Selasa, 19 Juni 2012

SETELAH PAKE KONDOM, SILAHKAN MAKING LOVE

Kesimpulan yang menjadi judul tulisan saya di atas, saya ambil berdasarkan gagasan Menteri Kesehatan (Menkes) baru, Nafsiah Mboi, dalam jumpa pers yang digelar di Ruang Leimena kantor Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 14 Juni 2012 lalu. Untuk menekan angka aborsi dan kehamilan yang tak diinginkan, Menkes mengusulkan mempermudah akses remaja untuk mendapatkan kondom. Astagfirullah!

Buat Menkes, pemberian kondom kepada remaja akan mengurangi aktivitas seks bebas yang berresiko. Jika pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi sudah cukup baik, kata wanita yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional ini, kita tidak perlu khawatir ide pemberian kondom akan memicu seks bebas.

Bloggers, belakangan seks bebas memang semakin marak. Data terakhir menyebutkan yang dikeluarkan BKKBN menunjukkan, sebanyak 2,3 juta remaja melakukan aborsi setiap tahun. Selain kasus aborsi, yang tak kalah ‘hebat’ adalah peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS. Di DKI Jakarta, hingga akhir 2011, total penderita HIV/ AIDS mencapai 5.650 kasus, meningkat dari 4.318 kasus pada 2010. 

Tak beda di Provinsi Papua. Data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) pada 2011, sebanyak lebih dari 4.000 kasus HIV/ AIDS di Provinsi ini, dimana penderita rata-rata berusia 14-39 tahun. Menurut Manager Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM) Jayapura, Dr. Raflus Dorangi,  sebab penderita adalah karena seks bebas, di antaranya hetero seks, homo seksual, dan biseksual.

Untuk mempercepat pencapaian goal MDGs, maka kampanye kondom merupakan suatu kewajiban,” tegas Menkes.

Bloggers, reformasi dari rezim otoriter ternyata tidak menjadikan Republik Indonesia ini membaik. Negara ini justru dikuasai oleh Tokoh-Tokoh yang gigih memperjuangkan Sekuler, Pluralisme, dan Liberalisme (SEPILIS). Mereka dengan berbagai cara mengajak seluruh warga negara ini memiliki faham yang merupakan bagian dari Westernisasi.

Lho, apa hubungannya kondom dengan Westernisasi? Apa hubungannya seks bebes dengan SEPILIS?
Sangat jelas berhubungan. Westernisasi memiliki tiga agenda: Sekularisasi, Pluralisme, dan Liberalisasi. Negara tidak boleh mencampuri urusan agama. Agama urusan masing-masing individu. Pemahaman ini merupakan pahamanan dari Barat. Dalam buku Misykat (INSIST, 2012) karya Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, Westernisasi bukan sekadar isu atau program Barat di bidang politik dan ekonomi, tetapi juga kebudayaan dan konsep dalam bentuk wacana yang hidup (living discourse) yang mendominasi kelangan terpelajar di dunia Islam saat ini (hal xiv).

Saat ini para cendekiawan Muslim seperti berbondong-bondong merespon isu kebebasan, persamaan, hak asasi, demokratisasi segala bidang dengan dalil-dalil Qur’an dan hadist. Tentu dengan konsekuensi merubah framework, metologi dan mindset sesuai dengan ilmu-ilmu humaniora Barat. Akhirnya, tanpa terasa para cendekiawan Muslim itu berpikir dengan pendekatan humanistis, liberalistis, dekonstruksionis dan bahkan relativistis. Meskipun mereka itu penampilannya religius dan mengutip ayat-ayat al-Qur’an dan hadist dengan fasih,” tulis  Dr. Hamid yang akrab disapa Gus Hamid, Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini.

Seks bebas adalah kultur Barat yang liberal. Oleh karena itu, jika ada pria dewasa yang membawa kondom di dalam saku atau dompet, sudah bukan merupakan hal aneh lagi di sana. Selama pasangan tersebut suka sama suka, mereka bisa having sex, meski one night stand alias bercinta dalam satu malam. Jadi sungguh aneh, ingin menekan angka aborsi, kehamilan, dan HIV/ AIDS pada remaja dengan mempermudah akses remaja untuk mendapatkan kondom. Analoginya, silahkan making love jika suka sama suka, tetapi jangan lupa pakai kondom. Jika sudah dapat kondom, silahkan kalian making love.

