Jumat, 25 Mei 2012


Rabu, 23 Mei 2012

DAN NYALI RUHUT SITOMPUL PUN CIUT


Tak kurang dari lima menit selesai rapat, Ruhut Sitompul langsung didatangi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) , Ustaz Bachtiar Natsir Lc. MM. yang hadir bersama rombongongan Forum Umat Islam (FUI) yang diketuai Ustaz Alfian Tanjung.

"Apa maksud anda dengan ucapan itu? Anda harus minta maaf," ujar Ustaz Bachtiar pada Ruhut.
Meski terpojok, Ruhut tetap tidak juga minta maaf. Ia malah berteriak sekencang-kencangnya dengan nada menantang. "Saya tidak tahukalian mau apa. Ini rumah saya, mau apa kalian," teriak Ruhut.
"Saya mengatakan kebenaran, jangan anarkis, jangan anarkis," teriak Ruhut lagi sambil memanggil petugas keamanan DPR.

Itulah kejadian yang terekam pada Selasa sore (22/5/2012) kemarin, saat Komisi III DPR RI menerima delegasi Forum Umat Islam (FUI) DPR RI. FUI datang meminta Komisi III DPR agar mendukung Mabes Polri supaya tidak mengeluarkan izin konser Lady Gaga.

Ruhut memang membuat tersinggung banyak pihak di dalam ruangan tersebut, tidak hanya rombongan dari MIUMI dan FUI, tapi juga pihak anggota komisi III yang beragama Islam. Sikap pria yang sering disapa Poltak ini mengarahkan, bahwa ormas yang suka berbuat anarkis dalam audiensi ini adalah FUI, termasuk MIUMI. Padahal FUI dan MIUMI, apalagi mayoritas ibu-ibu tidak pernah sekalipun berbuat anarkis.

"Sedapnya hidup di negara Pancasila ini, yang dihina agama Kristen yang membela ormas Islam, Saya dari Partai Demokrat mengatakan: saya ini seorang Kristiani. Dalam ajaran agama saya pemerintah yang sah harus kita dukung. Jangan coba-coba anarkis, ini dari saya Partai Demokrat. Ada aturan main, kepolisian," kata Ruhut.

Dalam pernyataan ini Ruhut menganggap:

  1. Agama selain agamanya tidak mengajarkan warganya mendukung pemerintah.

  2. Kalimat "Jangan coba-coba anarkis" secara tidak langsung merupakan kalimat ancaman kepada ormas-ormas Islam,  khususnya yang sore itu hadir di ruang rapat, yakni FUI dan MIUMI.

Dua tuduhan Ruhut itu jelas menyinggung ummat Islam, apalagi pernyataan ormas anarkis yang jelas menyinggung pihak FUI dan MIUMI. Mengingat FUI dan MIUMI tak pernah melakukan tindakan anarkis. Dua ormas Islam ini hadir dengan tujuan baik, yakni dengan cara yang sesuai prosedur baik etika dan ketentuan hukum, terlebih banyak peserta FUI adalah perwakilan dari Ibu rumah tangga.

Ruhut seakan dengan sengaja ingin menyerang kelompok Islam. Usataz Bachtiar yang tidak terima dengan pernyataan Ruhut, terus mengejarnya untuk meminta maaf. Melihat sang Ustaz mengejar, Ruhut ketakutan dan masuk ke ruangan sekretariat Komisi III.

"Awalnya saya nggak dikasih masuk," papar Ustaz pimpinan Ar-Rahman Qur'anic Learning (AQL) yang bermarkas di Tebet Timur ini. "Lalu saya tongkrongin sampai keluar, karena dia tidak mau menerima saya dengan baik-baikLantas saya bilang ke orang sekretariat, saya laki-laki. Nggak bawa senjata. Saya tinggalkan barang saya, kalau perlu kunci dari luar. Pak Ruhut ngga mau bicara. Oke yang bicara laki-laki dengan laki. Man to man."

