Senin, 12 Desember 2011

KUNTILANAK ROXY DAN POCONGGG “HUMANIS”

Beberapa hari lalu, warga Ibukota Jakarta di sekitar pusat pertokoan HP Roxy, Jakarta Pusat sempat dihebohkan dengan penampakan kuntilanak. Anehnya, warga yang mengetahui itu bukan ketakutan, malah banyak yang penasaran. Mereka yang penasaran ini bela-belain begadang untuk mengetahui langsung wujud kuntilanak tersebut. Bahkan ada mengaku sempat memotret kuntilanak itu dengan kamera HP buatan China.

Kabarnya, foto kuntilanak Roxy itu sempat beredar luas, khususnya di pusat perdagangan Roxy. Sayang saya tidak sempat mendapatkan foto itu dan memang tak tertarik untuk mencari dan menyimpannya di HP. “Ah, nggak penting! Ngapain juga foto kuntilanak disimpan? Mending nyimpen duit, deh!”

Melihat fenomena banyak orang yang penasaran ini melihat wujud kuntilanak Roxy itu, saya jadi menyimpulkan orang zaman sekarang sudah tidak lagi takut terhadap mahkluk halus. Memang sih kata Ustadz-Ustadz, kita kudu percaya mahkluk halus dan tak perlu takut. Masalahnya, sekarang ini mahkluk halus jadi “peliharaan” orang-orang sebagaimana anjing atau kucing. Mahkluk halus “dipuja-puja” bak selebritis dan menjadi tema dalam dunia film mapun program televisi supaya filmnya banyak ditonton atau program acaranya mendapat rating tinggi.

Coba hitung berapa banyak film bertema mahkluk halus diputar di 2011 ini? Ada Jenglot Pantai Selatan, Arwah Goyang Karawang, Kalung Jailangkung, Pocong Ngesot, terakhir yang masih “bergentayangan” film Arwah Kuntilanak Duyung yang dibintangi oleh Dewi Perssik, Saipul Jamil, dan Sule.

Ketidaktakutan orang pada mahkluk halus barangkali disebabkan karena sudah banyak mahkluk halus (baca: iblis) berwujud manusia. Ada manusia yang kelihatannya baik, namun ternyata berhati iblis. Ada yang sok membantu orang, sebetulnya ada maksud tertentu yang dikendalikan oleh nafsu setan.

Soal manusia yang berwujud mahkluk halus jadi ingat buku yang lagi happening, yakni Poconggg juga Pocong karya Arief Muhammad. Buku yang cetakan pertama langsung sold out dalam waktu 15 menit serta sudah dicetak 3 kali dan masih tetap nomer 1 di Indonesia ini berkisah tentang seikat pocong yang “humanis”. Poconggg (huruf “g”-nya harus 3) di buku ini digambarkan tidak menakutkan, tetapi justru membantu manusia dan punya sikap empati.

Simak satu kisah di buku Pocongg juga Pocong yang saya kutip dari halaman 17 ini. Sekadar info, dikisahkan ada wanita muda yang galau ingin bunuh diri di Bunderan Hotel Indonesia (HI), Jakarta, karena ia tengah mengandung jabang bayi, tetapi tidak ada pria yang mau bertanggung jawab.

***

Kita ngeliat sekeliling, berharap ada yang bisa dimintai tolong. Sialnya di sana udah sepi banget. Si cewek mulai teriak-teriak. Dia meronta-ronta kesakitan.

Tanpa diduga-duga, satu kalimat yang tidak diduga-duga keluar dari bibir si cewek,

‘Please, kalian berdua tolongin gue. Gue nggak bisa ngadepin ini sendirian, gue butuh bantuan… gue butuh bantuan kalian!’

Gue dan Anjaw langsung diem. “Kalian?” Barusan dia bilang “Kalian berdua?” Kenapa tiba-tiba dia jadi bisa ngeliat kita? Kenapa tiba-tiba dia minta tolong sama kita?

Panik tingkat Ujian Nasional.

“Mungkin ini tuh The Power of Mother!’ Anjaw mulai sotoy.

‘Kita nggak punya pilihan lain, kita harus bantu dia ngelahirin!’

Entah Anjaw kerasukan manusia mana sampe bisa ngomong kayak gitu. Gue makin bingung. Gue nggak mungkin bisa bantu ngelahirin, melainkan itu susah banget. Harus ada yang narik bayinya keluar dan harus ada yang ngasih semangat buat nenangin si Ibu. Kegiatan ini tentu saja membutuhkan… ah, tau sendiri deh.
***

Usaha Poconggg dengan rekan Anjaw yang sesama Poconggg itu ternyata berhasil. Wanita galau yang tadinya mau bunuh diri, akhirnya berhasil melahirkan bayi dengan selamat. Detik-detik mengharukan itu menekankan betapa pocong di buku ini very helpfull dan humanis.

***

‘Makasih banget, ya. Gue nggak tau gimana jadinya kalo nggak ada kalian. Gue nggak tahu gimana jadinya kalo nggak ada yang nyemangatin. Bayi ini nggak punya bapak. Gue sempet putus asa. Tadinya gue kepikiran buat ngegugurin, tapi setelah ngeliat ketulusan kalian, gue jadi nggak tega dan yakin banget kalo bayi ini sangat berharga. Sekali lagi, makasih banget ya.’

‘Anjrit. Dramatis abis. Ini kenapa dia jadi curhat gini. Mampus gue. Gue bilang apa nih?’ Gue ngomong dalem hati.

Anjaw ngedeketin gue, kemudian dia berbisik.

‘Congg, ingat pencitraan. Kita ini setan, harus jaga wibawa. Jangan sampe terlihat lemah. Kita harus tegar!’

***

Ketika membaca buku itu, selain ngakak karena kocak dan merubah paradigma tentang dunia perpocongan, saya jadi berpikir, seandainya manusia lebih humanis dan very helpfull pasti banyak orang baik di dunia ini, khususnya di Indonesia. Bukan orang yang “pura-pura” baik, tetapi berhati iblis. Atau orang-orang yang lebih suka menunggu kuntilanak Roxy untuk diajak foto bersama, maupun Sutradara-Sutradara film horor yang cuma mengejar pasar.

Orang-orang humanis pasti lebih peka terhadap masalah-masalah sosial, lebih proaktif terhadap situasi. Dalam kamus, orang digambarkan sebagai orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yg lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat manusia. Ia menganut paham bahwa manusia sebagai objek terpenting. Nah, bayangkan! Masa kita sebagai manusia kalah sama Poconggg?

0 komentar: