: Dewi Persik. Doi tahu gosip-gosip Dewi sejak masih pacaran dan married dengan Saiful Djamil. Namanya juga fans, doi tahu segala tentang Dewi, mulai dari tanggal lahir, bintangnya, tempat tinggalnya, dan of course album-albumnya. Gokilnya lagi, Pembokat gw juga tahu Dewi sedang pake celana dalam motif apa dan BH warna apa.

“Saya kasihan sama Aldy gara-gara dia dibohogin, Cin! Status Dewi ternyata masih belum cerai. Gokil nggak tuh?”

“Gokil tuh, Nyah!”

Terus terang percakapan kayak begitu pasti bakal terjadi setiap hari. Selama program gosip masih dikandung badan, baik Emak dan Pembokat gw pasti akan melakukan chit-chat kayak begitu. Luar biasanya, yang chit-chat cuma dua Manusia, tapi suaranya menggelegar sampai ke RT tetangga. Habis, seru banget. Ibaratnya, kayak anggota DPR/ MPR yang sedang melakukan diskusi atau Mahasiswa-Mahasiswa yang sedang protes soal kenaikkan harga pecel lele dan indomie.

Tiap kali chit-chat dengan Emak, yang ada di otaknya cuma gosip updates. Ini hampir mirip kayak member yang selalu menulis sesuatu di status updates. Bedanya, kalo status updates agak narsis, sedang gosip updates ngurusin rumah tangga dan kehidupan pribadi selebritis. Padahal gw ingin sekali chit-chat dengan Emak seriouslly. Betapapun Emak cuma Ibu Rumah Tangga yang doyan gosip, gw tetap menghormati beliau. Lebih dari itu, kebanggaan gw baru satu, yakni gw berhasil dilahirkan lewat rahim Emak dan kini menjadi pria ganteng jental-jentul. Setelah itu, nggak ada lagi yang gw bisa banggakan dari Emak gw.

“Please berubah lah, Mak,” kata gw someday in the evening.

“Maksud loe?”

“Nggak usah sering-sering nonton gosip. Kata MUI, gosip itu haram hukumnya...”

“Halah! MUI kan selalu bikin sensasi. Dikit-dikit haram, dikit-dikit haram. Kemarin rokok dibilang haram. Lama-lama nyeberang nggak dijembatan penyeberangan bisa dibilang haram, wakil rakyat yang nggak menghadiri rapat bisa difatwakan haram juga...”

Kadang-kadang Emak pintar juga. Diam-diam doi mengamati hal-hal lain di luar gosip. Belakangan gw baru sadar, Emak itu faseh juga bicara soal politik, ekonomi, sosial, budaya, Matematika, Bahasa Indonesia, Tata Buku, Pendidikan Moral Pancasila, Fisika, Kimia, Biologi, cara beternak ayam kate, cara melakukan aborsi yang efektif dan efisien, 30 gaya bercinta ala David Copperfield, sampai cara efektif membuat anak dalam 24 jam. Gokil bukan?

“Amazing!” Gw langsung takjub begitu mengetahui otak Emak yang luar biasa itu. Padahal selama ini gw terlalu under estimate Emak. Meremehkan Ibu Kandung gw yang tercinta ini. Ternyata.... she is incredible woman. Bukan incredible hulk, lho!

“Thank you Son.”

Yang bikin gw takjud lagi, ternyata dahulu Emak adalah seorang Rocker. Ini terungkap setelah gw menggali-gali lagi soal pengetahuannya yang beragam itu. Salah satu mata pelajaran yang doi suka adalah musik. Gara-gara musik, doi melangkah ke dunia musik sesungguhnya. Setelah mengikuti kursus menyanyi dengan guru vokal terkenal: Brillianto, Emak gw ikut beberapa festival rock. Hebatnya, doi menang semua. Dari beberapa festival itulah, doi bertemu dengan Pemandu Bakat termasyur, yaitu Ksatrya Jaya.

“Sejak itu Emak jadi Rocker.”

Emak gw rocker!!!!!

Pantas, di rumah gw banyak kaset-kaset rock. Ada Kiss, Judas Priest, Motley Crue, Aerosmith, dan masih ribuan kaset lagi. You know what? Gw nggak pernah dengar kaset-kaset itu, even menyetuhnya. Semua menumpuk di sebuah lemari tua berukuran 5X5 cm. Emak gw udah mengkoleksi kaset sejak tahun 70-an, saat masih ada perusahaan rekaman Ramako. Emak gw juga masih punya banyak koleksi kaset milik perusahaan Atlantik Records atau Aquarius, dimana tahun-tahun itu pembajakan lagu-lagu bule lagi marak. Nggak heran Bob Geldof sempat ngasih statement: “Indonesia negara pembajak!”. Brengsek juga tuh bule, tapi bener juga sih.

Anyway, gw nggak nyangka Emak gw ternyata rocker. Katanya, doi angkatan Nicky Astria. Sebelum Nicky Astria mengeluarkan album “Tangan-Tangan Setan”, Emak gw sempat bikin album “Tangan-Tangan Tuyul”. Meski albumnya nggak ngetop, Emak gw sempat jadi idola di Kelurahan. Tiap kali Emak manggung, panggung pasti rubuh.

“Dulu fans Emak banyak banget, Cin. Kalo dihitung-hitung, ada kali 50-an...”

“Maksudnya limapuluh ribu orang?” tanya gw meyakinkan.

“Ya nggak sampe segitu Tong. Emang cuma 50 orang.”

Gw terpaksa menyetujui angka 50 dianggap banyak oleh Emak gw. Tapi mungkin ada benarnya juga sih. Dahulu, jumlah orang nggak sebejubel sekarang ini, ya nggak? Buat ukuran Kelurahan, jumlah penonton 200 orang udah cukup fantastis. Dari 200 penonton kalo 50 orang jadi fans, ya wajar dong?!

“Coba dulu kamu ikuti kata Emak, pasti kamu bakal jadi Rocker terkemuka, Cin,” kata Emak dengan raut wajah agak menyesal. “At least ketenaran kamu mirip kayak Ariel Peter Pan atau Giring Nidjie.”

“Kapan Emak pernah ngajak saya jadi Rocker? Perasaan belum pernah deh?”

Emak menggeleng. Gw dianggap melupakan sejarah. Gw heran kenapa bisa dicap begitu? Setahu gw Emak nggak pernah mengajak gw menyukai lagu-lagu rock. Setahu gw juga, Emak belum pernah ngajak gw ikut kursus vokal atau ikut kompetisi rock. Yang gw inget, Emak selalu membawa tape compo dan mengajak gw ke lorong bawah tanah.

“Itu namanya bukan menjeruskan saya jadi penyanyi rock, Mak. Lorong bawah tanah itu kan bau tokai. Lagipula gelap banget. Emak kan tahu saya takut gelap. I love terang benderang...”

“Maksud Emak tempo hari itu supaya kamu latihan teriak-teriak..”

“Mana saya tahu, Mak?”

“Kamu sih rada tolol. Mending latihan sama Emak daripada kursus di Purwatjaraka atau di Elfa Scisoria? Muahal kan, Cin?”

Rupanya compo yang Emak bawa supaya bisa memutarkan lagu-lagu dari penyanyi rock. Setelah lagu diputar, gw disuruh teriak-teriak sekuat tenaga. Kata Emak, kalo teriak-teriak di lorong bawah tanah nggak bakal diomelin oleh tetangga. Tetangga bisa tidur siang atau malam dengan tenang. Maklum, rumah gw berada di gang sempit yang dihuni puluhan kepala keluarga, dimana tiap rumah berukuran 2x2 meter bisa dihuni sepuluh kepala Manusia.

Gw sekarang juga baru tahu, dengan sebuah compo dan teriak-teriak di lorong bawah tanah, Emak akan mengajarkan gw teknik vokal agar jadi Rocker sejati. Saya menyesal nggak mengerti apa kata Emak. Makanya elo-elo kudu nurut apa kata Emak. Apa yang elo rasa nggak ok, maksudnya belum tentu jelek. Siapa tahu Emak loe bakal menjerumuskan elo ke masa depan yang cerah ceria. Jangan sampai kayak gw, menyesal nggak bisa jadi Rocker.

“Padahal kalo kamu jadi Rocker, boleh jadi pacar kamu adalah Luna Maya atau Hellen Sparlingga.”

“Gimana kalo sekarang Emak ajari saya jadi Rocker? Kita latihan teriak-teriak di lorong bawah tanah?”

“Udah telat kale?! Lorong itu sekarang udah nggak bisa lagi dipake buat teriak-teriak. Soalnya udah dijadikan tempat tinggal para Pengungsi. Gara-gara rumah mereka udah digusur Tramtib, karena tanahnya mau dibangun apartemen...”

“O gitu?”

“Kalo kamu tetap maksa nyanyi, mereka bakal merasa tergusur lagi. Gara-gara suara kamu yang fals-fals gitu deh. Kasihan kan?”

“Iya juga sih...”

0 komentar: