Akhirnya
Senin (25/6) kemarin, pihak ANTV menerima kesalahan. Stasiun televisi
milik Aburizal Bakrie ini berjanji akan lebih berhati-hati lagi,
terutama terhadap mulut Olga Syahputra. Seperti diberitakan sejumlah
infotainment, dalam acara Fesbukers di ANTV, Olga dituduh melakukan pelecehan terhadap Islam.
“Lu Assalamu’alaikum Terus Ah, Kayak Pengemis Lu!”
Itulah ucapan yang keluar dari mulut Olga saat memandu acara Fesbukers
yang disiarkan secara langsung dari studio ANTV (19/6). Kala itu, ada
seorang penelepon menghubungi studio ANTV dan diterima oleh Julia Perez
alias Jupe. Oleh Jupe, penelepon tersebut disapa dengan ucapan ‘Assalamu’alaikum’. Namun anehnya, Olga justru mengatakan sapaan Jupe mirip pengemis. Astagfirullah!
Gara-gara penayangan itu, sejumlah protes keras datang dari ummat Islam. Inti pengaduan mereka, Olga telah melecehkan ucapan ‘Asslamu’alaikum’.
Host banci ini menganggap, salam tersebut cuma cocok untuk pengemis,
bukan untuk seluruh ummat Islam non-pengemis, termasuk banci seperti
Olga.
Bloggers, ini adalah kesalahan kedua program Fesbukers yang dipandu oleh Olga. “ANTV menerima kesalahan dan mereka juga berjanji akan melakukan pembenahan,” ucap Ezki Suryanto, Wakil Ketua KPI Pusat sebagaimana penulis kutip di KapanLagi.com.
Buat Olga, ini adalah kesalahan yang ketiga kali. Pertama, ia sempat diprotes
para penonton televisi dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat pendamping
korban pemerkosaan, karena Olga melecehkan korban perkosaan. Saat itu,
banci ini tampil di acara Dekade Trans untuk Indonesia yang disiarkan langsung di TransTV dan Trans7 pada Jumat (15/12) malam. Saat itu, ia berperan sebagai Suster Ngesot.
“Publik figur dan pejabat publik adalah orang-orang yang ketika mengeluarkan pernyataan akan menggiring opini publik. Dan itu akan sangat membahayakan karena ujung-ujungnya orang nanti akan menganggap perkosaan itu masalah sepele, bukan kejahatan. Maka efeknya korban perkosaan akan selalu disalahin masyarakat,” jelas Helga, aktivis di LSM Lentera yang menaungi korban perkosaan saat itu, yang penulis kutip dari DetikNews.
Dalam
akun Twitter, Olga banyak dihujat, salah seorang yang menghujat adalah
Risa Hart, pemerhati Hak Kekayaan Intelektual Indonesia (HAKI). “Menggunakan topik ‘mati krn diperkosa supir angkot itu SEPELE’ sbg bahan canda merupakan refleks berpikir manusia TAK BERMORAL dan KEJAM,” kata Risa via akun Twitter.
Kedua, saat acara Dahsyat.
Di acara musik yang disiarkan RCTI ini, Olga meminta berdiri salah
seorang penonton dan mendekat ke padanya. Dengan nada merendahkan. Olga
mengatakan, “Kalau dia (Gisel) mah lahir dari rahim ibunya, kalau lo dikebutin kayak bangsat.”.
Selain kesalahan-kesalahan itu, dari mulut Olga pun sempat menyinggung Yuni Sara. Setiap acara DahSyat,
Olga selalu menyinggung Raffi Ahmad sebagai partner dalam membawakan
acara, yang berpacaran dengan Yuni Shara. Dalam kesempatan tampil di Fesbukers, yang juga dipandu oleh Olga dan Raffi, Yuni sempat ‘melabrak’ Olga selama 10 menit.
“Omongan saya hanya 10 menit. Becandaan mereka tiga tahunan,” ucap Yuni yang penulis kutip dari DetikHot (21/2/2012). Olga memang becanda, namun pada saat itu Yuni Nampak sangat dendam terhadap becandaan Olga.
Memang
sudah saatnya mulut Olga ‘disekolahin’. Namun banyak teman yang
mengatakan, mulut banci seperti Olga sulit sekali ‘disekolahin’. Jadi
jangan heran, ‘disekolahkan’ dimana pun juga, mulut orang sejenis Olga
sulit dikontrol. Dalam bahasa Betawi ‘nyablak’. Selalu keluar dari mulut
secara spontan, tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Niatnya guyon, yang
terjadi justru bisa menyakiti hati orang yang diajak guyon.
Lalu kenapa Olga tidak dicekal sekalian saja?
“Secara
undang-undang kami tidak berhak menegur langsung pengisi acara. Kami
berhubungan dengan televisi penyelenggara. Kami minta acaranya
diperbaiki,” tambah Ezki. Meski begitu, ia menyarankan, “Olga
menyinggung agama, itu sudah melanggar etika. Kami menyarankan agar Olga
tidak melakukan siaran langsung lagi. Karena ucapan verbal Olga
berbahaya. Kalau direkam dulu kan bisa diedit.”.
Bloggers, terkait dengan keputusan KPI, pada 20 Juni 2012 lalu, acara Bukan Empat Mata (Trans 7)
kembali mendapatkan sanksi administratif, yakni pengurangan durasi
tayang selama 3 hari berturut-turut. Sanksi tersebut disampaikan
langsung Anggota KPI Pusat bidang Isi Siaran, Nina Mutmainnah,
didampingi Ketua KPI Pusat, Mochamad Riyanto, dan Wakil Ketua KPI Pusat,
Ezki Suyanto, kepada perwakilan Trans 7 di kantor KPI Pusat.
Ezki menjelaskan, pemberian sanksi Bukan Empat Mata terkait pelanggaran di tayangan 16 Mei 2012. Di tanggal itu, ada gimmick menyayikan lagu kebangsaan Indonesia Raya,
tetapi cara menyanyikannya tidak sesuai dengan perundangan yang berlaku
(baca: melecehkan). Beberapa narasumber menyayikan lagu sambil duduk
dan tertawa-tawa, lalu mereka saling nyeletuk. Terlihat pula para
penonton di studio turut bernyanyi sambil duduk, bertepuk tangan, dan
tertawa.
Menurut KPI dalam
surat sanksinya, pelanggaran tersebut dikategorikan sebagai pelanggaran
atas penggunaan dan tatacara penggunaan lagu kebangsaan (SPS Pasal 54). “Ini menjadi pembelajaran sebagai rakyat Indonesia agar menghormati lagu kebangsaan Indonesia Raya,” ujar Mochamad Riyanto.
0 komentar:
Posting Komentar