Di hari pertama kerja, Jaja masuk kepagian. Harap maklum, Jaja adalah
karyawan baru. Biasanya, dimana-mana karyawan baru itu rajin pangkal
pandai. Alasan lain, antara rumahnya dengan kantor Citra TV jauuuuuh
banget. Ya, kira-kira 40 kilometer lah. Di Jakarta, 40 kilometer itu
bisa kayak setahun. Kalo nggak tahu jalan tikus, bisa kena macet. Nah,
oleh karena takut sama tikus, eh salah, takut telat, maka Jaja datang
pagi.
Padahal, jam kantor Citra TV yang resmi baru beroperasi
pukul 08:30, tapi Jaja sudah masuk pukul 07:05. Sekali lagi, ia nggak
mau telat di hari pertama. Kan nggak enak karyawan baru masuk jam 10, ya
nggak? Makanya habis sholat subuh, ia langsung mandi jibang jibung, dan
bersiap-siap berangkat ke Citra TV. Oh iya, pas mandi, Jaja nggak lupa
sabunan dan gosok gigi *yaiyalah! Nggak penting banget infonya yak?*
“Ja, emang masuk kantornya jam berapa?” tanya si Mak Oneng heran.
“Pukul 08:30, Mak,” jawab Jaja.
“Tapi kok pagi-pagi amat berangkatnya, Ja?”
“Takut telat, Mak. Tahu sendiri kan kondisi lalu lintas di Jakarta, Mak...”
“Kenapa emang lalu lintas Jakarta?” tanya Mak Oneng lagi.
“Macet, Mak...”
“Ah, masa sih? Dulu zamannya Emak nggak macet, kok..”
“Jiaaahhh!
Itu kan dulu, Mak. Dulu, Mak jalan masih pake delman istimewa. Trus
duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja. Sekarang beda, Mak...”
“Nggak ada becak lagi?”
“Udah ke laut Mak...”
“Jadi kalo mau naik becak ke laut gitu?”
“Bukan, Mak. Becak-becaknya udah dibuang ke laut. Nggak boleh beroperasi lagi di Jakarta...”
“Hmmm...kasihan ya...”
“Kasihan kenapa Mak?”
“Iya, kalo Abang becaknya nggak bisa berenang gimana dong?”
“Jiaaah...yang dibuang ke laut cuma becaknya aja, Mak. Abang becaknya mah kagak...”
Mak
Oneng memang jarang keluar kampung buat ngelihat sudut-sudut jalanan di
Jakarta ini. Makanya lalu lintas di Jakarta yang parah, belum sempat
ngerasain lagi olehnya. Dia terakhir jalan-jalan keliling Jakarta pas
Gubernurnya masih Ali Sadikin. Jangan-jangan sebagian dari lo kagak
kenal siapa itu Ali Sadikin. Itu Gubernur Jakarta yang paling top.
Sampai saat ini belum ada Gubernur yang sehebat doi.
Selain
kemacetan yang parah, Mak Oneng juga belum merasakan keganasan para
pengendara sepeda motor di jalan. Yang main terobos lampu merah, lawan
arus, dan jalan di atas trotoar yang sebetulnya hak pejalan kaki. Parah
memang. Para pengendara nggak punya etika berkendaraan lagi. Jadi,
untung juga buat Mak Oneng nggak melihat pemandangan yang menyebalkan
kayak gitu.
Baik, kita lupakan Mak Oneng, balik ke Jaja lagi...
Begitu
sampai di lobi Citra TV, Jaja langsung cari resepsionis. Ia pengen
lapor, sekaligus kenalan kalo ia adalah karyawan baru. Namun, hari masih
pagi, jadi resepsionis belum nampak batang hidungnya. Di meja
resepsionis, ada seorang security yang nampak sedang asyik tidur.
Mulutnya terbuka lebar dan mengeluarkan bunyi nggak enak didengar
kuping.
Jaja mencoba membangunkan.
“Assalamu’alaikum...”.
Sekali,
dua kali, tiga kali disapa, security belum juga bangun. Baru setelah
yang ketujuh, security itu terbangun dengan penuh kekagetan.
“Siaaap! Walaikum salam...” ujar security sambil berdiri dan memberi hormat ke Jaja.
Jaja sempat kaget.
“Maaf pak menganggu tidurnya. Kenalkan saya Jaja, karyawan baru di sini...”
“Iya, gimana mas. Ada yang bisa saya bantu?” tanya security sambil menyusap iler yang tadi sempat ngeces.
“Mau tanya ruang produksi dimana ya pak?”
“Oh di lantai 5, mas. Silahkan naik aja pake lift ke lantai 5...”