Usatz Bachtiar tak takut dengan siapapun yang membekingi Ruhut. Tujuannya baik, ingin mengajak Ruhut agar menjadi orang baik. "Siapapun di belakangnya saya tidak peduli, saya tidak peduli karena dibelakang saya Allah. Saya masuk ke ruangannya. Saya ingin mengajakan dia menjadi orang baik, dengan berbicara baik. Rupanya dia tidak bisa menjadi orang baik," katanya.

Kisah Ustaz Bachtiar dalam Blackberry Massage (BBM)-nya dengan saya pagi ini, saat ia masuk ke ruang, Ruhut ketakutan seperti anak kecil minta perlindungan orangtua, apalagi pada saat ia dipepet oleh Ustaz. "Tangan saya saya di belakang, tetapi wajahnya saya pepetin dengan dada saya. Seandainya dia senggol duluan, saya banting duluan," ungkap Ustaz Bachtiar. "Ia teriak-teriak panggil keamanan kayak anak kecil. Omongannya norak, kampungan dan sangat ketakutan".

Kompasianers, malam hari setelah peristiwa di ruang Rapat Komisi III, Ruhut diundang tvOne di acara Apa Kabar Malam (AKI). Di acara itu, pengacara dan anggota Partai Demokrat ini awalnya terlihat santai. Begitu ia melihat Ustaz Bachtiar diundang pula oleh Indiarto dan Indy Rachmawati yang menjadi Presenter AKI Malam, Ruhut terlihat pucat. Sepanjang program, wajahnya tegang dan tidak berani menatap Ustaz.

"Saya sih nyantai aja. Tetapi dengan kesombongannya, ia pura-pura cuek," ujar Ustaz. "Kalo di acara itu dia nyolot lagi, saya pasti akan sempot lagi. Bagusnya dia mereda".

INILAH PARA TOKOH NASIONAL YANG PRO DAN KONTRA KONSER LADY GAGA


Kontroversi konser Lady Gaga memperlihatkan dengan jelas siapa tokoh-tokoh nasional yang pro dan yang kontra. Berikut ini pernyataan-pernyataan sejumlah tokoh nasional tentang penolakan konser Lady Gaga yang saya kumpulkan dari berbagai sumber. Tentu, di bawah ini cuma sebagian kecil saja dari para Tokoh Nasional yang pro, maupun yang kontra.


MEREKA YANG PRO

"Kita mengimbau supaya aparat kepolisian tetap memberikan izin kepada konser tersebut. Sebab itu adalah penyelenggaraan konser tingkat dunia. Kami sebagai pimpinan Komisi III DPR sangat menyayangkan apabila kepolisian tidak menyetujui permohonan itu hanya karena ancaman pihak ketiga yang belum diketahui. Orang Uzbeskistan yang jadi PSK dibuka selebar-lebarnya, sedangkan kelompok musik dunia yang hendak mengekspresikan kehebatan dan kecanggihan budayanya tidak diperbolehkan. Aneh ini. Institusi kepolisian masih menggunakan pendekatan moralistik, tetapi sarat dengan inkonsistensi". - Benny Kabur Harman, Ketua Komisi III DPR RI, anggota Partai Demokrat, MetroTV News.com, 16 Mei 2012.
***
"Dari segi semangat kebangsaan, insiden larangan ini menunjukkan negara telah gagal menjaga semangat pluralisme. Kepolisian semestinya memberi penilaian obyektif atas rencana pergelaran konser Lady Gaga. Polri profesional dan terbebas dari tekanan kelompok mana pun". – Tubagus Hasanuddin, Wakil Ketua Komisi Keamanan DPR, Tempo.com, 18 Mei 2012. 
***
Melarang konser itu adalah hal yang nggak masuk akal. Negara kita bukan Negara Tirai Bambu. Saya kira, kalau (ditolak) begitu, malah jadi kampanye yang nggak elok. Kecuali, Lady Gaga konser ke sini dengan telanjang bulat. Itu nggak boleh”. – Priyo Budi Santoso, Wakil Ketua DPR RI, Partai Golongan Karya (Golkar), 21 Mei 2012.
***
Pelarangan konser Lady Gaga berlebihan. Seharusnya masih bisa dibicarakan". – Popong Otje Djundjunan, anggota Komisi Kebudayaan DPR, Tempo.com, 18 Mei 2012.
***
Konser Lady Gaga itu cuma printilan, bukan urusan utama pemerintah. Polisi tak usah masuk ke ranah agama”. – Nurul Arifin, Wakil Sekretaris Jenderal Golkar, Tempo.com, 22 Mei 2012.
***
"Menurut saya, Lady Gaga ini kan sebagian masyarakat dianggap sebagai ekspresi seni. Kemudian dalam proses demokrasi apapun harus diberi panggung. Jadi mengapa harus dilarangMenurut saya yang mengatakan tidak setuju tidak usah meremehkan yang setuju". – Prof Dr. Amien Rais, mantan Ketua MPR, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN), detikcom, 23/5/2012.

