Jumat, 12 Oktober 2012

Lebay, Baru Mati Satu Orang Sudah Heboh!

"SMA 70 Sama SMA 6 Itu Lebay Baru Mati Satu Saja Hebohnya Minta Ampun...", itulah Twit yang di-retwit Ketua Umum Gema Damai Indonesia Fahira Idris ke akun Twitter redaksi Kompas (Kamis, 27/9/2012). Sejak tewasnya Alawy Yusuanto Putra, pelajar SMA Negeri 6, yang ditusuk dalam tawuran di Bulungan, Fahira beberapa hari ini terus memantau percakapan para pelajar via sosial media (sosmed), salah satunya via Twitter.

Kalimat yang di-twit itu sungguh menyesakkan. Betapa tidak, bukan ucapan duka untuk korban yang diberikan, malah sikap tanpa perasaan. Ironisnya, sebagian dari mereka tetap memiliki rasa dendam dan akan kembali melakukan aksi tawuran.

Mereka masih merencanakan pembalasan. Saya pantau percakapan mereka,” ujar Fahira, yang saat ini melakukan kampanye dengan hastag #StopTawuran dan #MaluTawuran.

Tawuran pelajar ternyata lebih radikal daripada teroris yang selama ini digembar-gemborkan. Namun, benar kata teman saya, tawuran pelajar tidak ada uangnya. Berbeda dengan pendzoliman Pesantren dan organisasi Islam di Indonesia yang banyak uangnya, sehingga segenap instansi maupun organisasi mata duitan mau bersusah payah bekerja untuk mengobok-obok Pesantren, termasuk membuat rekayasa-rekayasa dengan dalih teroris.

Sudah pasti yang tawuran tidak pernah ikut ke Rohis! Tapi tawuran itu tidak pernah dikatakan radikal apalagi teroris, hal itu berbeda kalau yang melakukan itu aktivis Rohis,” ujar Ustadz Fauzan Al-Anshari seperti yang penulis kutip dari voa-islam.com, Rabu (26/9/2012).

1348741046761966170

Bloggers, perhatikan! Ketika aksi tawuran dan anarkis yang dilakukan tidak mengatas namakan agama, kaum SEPILIS bungkam. Mereka tidak mengatakan tawuran atau aksi anarkis yang dilakukan pelajar, mahasiswa, atau masyarakat adalah redikal. Begitu pula tawuran warga atau organisasi pemuda non-Islam yang seringkali terjadi. Tapi jika ada murid Pesantren yang disinyalir sebagai teroris, kaum SEPILIS ini langsung berkicau.

Begitu pula ketika, Rohis dituduh sebagai sarang perekrutan teroris, kaum SEPILIS begitu nafsu untuk mendeskriditkan salah satu ekstra kulikuler di sekolah ini. Padahal, anggota Rohis tidak pernah ikut tawuran, melakukan tindakan anarkis, pun bukan sebagai pembunuh. Namun, logika-logika tersebut selalu dibolah-balik oleh kaum SEPILIS. Jadi Bloggers, hati-hati dengan logika kaum SEPILIS!

Coba simak Twit-Twit para pelajar berikut ini. Mereka –yang nge-Twit-  selama ini tidak dianggap Teroris, padahal kelakukan mereka lebih radikal dari Teroris. Mereka tidak peduli dengan tewasnya Alawy dan Rabu kemarin (26/9) seorang pelajar lagi tewas, yakni Deni Januar (17). Siswa kelas XII SMA Yayasan Karya 66 (YK), Kampung Melayu, Jakarta Timur ini tewas terkena sabetan senjata tajam pelajar SMK Kartika Zeni (KZ).

@tubirmania pada ngerasa ga kalo dari sekolah lain ada yg meninggal reaksi media ga terlalu wow giliran dari SMA favorit langsung heboh
SMA 70 sama SMA 6 tuh terlalu lebay, baru mati satu saja hebohnya minta ampun. Wajarlah tubir ada yang mati, ada yang menang

sumber foto: Solo Pos