“Baik, pak...”
Jaja
kemudian masuk lift buat naik ke lantai 5. Liftnya agak mengerikan. Pas
jalan ke atas, agak goyang-goyang gitu. “Ini lift atau penyanyi dangdut
sih?” pikir Jaja. Ah, barangkali, karena lift ini sering dipake
artis-artis pas syuting acara dangdut di Citra TV kali jadi
goyang-goyang.
Begitu keluar lift, di lantai 5 juga masih nggak
nampak manusia secuil pun. Masih sepi sepoy. Yang terlihat cuma seorang
office boy (OB) yang sedang bersih-bersih di sebuah meja di dalam
ruangan kaca. Persis di depan lift ada sofa kecil. Oleh karena belum
tahu ruang kerja, Jaja duduk di sofa.
Belum juga lama duduk di
sofa, Jaja seperti mendengar ada sekilas suara tawa dari WC yang ada di
samping lift. Setelah suara tawa, ada pula suara seperti benda jatuh ke
dalam lubang WC. Plung! Mirip bunyi pup gitu deh. Jaja senang, ternyata
selain OB, sudah ada karyawan yang sudah datang.
Sambil menunggu
karyawan keluar dari WC, dari sofanya Jaja memperhatikan OB kerja,
membawa ember dengan seperangkat peralatan pel dari satu tempat ke
tempat lain. Makin lama, si OB makin dekat ke arah tempat duduk Jaja.
“Permisi ya, mas,” ujar si OB.
“Oh, silahkan, mas” ujar Jaja sambil mengangkat kedua kakinya, supaya si OB bisa mengelap lantai yang Jaja injak.
Sebelum si OB jauh, Jaja menyodorkan tangan kanannya ke si OB. Mas-Mas OB sempat kaget.
“Kenalkan, nama saya Jaja..”
“Saya Ivan,” ujar si OB sambil memberikan senyum.
“Saya karyawan baru di sini, mas Ivan...”
“Oh gitu. Pantesan datangnya pagi banget. Biasanya karyawan baru pada datang jam 10-an, mas..”
“Hehehe...”
“Hati-hati karyawan baru, mas. Sendirian pula...”
Wajah Jaja tegang. Kepo ingin mendengarkan penjelasan selanjutnya dari Ivan OB.
“Kenapa kalo karyawan baru, mas?” tanya Jaja kepo level 6.
“Biasanya diganggu sama ‘penunggu’ kantor,” jelas Ivan.
“Bukannya sudah ada karyawan yang datang mas?” tanya Jaja sambil tegang.
“Siapa mas?”
“Kayaknya masih di WC deh. Tadi saya dengar suara perempuan dan ada kayak orang lagi pup gitu...”
“Ah, belum ada yang datang kok mas. Barangkali itu...hmmm...” Ivan OB nggak mau melanjutkan penjelasan.
“Barangkali apa mas?”
“Ah, enggak kok…”
“Oh iya mas, liftnya memang rusak ya? Saya tadi naik goyang-goyang gitu. Padahal kayaknya lift masih baru…”
“Enggak, kok mas. Liftnya nggak pernah goyan. Tiap saya naiki nggak pernah goyang...”
“Oh gitu ya?”
“Wah, beneeer. Pasti mas diganggu..”
“Diganggu apa mas Ivan?” makin ketakutan.
“Saya
permisi dulu ya mas,” Ivan bergegas meninggalkan Jaja. Tiba-tiba
wajahnya jadi kayak ketakutan. Wajah Ivan itu makin bikin Jaja
ketakutan.
Kini Jaja sendirian. Jantungnya dagdigdug. Terlebih
lagi suara cewek cekikikan dan benda jatuh di lubang WC terdengar lagi
sayup-sayup. Keringet mulai keluar dari pelipisnya. Ia nggak berani
masuk WC, padahal pengen kencing.
Buat mengobati ketakutannya, Jaja baca doa. Abis baca doa, cowok ini langsung menghubungi Emaknya via hape.
“Mak, Jaja takut, nih,” ujar Jaja ngelapor pada sang Emak.
“Takut setan?” tanya Mak Oneng.
“Iya, Mak...”
“Jiaaah...setan aja lo takutin. Takut itu cuma sama Tuhan...”
“Pengennya gitu, Mak. Tapi sekarang Jaja lagi di lantai 5, nih. Sendirian. Nggak ada orang...”
“Kalo sendirian ya nggak ada orang kali. Gimana sih lo?”
“Iya, tapi ada suara cekikikan gitu Mak di WC...”
“Ya lo cekikikan aja juga,” usul Mak Oneng.
“Ah, Emak. Masa Jaja disuruh kayak setan?”
“Trus ada keluhan apa lagi?” tanya Mak Oneng seperti seorang dokter bertanya pada pasien.
“Tadi pas Jaja naik lift, lift-nya goyang-goyang. Katanya OB, selama ini belum pernah lift goyang-goyang..”
“Emang ada yang nyetel lagu dangdut?”
“Ya, nggak ada Mak. Mak ada-ada aja…”
Jaja
curhat ke Maknya, karena selama ini Maknya selalu memberikan
nasehat-nasehat jita dalam mengatasi masalah. Sang Mak bagai Motivator
kaliber Mirio Tanguh yang super. Memang, nggak semua nasehat cespleng.
Contohnya tadi, masa si Jaja disuruh cekikikan kayak setan? Namun,
beberapa kali nasehatnya manjur.
“Kalo gitu lo berdoa aja. Udah berdoa blom?”
“Udah Mak...”
“Bagus
kalo gitu. Doa minta pertolongan pada pencipta mahkluk di bumi ini,
termasuk setan yang cekikian itu. Ngomong-ngomong doa lo apa, Ja?”
“
Allahuma inni a’uudzubika minal khubutshi wal khabaaits..”
“Jiaaah!! Itu mah doa masuk WC, Ja!”
“Ohh iya...Jaja lupa, Mak. Habis udah keburu ketakutan, Mak...”
“Yang bener...
Alhamdulillaahii ladzii adzhaba ‘annil adzaa wa’aafaanii...”
“Lho, bukannya itu doa keluar WC, Mak?” tanya Jaja.
“Hehehe...oh iya. Mak kok lupa.
Akhirnya
Mak Oneng memberikan ke Jaja doa pengusir setan yang mujarab. Jaja
mulai berdoa dengan khusyuk. Saking kusyuk, matanya sampai merem.
Tiba-tiba ada bunyi pintu dibuka dari WC. Bunyi pintu tersebut membuat
Jaja merem semerem-meremnya dan mengulang-ulang baca doa.
Tiba-tiba seorang cowok menepuk pundak Jaja.
“Mas lagi ngapain?”
Tepukan
cowok itu makin membuat Jaja ketakutan. Bahkan ada rembesan air keluar
dari celananya. Yes! Jaja ngompol. Selain ngompol, Jaja juga keringetan.
Namun, mulutnya tetap komat-kamit berdoa.
“Ampuuun seee...seetaaan! Amppuun...”
“Woiii! Gue bukan setan!”
“Ka..ka.kaloo bu..bu..bukan se..see taan aa..paa.. dong?”
“Gue Anto! PA! Production Assistance...”
Perlahan-lahan
Jaja membuka satu per satu matanya. Pertama mata kanan.Begitu ngeliat
sosok yang di depan matanya manusia beneran, mata kiri yang dibuka.
“Jadi bener kamu manusia? Bukan setan?”
“Yaaa...masih aja lo bilang gue setan. Emang situ siapa? Trus tadi ngapain komat-kamit?”
“Gue Jaja. Gue PA baru di Citra TV ini...”
“Ohhh...PA baru...”
“Tadi, gue dapat kabar dari OB, di sini ada penunggunya...”
“Ya, memang ada penunggunya. Salah satunya PA kayak gue ini…hahaha. Mungkin nanti lo juga bakal jadi penunggu...”
“Maksudnya?”
“PA
itu jarang pulang rumah. Gaji kecil, tapi tugas dan tanggung jawab
banyak. Tapi itu kudu kita telen mentah-mentah. Ya, itung-itung belajar
sambil cari pengalaman kerja aja...”
“Ohh...jadi PA bisa jarang pulang gitu ya?”
“Makanya tadi gue itu ketiduran di kloset. Padahal gue lagi pup. Keren kan pup bisa tidur?”
“Hehehe...makanya tadi gue pikir bunyi-bunyi di WC itu setan, eh ternyata elo, To...”
“Yo’i!”
“Brarti suara cekikian yang ada di WC cewek jangan-jangan juga PA juga...”
“Suara cekikikan?” tanya Anto nggak paham.
“Iya. Tadi gue denger suara cekikikan dan suara bunyi pup, yang ternyata elo di WC...”
“Wah, kalo bunyi cekikikan mah gue, baru tahu,” ujar Anto mulai ketakutan.
“Jadi?” Jaja berubah ketakutan lagi.
“Kalo itu mah bener-benar SETAAAANNNN!!!!”
Anto kabur meninggalkan Jaja sendirian. Melihat teman barunya itu kabur, Jaja akhirnya ikut kabur.
(
bersambung)