Seorang peneliti senior Solomongrup kelahiran
Belanda, sempat membuat buku yang mengungkap tentang otak Adolf Hitler.
Ia bernama Mircea Windham. Buku karya pria kelahiran 1966 ini berjudul
menyikap Rahasia Otak Kanan Hitler yang sudah dialihbahasakan oleh Pustaka Solomon, Yogyakarta (2011).
Mengapa otak Hitler menarik untuk diteliti? Konon,
menurut Windham, Hitler adalah seorang pria yang cerdas. Padahal
sejumlah data mengungkap, saat masih mengenyam pendidikan menengah dan
atas, nilai-nilai pria yang saat kecil disapa Adi ini jelek, terutama
untuk mata pelajaran biologi, fisika, dan matematika. Bahkan Hitler
dianggap gagal dalam studi.
Pemimpin Ketua Partai Nasionalis-Sosialis (National Socialist German Workers Party atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei/NSDAP)
yang dikenal dengan NAZI ini lebih suka dunia seni, karena kegemarannya
pada seni lukis. Saat datang ke Wina, Austria, ambisinya semakin kuat
untuk menjadi seorang pelukis. Ia pun mendaftar di Academy of Art di negara ini. Namun sayang, nilai ujiannya rendah, sehingga tidak diterima kuliah di perguruan tinggi tersebut.
Bloggers, meski nilai-nilai akademis dan ulangan selalu jeblok, percaya tak percaya, pria kelahiran Gasthof zum Pommer,
20 April 1889 ini adalah orang yang cerdas. Memang ia belum pernah
mengikuti tes Intelligence Quotient (IQ), namun pada 1912, seorang
psikolog Jerman ternama, William Stern merancang sebuah tes untuk
mengukur kecerdasan, dimana metode yang diusulkan penilaian kecerdasan
tes anak-anak seperti yang sempat dikembangkan Alfred Binet dan Theodore
Simon di awal abad ke-20.
Sejumlah orang terdekat Hitler telah mengikuti tes
IQ. Funk, misalnya. Ia memiliki IQ 124. Lalu Jodi memiliki skor IQ 127;
Ribbentrop skor IQ-nya 129; Keital mendapat skor IQ 129; Hermann Goering
dan Donitz sama-sama memiliki IQ 138. Di antara orang-orang terdekat
Hitler, Schacht adalah orang yang memegang rekor IQ tertinggi, yakni
143.
Lalu berapa IQ Hitler?
Bloggers, menurut Windham dalam buku Mengungkap Rahasia Otak Kanan Hitler, IQ Hitler mencapai 140 sampai 150. Bahkan Schacht sempat menjelaskan tentang luar biasanya otak Hitler:
“…dia memiliki pengetahuan yang luas. Dia
memiliki pengetahuan yang mengagumkan dalam perdebatan, diskusi dan
pidato. Tidak diragukan lagi, dia orang yang jenius dalam hal-hal
tertentu. Dia tiba-tiba memiliki ide yang orang lain tidak memikirkannya
yang kadang-kadang berguna dalam memecahkan kesulitan besar,
kadang-kadang dengan kesederhanaan mencengangkan… Dia seorang penggerak
psikologi massa yang benar-benar jenius…”
Kita tahu, Hitler adalah pengagum ras Arya yang
dianggap unggul dan banyak terdapat pada orang-orang Yahudi. Nah, ia
sendiri sesungguhnya bagian dari ‘trah’ Yahudi dan konon merupakan
keturunan ras paling cerdas. Setidaknya fakta tersebut pernah diungkap
oleh Jean-Paul Mulders dan sejarawan Marc Vermeeren dengan menggunakan
DNA. Selain keturunan Yahudi, ia juga keturunan Afrika. Dua ras ini yang
membuat dirinya benci dan ingin memusnahkan.
Sample DNA yang diambil dari sahabat-sahabat Hitler
itu berupa kromosom yang disebut Haplopgroup E1b1b (Y-DNA). DNA ini
sangat jarang ditemukan di Jerman dan Eropa Barat, tetapi paling sering
ditemukan di Berber, Maroko, Aljazair, Libya, dan Tunisia. DNA-nya
seperti miliki orang Yahudi, Ashkenazi, dan Sephardic.
Penelitian yang dilakukan Jean-Paul Mulders dan
sejarawan Marc Vermeeren ini membuktikan Hitler berkaitan dengan
orang-orang yang ia benci. Kromosom Haplopgroup E1b1b ini sekitar 18-20
persen berasal dari Ashkenazi dan 8,6 persen sampai 30 persen dari
kromosom Sephardic-Y. Hal tersebut menunjukkan Hitler konfirm memiliki
garis keturunan Yahudi.
Jika ditemukan fakta seperti itu, kecerdasan Hitler
jelas perlu dipertanyakan lagi. Sebab, sungguh aneh jika keturunan
Yahudi membunuh Yahudi. Namun, ada yang mengatakan, hal itu sekadar
sandiwara belaka, agar bangsa Yahudi mendapat belas kasihan dan kemudian
mendapat simpati oleh banyak Negara, terutama Negara-Negara Eropa.
Salah satu bentuk ‘simpati’ sejumlah Negara Eropa itu pada bangsa Yahudi
–terutama Yahudi Eropa- adalah memberikan ‘sejengkal tanah’ di
Palestina.
Pada 1914, menjelang Perang Dunia ke-1
terdapat sekitar 604.000 jiwa penduduk Arab-Palestina, sedang orang
Yahudi di Palestina hanya sekitar 85.000 orang. Namun, ketika
NAZI menyerah kalah, 2,5 juta orang Yahudi Eropa imigrasi ke tanah
Palestina. Kini kita saksikan sendiri, bahwa dari ‘sejengkal tanah’,
kini bangsa Yahudi telah merampok hampir seluruh tanah Palestina. Selain
menyebabkan konflik dengan memecah belah Negara-Negara Arab, Yahudi
telah mengecap Palestina sebagai “Tanah Air” mereka. Itulah konspirasi
yang konon berawal dari kecerdasan otak Yahudi yang dimiliki oleh
Hitler.
0 komentar:
Posting Komentar