Lebih bahaya koruptor daripada Lady Gaga”. – Imam Nachrowi, Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Tempo.com, 22 Mei 2012. 
***
“Kalau kita mau jahat, enggak usah lihat Lady Gaga kok. Buka internet saja, segala macam ada. Bagi NU, mau ada seribu Lady Gaga, enggak akan mengubah keimanan orang NU”. – Said Aqil Siradj, Ketua PBNU, 15 Mei 2012.
Polisi selalu bersikap abu-abu, bertindak berdasarkan tekanan”. - Herman Hery, Anggota Komisi Hukum DPR, Tempo.com, 22 Mei 2012.
***
"Selama dia bisa menyesuaikan dengan kultur kita, itu tak jadi soal. Hanya perlu disesuaikan khususnya dalam berbusana”. – Syarif Hasan, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Tempo.com, 20 Mei 2012.
***
"Tidak boleh ada tekanan, aparat tidak boleh terpengaruh pihak mana pun dalam mengambil keputusan".-  Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta 1997-2000 & 2000-2007, Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Tempo.com, 20 Mei 2012.
***
Iya, mendukung. Namun, siapa pun artisnya, kalau di Indonesia harus ikuti peraturan kita. Kasih tahu aja dia agar menyesuaikan. Busana dan gerakannya jangan erotis”. – Biem Benyamin, Calon Gubernur DKI Jakarta, 21 Mei 2012.
***
Jadi, kalau Lady Gaga konser, di Indonesia akan lahir kerajaan Iblis, begitu logikanya? Lha, iblis itu terus ada tanpa perlu konser, koq”. – Indra J. Pialang, Partai Golkar.




MEREKA YANG KONTRA

"Keputusan kami tak akan berubah. Banyak mudhorotnya daripada baiknya". – Komisaris Besar Rikwantou, juru bicara Polda Metro Jaya, Tempo.com, 15 Mei 2012.
***
Saya memang sudah memberikan surat rekomendasi kepada Kapolri yang isinya agar Polri tidak memberikan izin penyelenggaraan konser Lady Gaga di Jakarta. Saya tetap menolak dan berharap penolakan ini diperhatikan oleh pihak Polri. Dalam hal ini kan sudah ada rujukan, yakni UU Pornografi. Bagaimanapun, penampilan Lady Gaga tetap tidak sesuai dengan budaya, sistem dan nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia". - Suryadharma Ali, Menteri Agama, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), 23 Mei 2012.
***
Ini artis ditolak dimana-mana. Diprotes umat Islam, dan di luar negeri diprotes umat Kristen. Ini jadi masalah, karena dua agama protes dia. Jadi semua pihak berpikir rasional dengan penolakan Lady Gaga dimana-mana”. – Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden RI, Tribun News.com, 23 Mei 2012.
***
"Inilah yang tercermin dari polemik Lady Gaga. Sebagian yang merasa tokoh agama pun bergaya western untuk memastikan keintelekannya dan humanismenya. Kalau yang membela Lady Gaga berdasarkan HAM, bagaimana kalau yang menentang juga berdasarkan HAM untuk menentang? Karena menentang pun juga HAM kan? Ingat, membela normapun punya HAM". - KH Hasyim Muzadi, Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Malang dan Depok, Suara News.com, 21 Mei 2012.
***
Omong kosong, ketika kita sering mendengar, negara butuh karakter bangsa, berakhlakul karimah, tapi secara bersamaan malah menebar virus pornogragi. PKS juga menedsesak polisi untuk tidak memberi izin konser Lady Gaga. Polisi punya kewenangan yang kuat untuk itu. Negara kita punya UU Pornografi, sehingga harus dipatuhi.  Persoalan pornografi, bukanlah semata kepentingan umat Islam, tapi semua umat beragama. Moral harus dijunjung tingggi”. – Bukhori, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), 22 Mei 2012.
***
"Saya rasa polisi sudah pertimbangkan matang masalah itu. Kita kan juga punya kepribadian sendiri”. –Taufik Kiemas, Ketua MPR RI, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP, Berita Satu, 16 Mei 2012.
***
"Saya heran pada orang Indonesia. Sudah jelas-jelas Lady Gaga itu ditolak di banyak negara, di Indonesia kok malah mau diperbolehkan. Ketinggalan zaman. Banyak negara sudah berpemikiran maju, rakyat Indonesia kok malah meributkan soal Lady Gaga". - Prof DR KH Syaifudin Amsir MA, Syuriah PBNU, Kompas.com, 20 Mei 2012. 
***
"Jika Polri sudah menilai ada potensi pornoaksi dalam pementasan Lady Gaga, adalah tugas Polda Metro Jaya mencegah dan melarang pertunjukan tersebut. Kami berharap Polda Metro tidak ragu-ragu meskipun banyak pihak yang mengecam pelarangan tersebut". – Neta S. Pane, Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Tempo.com19 Mei 2012.
***
"Kalau sudah berkali-kali diekspos pasti terpengaruh. Seperti iklan minuman saat olahraga. Agar mengurangi spiritualismenya selama ini. Ketika menjadi idola dan panutan, maka pikiran dan panutannya akan menjadi rujukan". - Ricardi Adnan, sosiolog dari Universitas Indonesia, Republika Online, 22 Mei 2012.
***
"Saya enggak setuju kalau dia konser di sini, Lady Gaga cukup video klip saja. Karena masih banyak artis lain, masih ada penyanyi lain yang lebih bagus dilihat. Dan santun ketimbang Lady Gaga. Indonesia ini adalah kultur Timur. Begitu ada kultur yang berlebihan, kami sebagai pemerintah akan lebih sulit untuk mengontrol dan menjaga budaya kita". -  Dede Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Barat,  Cek & Ricek, 14 Mei 2012.
***
"Yang saya ketahui, promotor pertunjukan melalui 'media relationnya' menegaskan, pembelian tiket untuk pelajar boleh dicicil setengah harga. Ini jelas demoralisasi anak bangsa. Alih-alih memberikan hiburan justru menjerumuskan anak pada budaya hedonis. Ini bertentangan dengan perlindungan anak yang kita bangun. Konser tersebut akan mengoyak ketahanan kita sebagai bangsa, dan bertentangan dengan prinsip perlindungan anak. Konser ini jauh lebih banyak madaratnya bagi anak bangsa". -Asrorun Niam Sholeh, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Kapan Lagi.com, 22 Mei 2012.



MEREKA YANG TERGANTUNG/ PRO TAPI DENGAN SYARAT

Kalau perizinan memang memenuhi syarat, dan tidak sesuatu menimbulkan persoalan silahkan Polri memberikan izin konser Lady Gaga” – Marzuki Ali, Ketua DPR RI, anggota Partai Demokrat, Tribun News.com, 21 Mei 2012.
***
Pada prinsipnya kelompok yang menolak ini lebih pada penampilan Lady Gaga yang tidak senonoh”. -  Saleh Husein, Ketua Fraksi Hanura, Tempo.com, 20 Mei 2012.

Sabtu, 19 Mei 2012

KRITIK JAKARTA DALAM KOMIK


Saya termasuk pembaca yang tak pernah melewatkan komik strip Mice Cartoon yang setiap Minggu muncul di Kompas Minggu. Selain karakter tokoh di komik itu 'Indonesia banget' alias tidak Manga, komik strip ini selalu menyentil aneka peristiwa maupun masalah sosial yang terjadi di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Sebelum 'pecah', Mice kerap mengkritisi masalah-masalah sosial bersama rekannya Benny di Benny and Mice.

Jakarta adalah salah satu kota besar yang kerap disentil oleh Mice. Sejumlah persoalan pernah dikritisi. Berikut ini saya cuma cuplik dua komik strip-nya yang mengkritisi tentang kondisi kemacetan dan banjir di ibu kota Jakarta.

Dalam kisah di bawah ini, Mice berkisah betapa merana naik bajaj di Jakarta dalam kondisi banjir. Selain banyak lubang di jalan, begitu tiba di lokasi yang tergenang air, sopir bajaj 'menyerah' dan meminta Mice turun di tengah jalan. Dalam komik, Mice memperlihatkan sebuah billboard besar yang terdapat foto Gubernur DKI Jakarta Fawzi Bowo dengan tagline yang dianggap sama sekali tidak mencerminkan pembangunan di Jakarta: "Pajak Anda Membangun Jakarta".

133741636231259801

Di komik berikut, Mice menceritakan tentang kemacetan yang tidak bisa dihindari, baik di weekdays maupun weekend. Sudah bukan rahasia lagi, setiap hari kerja, Jakarta tidak pernah sepi. Kemacetan pasti terjadi. Oleh karena itu, biasanya warga ibu kota selalu berpikir refreshing ke luar kota saat weekend. Tempat yang 'paling dekat' selain Bogor atau Sukabumi tak lain adalah Bandung.

Namun, hampir semua the Jakartaners (sebutan untuk orang Jakarta) punya pemikiran sama. Ber-weekenddi Bandung. Jadi tak heran, macet di Jakarta pada saat weekdays, menjumpai kemacetan di Bandung pada saat weekend. Ini pun semakin parah di saat long weekend seperti sekarang ini.

1337418304785010539

Tentang lalu lintas di Jakarta, Jitet juga mengkritisi dalam komik stripnya Jakartaria. Dalam kisah yang saya ambil ini, Jitet melihat fenomena pengendara di Jakarta yang sudah tidak lagi peduli dengan traffic light. Meski lampu berwarna merah, mayoritas pengendara mobil apalagi motor kerap 'menerobos'. Padahal anak SD tahu, lampu merah, kendaraan harus berhenti dan lampu hijau kita baru diizinkan berjalan. Dan anak SD juga tahu, mau jalan kosong, apalagi jalan padat, lampu merah tetap harus stop.

1337419205649123308

Komik terakhir di bawah ini yang juga menarik, saya ambil dari Pos Kota. Masih tentang kondisi di jalan, dimana kali ini tentang motor. Bagi pengendara motor, pasti sering menjumpai motor dengan knalpot yang mengeluarkan bunyi bising dan asap yang membuat polusi.

13374368581149953320



Jumat, 18 Mei 2012

PECUN BUKAN SEKADAR ISTILAH PEREK


Selama ini istilah Pecun selalu dihubungkan dengan Perek. Istilah Perek sendiri sudah muncul sekitar 1980-an, dimana saat itu sedang tren bahasa Preman di kota-kota besar. Perek sendiri kepanjangan dari Perempuan Eksperimen, yakni perempuan yang bisa diajak kencan oleh lelaki mana pun. Awalnya, Perek bukanlah Pelacur profesional alias dibayar, tetapi perempuan ‘biasa’ tetapi ‘murahan’, dimana bisa melakukan apa dengan pasangan kencannya asal suka sama suka.  

Sumber lain menuturkan, cikal bakal istilah Perek sudah muncul awal 1970-an. Pada tahun itu ada band yang ngetop bernama Grandfunk Railroad. Yang mendengarkan band aliran rock ini biasanya cuma anak-anak nakal, tukang mabok, suka bolos sekolah, dll. Di dalam geng anak-anak nakal ini ada perempuan-perempuan. Mereka menganut seks bebas. Aktivitas seksual lelaki dan perempuan yang bebas ini dihubungkan dengan Grandfunk. Kata ‘Grandfunk’ diplesetkan menjadi di-grenpang atau digerpang alias dipegang-pegang, baik dipegang payudara maupun kemaluan perempuan tersebut. Istilah itu akhirnya berubah menjadi di-grepe.

Awal 1980-an, terjadi pembalikan kata grepe menjadi pegre. Pembalikan kata itu kemudian berubah jadi Perek. Sejak itu, istilah untuk perempuan-perempuan nakal yang ‘bisa dipakai’ dalam satu komunitas disebut Perek. Namun Perek bukanlah Wanita Tuna Susila (WTS).

Bloggers, istilah Perek kemudian berkembang ke dalam beberapa jenis-jenis, yang menjadi cikal bakal istilah Pecun. Ada yang mengatakan Pecun adalah Perek Cuma-Cuma. Tentu Anda bisa menebak, kenapa disebut Perek Cuma-Cuma, karena Perek jenis ini tidak meminta bayaran atau berkencan dengan lelaki sekadar suka sama suka itu tadi. Paling-paling lelaki yang mengajak Pecun jenis ini hanya mengajak makan atau nonton film.

Pecun juga berarti Perek Culun. Istilah ini mengacu pada Perek yang payah, yang dianggap ‘tidak mengerti’ pasangan kencannya. Misal, pasangan kencan sudah membayarkan makanan atau mengajak nonton, bahkan membelikan barang-barang kesukaan si Perek, tetapi Perek ini tidak mau ‘diapa-apakan’ oleh pasangan kencan itu. Boro-boro diajak making love (ML), dipeluk dan dicium pun ogah.

Lalu Pecun juga untuk sebutan bagi Perek Pecundang atau Perek Beracun. Istilah Perek Beracun ini ditujukan pada Perek yang menyebarkan penyakit pada teman kencan. Biasanya Pecun jenis ini adalah Perek profesional yang bergonta-ganti teman kencan dengan meminta bayaran, tetapi tidak pandai ‘menjaga kesehatan’.

Belakangan, Pecun ini ngetop di kalangan pengila kuliner. Di Surabaya ada mie goreng yang dikenal dengan nama Mie Pecun. Istilah Pecun di sini adalah Pedas Beracun. Mie ini memang pedas dan bikin ketagihan, makanya diistilahkan ‘beracun’. Untuk ‘merangsang’ pembeli, penjual Mie Pecun  ini pun membuat judul di daftar menu dengan sangat ‘mengiurkan’, yakni Menu Horny dan Cemilan Perangsang.

Tentu masih banyak hal yang menggunakan kata Perek. Di kalangan mahasiswa di Makassar, misalnya. Perek pun diplesetkan menjadi Pengemar Rokok Keretek. Namun Bloggers, Perek atau Pecun bukan sekadar istilah untuk Perek atau kuliner berbasis mie. Pecun juga merupakan tradisi warga Tionghoa di Tangerang. Tradisi Pecun ini dikemas dalam Festival Sungai Cisadane yang sudah berlangsung ke-8 kali sejak 2003.

