Selasa, 12 Juni 2012

KONSPIRASI MEMANFAATKAN KECERDASAN OTAK ADOLF HITLER

Seorang peneliti senior Solomongrup kelahiran Belanda, sempat membuat buku yang mengungkap tentang otak Adolf Hitler. Ia bernama Mircea Windham. Buku karya pria kelahiran 1966 ini berjudul menyikap Rahasia Otak Kanan Hitler yang sudah dialihbahasakan oleh Pustaka  Solomon, Yogyakarta (2011).

Mengapa otak Hitler menarik untuk diteliti? Konon, menurut Windham, Hitler adalah seorang pria yang cerdas. Padahal sejumlah data mengungkap, saat masih mengenyam pendidikan menengah dan atas, nilai-nilai pria yang saat kecil disapa Adi ini jelek, terutama untuk mata pelajaran biologi, fisika, dan matematika. Bahkan Hitler dianggap gagal dalam studi.

Pemimpin Ketua Partai Nasionalis-Sosialis (National Socialist German Workers Party atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei/NSDAP) yang dikenal dengan NAZI ini lebih suka dunia seni, karena kegemarannya pada seni lukis. Saat datang ke Wina, Austria, ambisinya semakin kuat untuk menjadi seorang pelukis. Ia pun mendaftar di Academy of Art di negara ini. Namun sayang, nilai ujiannya rendah, sehingga tidak diterima kuliah di perguruan tinggi tersebut.

Bloggers, meski nilai-nilai akademis dan ulangan selalu jeblok, percaya tak percaya, pria kelahiran Gasthof zum Pommer, 20 April 1889 ini adalah orang yang cerdas. Memang ia belum pernah mengikuti tes Intelligence Quotient (IQ), namun pada 1912, seorang psikolog Jerman ternama, William Stern merancang sebuah tes untuk mengukur kecerdasan, dimana metode yang diusulkan penilaian kecerdasan tes anak-anak seperti yang sempat dikembangkan Alfred Binet dan Theodore Simon di awal abad ke-20.


Sejumlah orang terdekat Hitler telah mengikuti tes IQ. Funk, misalnya. Ia memiliki IQ 124. Lalu Jodi memiliki skor IQ 127; Ribbentrop skor IQ-nya 129; Keital mendapat skor IQ 129; Hermann Goering dan Donitz sama-sama memiliki IQ 138. Di antara orang-orang terdekat Hitler, Schacht adalah orang yang memegang rekor IQ tertinggi, yakni 143.

Lalu berapa IQ Hitler?

Bloggers, menurut Windham dalam buku Mengungkap Rahasia Otak Kanan Hitler, IQ Hitler mencapai 140 sampai 150. Bahkan Schacht sempat menjelaskan tentang luar biasanya otak Hitler:

“…dia memiliki pengetahuan yang luas. Dia memiliki pengetahuan yang mengagumkan dalam perdebatan, diskusi dan pidato. Tidak diragukan lagi, dia orang yang jenius dalam hal-hal tertentu. Dia tiba-tiba memiliki ide yang orang lain tidak memikirkannya yang kadang-kadang berguna dalam memecahkan kesulitan besar, kadang-kadang dengan kesederhanaan mencengangkan… Dia seorang penggerak psikologi massa yang benar-benar jenius…”

Kita tahu, Hitler adalah pengagum ras Arya yang dianggap unggul dan banyak terdapat pada orang-orang Yahudi. Nah, ia sendiri sesungguhnya bagian dari ‘trah’ Yahudi dan konon merupakan keturunan ras paling cerdas. Setidaknya fakta tersebut pernah diungkap oleh Jean-Paul Mulders dan sejarawan Marc Vermeeren dengan menggunakan DNA. Selain keturunan Yahudi, ia juga keturunan Afrika. Dua ras ini yang membuat dirinya benci dan ingin memusnahkan.

Sample DNA yang diambil dari sahabat-sahabat Hitler itu berupa kromosom yang disebut Haplopgroup E1b1b (Y-DNA). DNA ini sangat jarang ditemukan di Jerman dan Eropa Barat, tetapi paling sering ditemukan di Berber, Maroko, Aljazair, Libya, dan Tunisia. DNA-nya seperti miliki orang Yahudi, Ashkenazi, dan Sephardic.

Penelitian yang dilakukan Jean-Paul Mulders dan sejarawan Marc Vermeeren ini membuktikan Hitler berkaitan dengan orang-orang yang ia benci. Kromosom Haplopgroup E1b1b ini sekitar 18-20 persen berasal dari Ashkenazi dan 8,6 persen sampai 30 persen dari kromosom Sephardic-Y. Hal tersebut menunjukkan Hitler konfirm memiliki garis keturunan Yahudi.

Jika ditemukan fakta seperti itu, kecerdasan Hitler jelas perlu dipertanyakan lagi. Sebab, sungguh aneh jika keturunan Yahudi membunuh Yahudi. Namun, ada yang mengatakan, hal itu sekadar sandiwara belaka, agar bangsa Yahudi mendapat belas kasihan dan kemudian mendapat simpati oleh banyak Negara, terutama Negara-Negara Eropa. Salah satu bentuk ‘simpati’ sejumlah Negara Eropa itu pada bangsa Yahudi –terutama Yahudi Eropa- adalah memberikan ‘sejengkal tanah’ di Palestina.

Pada 1914, menjelang Perang Dunia ke-1 terdapat sekitar 604.000 jiwa penduduk Arab-Palestina, sedang orang Yahudi di Palestina hanya sekitar 85.000 orang. Namun, ketika NAZI menyerah kalah, 2,5 juta orang Yahudi Eropa imigrasi ke tanah Palestina. Kini kita saksikan sendiri, bahwa dari ‘sejengkal tanah’, kini bangsa Yahudi telah merampok hampir seluruh tanah Palestina. Selain menyebabkan konflik dengan memecah belah Negara-Negara Arab, Yahudi telah mengecap Palestina sebagai “Tanah Air” mereka. Itulah konspirasi yang konon berawal dari kecerdasan otak Yahudi yang dimiliki oleh Hitler.

0 komentar: