Selasa, 16 Februari 2010

MENGEJAR CEWEK GENDUT

Andai siang tadi saya direkam oleh kamera, kejadiannya mirip kayak di film-film James Bond, tepatnya di scene kejar-kejaran. Kalo dibilang gokil, ya boleh-boleh saja. Sebab, yang saya lakukan memang "nggak penting" banget buat banyak orang. Yaiyalah! Masa ngejar cewek gendut?

Kisah berawal siang yang cerah ceria. Saya melaju dengan mobil dengan kecepatan 40 km/jam. Saat itu saya baru saja mengantarkan istri ke kantor. Biasanya kalo selesai mengantar istri, saya melewati Casablanca menuju kantor yang berlokasi di Kawasan Industri Pulogadung.



Di tengah-tengah perjalanan, mata saya langsung melihat sebuah objek yang menurut saya unik. Bukan perempuan cantik yang seksi mandraguna, bukan pula pemandangan yang asoy geboy. Yang saya lihat justru cewek bertubuh gendut naik motor bebek. Kalo gendut yang proporsional barangkali nggak mengganggu mata saya. Yang saya lihat justru cewek dengan ukuran yang nggak proporsional dengan jok motor.

Pantat yang besar nan aduhai. Badan yang segede kulkas tiga pintu. Dengan ukuran segede gajah itu membuat kepala-nya menjadi kecil. Sudah terlihat kecil, kepala cewek itu memakai helm. Cukup mengganggu pemandangan. Itulah yang membuat naluri sebagai photographer amatir timbul. Tanpa ba-bi-bu lagi, saya langsung mengejar cewek gendut yang naik motor itu. Kejar-kejaran pun berlangsung.



Dari kecepatan 40 km/jam, saya menggeber lagi gas, sehingga kecepatan menjadi 60 km/ jam. Ternyata nggak mudah menjadi pembalap di kota Jakarta yang penuh dengan kendaraan bermotor ini. Saya kudu melewati rintangan sebelum akhirnya berhasil mengabadikan cewek gendut yang merupakan salah satu murid SMU ini. Rintangan yang paling berat adalah Mikrolet.

Menyebalkan sekali harus bertarung dengan Mikrolet. Sang sopir bisa seenaknya saja memberhentikan kendaraan ataupun melajukan kendaraan. Sopir bisa saja memotong kendaraan di depan maupun di belakang hanya gara-gara mendapatkan penumpang. Mending kalo jalan yang saya lalui bisa tiga lajur. Ini mah cuma dua lajur, dimana lajur lawan kendaraan nggak ada pembatasnya. Jadi cukup berbahaya kalo kendaraan dari arah berbeda penuh dan melaju cukup cepat. Itulah yang membuat saya membawa mobilnya kayak sopir angkutan umum juga, ber-zig-zag-ria.

Saya nggak mau kehilangan cewek gendut itu. Prinsip saya, no or never. Harus dapat. Itulah mengapa saya pikir kalo ada orang yang merekam bagaimana tingkah laku mengemudi saya, pasti saya mendapatkan nilai 0 (nol).

Akhirnya saya berhasil mengabadikan cewek tersebut, meski dari belakang. Sebab, saya berusaha menyusul cewek itu agar bisa mendapatkan wajahnya, tetapi selalu saja terhalang oleh kendaraan lain. So, saya cukup puas mendapatkan pose cewek itu dari belakang, which is pantat si cewek yang gede banget bagai bedug masjid.

all photos copyright by Jaya

1 komentar:

Novinataliya mengatakan...

kasihan ceweknya,,difoto cuman buat dihina hina..

coba bayangin perasaan orang lain juga kaliiiiii