Pecun dalam tradisi ini berarti upacaya pencarian dengan menggunakan perahu. Perayaan ini dikaitkan dengan penghormatan terhadap jasad seorang tokoh Tionghoa yang berpengaruh, yakni Khut Gwan. Dalam sejarah, pria ini menjatuhkan diri ke dalam sungai, begitu setelah mendengar berita hancurnya ibu kota Cho, tempat Klenteng Bio diserbu orang Chien.

Menurut sejarawan Tionghoa asal Tangerang, Oey Tjin Eng, perayaan Pecun di Tangerang diperkirakan mulai dilaksanakan sejak 1910. Saat itu, sungai-sungai di Jakarta sudah mendangkal, sehingga perayaan ini dipindahkan ke Tangerang. Selain sungai di Jakarta sudah dangkal, Sungai Cisadane memenuhi kriteria pelaksanaan tradisi Pecun ini, yakni sungainya cukup luas.

Selain menampilkan kesenian tradisional Tionghoa, seperti barongsai dan liong, dalam perayaan Pecun terdapat pula penampilan tradisi Betawi, yakni menari atau ngibing diiringi musik gambang kromong. Para penari ini menari di atas dua perahu yang dirapatkan dengan papan, sehingga membentuk permukaan lebar dan datar sebagai layaknya panggung.

Dalam buku Hari Raya Twan Yang atau Duan Yang (Hari Kehidupan) yang diterbitkan oleh Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Boen Tek Bio, diceritakan, pada perayaan Pecun tahun 1911 terjadi tragedi kecelakaan perahu papak hijau yang menabrak sebuah rakit. Ketika peristiwa itu, rakit kebetulan melintang di tengah sungai saat digelar perlombaan perahu papak hijau dan merah. Gara-gara menabrak rakit, perahu papak hijau terlempar dan jatuh persis di atas getek. Kabarnya, patahan perahu tersebut hingga kini disimpan di tempat Lim Tiang Tiang di Karawaci sebagai benda yang dikeramatkan.

Tercatat pula dalam sejarah, pada 1938 perayaan Pecun dilakukan bertepatan dengan tanggal 7-8 Imlek. Saat itu, Lim Tiang Hoat membuat sepasang perahu naga di Kadaung Barat. Namun, perahu itu dibakar Jepang pada 1942.

Catatan lain, pada 1964, perayaan Pecun yang semula diselenggarakan oleh Perkumpulan Boen Tek Bio tidak diizinkan lagi digelar. Pemerintah Orde Baru (Orba) pimpinan Presiden Soeharto melarang tradisi Pecun itu.

Setelah Orba tumbang, pada 2003 tradisi Pecun digelar lagi. Tujuan perayaan ini adalah upaya melestarikan keragamaan budaya sebuah kota di Tangerang, yang dihuni oleh pendatang dari China, Betawi, Jawa, serta kelompok etnis lain. Sejumlah acara digelar dalam perayaan yang diberinama Festival Cisadane ini berlangsung di jalan Kali Pasir dan jalan Benteng, Tangerang.

Ada sejumlah perahu yang dilombakan di Sungai Cisadane ini. Selain perahu papak, terdapat perahu naga yang konon usianya sudah mencapai ratusan tahun. Pada perayaan puncak, dilakukan persembahyangan Twan Yang Usai. Di sini, warga keturunan Tionghoa akan melakukan ritual buang sial, yaitu dengan melepas bebek ke Sungai Cisadane. Pelepasan bebek-bebek dari sangkar ini bertujuan membuat hidup orang terbebas dari kesialan, serta dapat melanjutkan kehidupan dengan damai dan tenteram.