Sinopsis
Sejak lama Jaja
pengen bingits masuk tipi. Ia pengen jadi artis kayak Tora Sudiro atau Darius
Sinathrya. Soalnya, jadi artis itu enak. Selain duitnya segudang, fansnya segudang, yang ngelamar buat jadi calon istri juga segudang. Ya, begitulah hayalan tinggi seorang anak Betawi yang lama nongkrong di emperan Kalijodo.
Ia pikir, dengan tampangnya yang ganteng jental jentul, bisa ngetop bagai bintang Hollywood, at least bintang sekelas Starvision atau Multivision lah. Berbagai cara ditempuh, mulai dari ikut cover boy-cover boy-an, sampai lomba angkut koper ia lakukan. Nasib berkata lain. Cowok jomblo level 10 ini akhirnya masuk tipi, tetapi bukan jadi artis, melainkan jadi asisten produksi alias asprod di Citra TV.
Ia pikir, dengan tampangnya yang ganteng jental jentul, bisa ngetop bagai bintang Hollywood, at least bintang sekelas Starvision atau Multivision lah. Berbagai cara ditempuh, mulai dari ikut cover boy-cover boy-an, sampai lomba angkut koper ia lakukan. Nasib berkata lain. Cowok jomblo level 10 ini akhirnya masuk tipi, tetapi bukan jadi artis, melainkan jadi asisten produksi alias asprod di Citra TV.
“Ya, barangkali
ini batu loncatan buat jadi artis,” pikir Jaja penuh optimis, meski dalam
hatinya remuk.
Awalnya Jaja
nggak ngerti tugas dan tanggung jawab sebagai asprod. Berbagai halang dan
rintangan dilakoni. Bahkan, ia hampir saja frustrasi, walau nggak sampe bunuh
diri. Namun, berkat bimbingan dan penyuluhan secara intensif dari sang Emak
Oneng yang super, Jaja bertahan jadi asprod. Ia pun bangga jadi asprod. Nggak
heran, Jaja pun berslogan: “Asprod? #rapopo!”.
Di antara
pengalaman jadi asprod, ada kisah cinta Jaja dengan Abel yang very very
menyesakkan. Namun, hubungan mereka nggak bertahan lama. Kesibukannya sebagai
asprod bikin Abel terlantar, bagai pemulung terlantar di emperan. Akhir kisah,
hubungan cinta mereka kandas. Namun, lagi-lagi berkat bimbingan sang Emak yang
lulusan sekolah motivator Mirio Tagih, Jaja bangkit dari keterpurukan hatinya
buat ngejar impian jadi Produser.
Nah, selamat
mengikuti kisah bersambung “Derita Asisten Produksi” ini. Semoga nggak
kisah-kisahnya nggak garing. Kalo garing, mohon dimaafkan. Ya, namanya juga
usaha. Oh iya, apabila ada nama atau peristiwa sama pada kisah-kisah ini,
semuanya hanyalah kebetulan saja. So, don’t worry be happy. Sebagaimana kata
pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian *kok nggak nyambung ya?*. Pokoknya,
kisah ini hanyalah fiksi. Jadi, nggak perlu sakit hati.
***
Kisah
#I
Minta
Doa Restu Ortu
Sebelumnya
kenalan dulu sama pemilik kisah ini: Jaja. Nama panjangnya: Jajaaaaaaaaaaaaa.
Ups! Itu mah kalo si Jaja dipanggil sama Emaknya. Etapi emang nggak ada nama
panjang, selain Jaja. Entahlah, kenapa ortu si Jaja pelit amat ngasih nama
panjang.
Sejak lama, Jaja
pengen banget masuk di tipi. Bukan pengen kerja, tapi pengen jadi artis.
Makanya, segala usaha pernah ia jabanin. Mulai dari ikut lomba cover
boy-cover boy-an, ikut casting jadi model iklan, sampai lomba angkat koper.
Yang terakhir itu si Jaja emang salah banget. Bukan pemilihan cover boy,
tetapi dalam rangka Porter Hunt alias pemilihan tukang koper di stasiun kereta
api.
Buat ukuran
orang Betawi, wajah Jaja dianggap ganteng. Mari kita gambarkan wajah Jaja kayak
apa, sehingga lo-lo semua bisa ngebayangin kegantengannya. Kita mulai dari
bentuk wajah. Jaja punya wajah oval. Dagunya lancip kayak pinsil 2B. Rambutnya
keriting kriwil-kriwil mirip artis reegeee yang jarang keramas.
Trus hidungnya.
Soal hidung rada aneh, nih. Kenapa? Soalnya, hidung Jaja itu macung enggak,
pesek juga enggak. Begitu pula dengan bibir. Bibirnya nggak bisa dibilang
tipis, juga nggak bisa dibilang tebel. Terakhir giginya. Tadinya giginya sempat
maju dikit. Tapi pas Jaja sweet seventeen, Emaknya menghadiahkan kawat berduri
buat dipasang di giginya. Awalnya si Jaja protes, kenapa harus kawat berduri,
kenapa nggak kawat aja.
“Mak lo ini
anti-maintream, ngerti?! Daripada Mak ngasih hadiah kawat nyamuk, mending kawat
berduri supaya gigi lo indah berseri,” cerocos Mak Oneng, Emaknya si Jaja ini.
Back to story.
Saking ngebet jadi model, Jaja seringkali mimpi. Pernah suatu malam pas iler
sedang meler-melernya, Jaja dikejar-kejar wartawan. Si wartawan ngejar-ngejar
Jaja bukan karena hutang, tapi Jaja disangka bintang Hollywood yang lagi
happening. Tau sendiri lah wartawan nggak bisa lihat artis dikit, langsung
nodong pake mic buat diwawancarai. Biasanya wartawan model begitu wartawan infotainment.
Pernah pula Jaja
mimpi dapat kontrak main film seharga jutaan dolar. Padahal perannya sederhana, yakni sebagai penyelam. Hanya bukan penyelam di dasar laut, tetapi penyelam di septic tank.
Mimpi yang nggak kalah seru adalah pas Jaja sempat
menang lawan Arul dalam memperebutkan artis seksih Sopiah Lucubah. Jadi, ceritanya cinta
segitiga gitu lah. Arul suka Sopiah, sementara Sopiah suka Jaja. Arul yang
vokalis band Porno Band itu berbagai cara ngerebut hati Sopiah, tapi emang
dasar Jaja lebih ganteng, rajin sholat, dan berahklah mulia, kalahlah Arul. Pas
lagi pengen adegan mesra...
“Woi!
Pasti lo mimpi lagi deh,” ujar Mak Oneng sambil nyiram air segayung ke muka
anak semata wayangnya itu.
Jaja sontak
kaget. Kedua tangannya membasuh mukanya yang kena air.
“Astagfirullah!
Ada apa, nih?” tanya Jaja gelagapan. “Mana Sopiah?! Mana?!”
“Mana
Sopiah...Mana Sopiah? Sopiah di sono-noh! Di laut,” kata Mak Oneng.
“Sopiah
bener di laut, Mak?” tanya Jaja, belom sadar.
“Jiaaaah!!!
Lo mimpi lagi, tahu?!” jelas Emak. “Besok-besok kalo lo masih ngimpi, Emak
bakal nyiram lo seember...eh..dua ember
deh...”
“Idiiiiih,
Emak kok gitu sih? Pan Jaja cuma mimpi. Mimpi kan nggak nyusain orang. Bukan
kejahatan kayak korupsi, Mak...”
“Jiaaaahhh!
Pake ngajarin Emak segala. Lo tahu nggak, Ja? Gara-gara mimpi, lo bisa jadi
gila! Banyak tuh orang yang pada mimpi, tapi akhirnya masuk rumah sakit
gila...”
“Tapi
banyak orang sukses gara-gara bermimpi, Mak...”
Jaja sok niru
pepatah orang sukses: “Impian yang kuat lebih penting dari bakat”. Apalagi
cowok berlesung pipit di jidat ini pernah ikut MLM yang saban seminar seluruh
pesertanya disuruh mimpi.
“Coba
buktikan kalo lo bakal sukses kayak orang-orang yang sukses itu...”
“SIAAAPP,
MAK!!!” ucap Jaja dengan nada 10 oktaf sambil bangkit dari tempat tidur.
“BOCAH
GEMBLUNG!!! LO MAU MATIIN EMAK?” damprat Mak Oneng. Nada suara tinggi mirip
Robert Plant, vokalis Led Zeppelin, itu bikin kuping Mak Oneng budeg-deg.
“Maap,
Mak. Jaja nggak sengaja. Jaja cuma semangat aja menghadapi tantangan Mak...”
“Semangat
sih semangat...tapi kalo semangat lo bikin kuping Mak budeg mah namanya nyikasa
Mak...”
“Iya,
Mak, maap. Jaja nggak bakal ngulangin lagi,” ucap Jaja sambil cium tangan
Emaknya berkali-kali. “Mohon doa restu ya, Mak...”
Sebagai anak
yang baik dan tidak sombong, Jaja minta restu dari ortunya yang tinggal
satu-satunya di dunia yang fana ini. Kata orang sukses juga, kalo lo mau sukses
kudu minta restu ortu. Sejelek-jeleknya ortu lo, mereka bakal bikin lo sukses
dunia akhirat.
Begitu pinginnya
Jaja sukses. Makanya ia berkali-kali cium tangan Maknya. Gegara cium tangan Mak
ini, Jaja sempat mengeluarkan air mata.
“Yasudah,
Mak maapin lo. Tapi nggak usah nangis gitu, dong, Ja. Cup! Cup! Cup!”
“Jaja
sebenarnya nggak nangis, Mak...”
“Nggak
nangis kenapa mata lo keluar air mata?”
“Tangan
Mak bikin perih mata Jaja...”
“Hehehe...tadi
Mak abis ngupas bawang, trus lupa cuci tangan...”
Jaja pingsan. Gubraakkk!!!