Begitulah mind set jika sudah terkontaminasi faham liberal. Solusi yang diambil bukan akar permasalahan, tetapi justru menimbulkan masalah baru. Seperti ingin menanggulangi kemacetan, yang dilakukan adalah memperlebar jalan atau membuat jalan layang dengan menebangi jutaan pohon, bukan mengatasi akar permasalahan dengan membatasi jumlah kendaraan.

Akar permasalahan seks bebas ini sebetulnya sangat jelas, prilaku remaja yang menyimpang. Kenapa prilaku remaja sampai menyimpang? Mereka tidak lagi hormat pada orangtua dan tentu saja agama. Jika orangtua sudah acuh tak acuh, negara apalagi tidak mengatur tentang seks bebas, maka masalah pun terjadi. Negara justru memfasilitasi kondom.

Anehnya, ketika ada sebuah daerah seperti Tasikmalaya ingin menerapkan aturan (baca: Perda Syariah) agar kehidupan sosial dan budaya tidak terkontaminasi faham westernisasi, justru malah diolok-olok, dikatakan telah menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penggagas Perda Syariah dicap tidak sejalan dengan semangat Pluralisme. 

Bloggers, itulah agenda kaum SEPILIS, yang justru ingin mengacak-acak NKRI ini dengan memasukkan faham westernisasi. Saat ini kita sedang diacak-acak oleh kaum ini, sehingga sesuatu yang sebetulnya benar jadi disalahkan, dilecehkan, dikambinghitamkan, dan sikap-sikap yang memecah belah.
Pluralisme tidak ada hubungannya dengan toleransi. Pluralisme adalah faham atau doktrin. Dalam beberapa tulisan saya sudah mencontohkan ada banyak toleransi yang sudah dilakukan, tanpa harus mengikuti faham atau doktrin Pluralisme yang dibawa oleh peradabaan Barat post-modern. Pluralisme mencoba membangun persamaan dari perbedaan dan bahkan cenderung menghilangkannya. Sumber utamanya adalah filsafat relativisme Nietzche, tokoh filosof Barat postmo.

Pluralisme mengharamkan truth claim (mengklaim kebenaran agamanya sendiri). Pokoknya semua harus mengakui (kebenaran) semua agama. “Tidak ada agama yang lebih benar dari agama lain. Sebab, kebenaran itu adalah relatif, yang absolut adalah Tuhan,” tulis Gus Hamid (Misykat, hal 183). 

Dalam tulisan ini, saya tidak akan berpanjang lebar membahas tentang Pluralisme ini. Namun, sekali lagi, Pluralisme adalah salah satu bagian dari Westernisasi, yakni sebuah proyek ideologi yang telah memprovokasi anak-anak muda di Indonesia yang kita cintai untuk melawan institusi keagamaan. Proyek ini didukung oleh banyak pejabat maupun pemerintahan yang kini memang bukan lagi membawa nilai-nilai Pancasila, tetapi liberal. Dan pemberian kondom yang digagas oleh Menkes merupakan salah satu proyek liberalisasi. 

Bloggers, ketika Menkes mengeluarkan gagasan Kondom for All Teenage ini digulirkan, tokoh LSM Parenting Indonesia, Elly Risman langsung merinding membayangkan gagasan ini terjadi. Tak heran, melalui Blackberry Massage (BBM), ia mengirimkan ke seluruh orangtua di Indonesia. Berikut isi BBM Elly ini:

Innalillahi wa innalillaho roji’un
Bergetar luar biasa jiwa keibuan saya mengetahui gebrakan pertama menkes baru :
Bagikan kondom gratis ke remaja
Tolonglah sediakan waktu bicarakan isyu ini dgn anak remaja anda. Bila ia tdk faham jelaskan, salah mengerti luruskan. Mereka harus punya kekuatan pengertian tentang kebenaran agamanya, mana yg halal mana yg haram dan bertahan menjaga kesucian dirinya hanya  untuk pasangan halalnya setelah pernikahan. Peluklah anak anda dan lindungilah dia karena Allah. Bayangkan jalan keluar dari masalah yg dipilih pemerintah ternyata seperti ini!!!!
Tolong bantu informasikan pd saudara/ sahabat/ rekan anda.
Terima kasih atas bantuan anda.semoga Allah membalas kebaikan anda…aamiin”

0 komentar: